Aku Akan Memijatmu
Aku Akan Memijatmu
Mungkinkah dua kali sebelumnya, penampilan Mo Yesi masih tidak cukup baik, dan Qiao Mianmian sangat tidak puas. Kalau tidak, entah bagaimana bisa Qiao Mianmian menolak ini. Namun, Mo Yesi telah melakukan pengamatan khusus pada saat itu, dan Qiao Mianmian seharusnya sangat puas.
"Apa kakinya masih sakit?" tanya Mo Yesi yang untuk sementara mengesampingkan pertanyaan itu. Ia lalu melepas sepatu Qiao Mianmian, meletakkan kaki Qiao Mianmian di atas kakinya, dan meletakkan tangannya yang lain di bagian kakinya yang paling sakit sambil menekan dengan ringan. Kemudian ia memiliki suara lembut dan berbisik, "Aku akan memijatmu."
Jari-jari pria itu ramping dan kuat. Tangan yang biasanya digunakan untuk menandatangani kontrak dan dokumen, serta menghasilkan jutaan dolar dalam sehari itu kini sedang memijat Qiao Mianmian. Mo Yesi bisa memijat dengan baik, sebab tidak terlalu keras, tetapi juga tidak terlalu ringan.
Setelah menekan selama beberapa menit, Qiao Mianmian merasa bahwa rasa sakitnya mulai mereda. Mo Yesi lalu bertanya padanya sambil masih memijat, "Apakah pijatannya terlalu keras?"
Qiao Mianmian menunduk dan melihat di atas rambut hitam Mo Yesi, serta postur dirinya yang sedang berlutut di satu lutut untuk memijatnya. Membuat rasa manis seketika datang ke hatinya, dan tempat di dalam hatinya menjadi sangat lembut, dan sangat-sangat lembut. Sudut bibirnya sedikit naik, lalu suaranya berkata dengan manis, "Tidak, sangat pas."
"Apakah kau merasa lebih nyaman?" tanya Mo Yesi lagi.
"Ya," jawab Qiao Mianmian sambiil mengerucutkan bibirnya, dan memiliki keinginan mengulurkan tangan untuk menyentuh rambut Mo Yesi.
Hatinya berpikir demikian, tubuhnya juga dengan cepat mengambil tindakan, Qiao Mianmian lalu mengulurkan tangan putih dan lembutnya yang kecil. Lalu menyentuh rambut pendek serta hitam dan lembut milik Mo Yesi.
Tubuh pria yang sedang memijatnya menjadi kaku. Qiao Mianmian bahkan juga tercengang saat merasakan ujung jarinya yang halus seperti sutra. "Maaf," ucapnya. Ia segera meletakkan tangannya kembali, dan menganggap Mo Yesi keberatan.
Qiao Mianmian tahu bahwa beberapa pria membenci orang lain yang menyentuh kepala mereka. Ada pepatah yang mengatakan bahwa kepala bisa dipatahkan, namun gaya rambut tidak boleh acak-acakan.
"Aku tidak keberatan," jawab Mo Yesi sambil tertegun selama beberapa detik dan kembali normal lagi. Ia terus memijat kaki lainnya, dengan senyum lembut menempel di suaranya yang rendah, "Kau bisa menyentuhnya jika kau mau."
Ketika Qiao Mianmian mendengar bahwa Mo Yesi berkata dirinya tidak keberatan, cakarnya pun menjadi gatal lagi. Sebab, kualitas rambut Mo Yesi sangat bagus, seperti jenis iklan sampo yang tidak membutuhkan efek khusus.
Qiao Mianmian barusan menyentuhnya, dan merasa itu sangat enak. Jika Mo Yesi tidak keberatan, jadi ia masih ingin merasa lebih...
Mo Yesi lalu terkekeh, "Kau bisa menyentuh bagian mana pun dari tubuhku. Kau bisa menyentuhnya selama kau mau."
"..." Qiao Mianmian membisu dan wajahnya seketika meledak menjadi merah. Entah mengapa ia merasa kata-kata Mo Yesi itu ambigu. Apakah karena pemikirannya terlalu kotor. Namun, entah mengapa ia merasa sedikit bernafsu. Tapi, karena Mo Yesi mengatakan bahwa dirinya tidak keberatan, maka ia tidak sungkan lagi.
Tangan putih lembut Qiao Mian terulur lagi dan mendarat di atas kepala Mo Yesi. Ia dengan lembut menyentuh ujung rambut lembut milik Mo Yesi, dan berkata dengan lembut, "Mo Yesi, apakah kamu pernah memijat orang lain sebelumnya?"
Qiao Mianmian merasa kekuatan pijatan Mo Yesi sangat bagus. Bahkan ini tidak terasa seperti sedang membantu memijat seseorang untuk pertama kalinya.
"Iya," jawab Mo Yesi yang berlutut di depannya, meremas lembut daging kaki Qiao Mianmian. Lalu, dengan raut lembut di wajah tampannya ia berkata, "Saat aku di rumah, aku pernah membantu memijat kaki nenek. Bagaimana, apakah teknik pijatanku masih oke?"
Qiao Mianmian tiba-tiba mengerti. Ia pernah ke rumah Mo sekali, dan secara alami tahu bahwa wanita tua itu memiliki beberapa masalah kaki.
"Kaki nenek..." gumam Qiao Mianmian sambil menunduk dan melihat ke atas rambut hitam milik Mo Yesi. Ia lalu ragu-ragu sejenak, dan setelahnya bertanya dengan suara rendah, "Bagaimana mungkin itu buruk. Apakah kau nanti akan terus seperti itu?"