Diam-Diam Menikah Dengan Konglomerat

Kalau Aku Karena Wajahnya



Kalau Aku Karena Wajahnya

2Shen Rou seperti tidak menyangka kalau Qiao Mianmian akan menjawab seperti itu. Qiao Mianmian dapat merasakan setelah ia selesai bicara, rangkulan pria di sebelahnya sedikit melemas. Tangan besar Mo Yesi yang diletakkan di kepalanya terasa menegang. Usapan Mo Yesi perlahan berhenti. Ada udara dingin yang terasa menguar dari sebelah Qiao Mianmian Di cuaca sepanas ini, ia tiba-tiba merasakan hawa dingin.     

Qiao Mianmian mengerutkan bibir dan tersenyum. Sambil menatap pandangan Shen Rou yang terlihat aneh dan curiga, Qiao Mianmian perlahan berkata dengan santai, "Dibandingkan dengan uang dan kekuasaan, aku merasa wajah dan penampilannya yang lebih membuatku tertarik."     

Qiao Mianmian menarik napas. "Nona Shen, kau mengira aku menikah dengan Mo Yesi hanya karena uang dan kekuasaannya, bukan? Jika seperti itu, bukankah terlalu merendahkan pesonanya? Tidakkah menurutmu dengan wajah setampan itu, hal-hal lain sudah tidak penting lagi?     

"Jika dipertanyakan apa yang membuatku serakah ingin mendapatkannya adalah karena dia sendiri," lanjut Qiao Mianmian sambil menunjuk ke sebelah.     

"Tidakkah kau merasa bisa menikah dengan pria yang memiliki penampilan sangat menawan dan sempurna adalah hal yang paling membahagiakan? Betapa indahnya perasaanku, setiap pagi aku membuka mata dan melihat wajah yang begitu tampan di sebelahku. Bahkan jika setiap hari aku hanya bisa makan bubur dan bakpau, itu juga sudah memuaskan." Qiao Mianmian terdengar bangga.     

Tangan besar milik Mo Yesi yang masih berada di atas kepalanya itu tak lagi terasa kaku. Hawa berat di dalam ruangan yang membuat orang kesulitan bernapas karena Mo Yesi pun sedikit berkurang. Ekspresi di wajah Shen Rou berubah terkejut. Rona wajahnya juga berubah lagi, seperti ada rasa malu setelah dipermalukan.     

"Qiao Mianmian, kau ..." Shen Rou menggeram marah.     

"Jadi, tolong, nanti jangan mengatakan aku mau menikah dengannya demi uang, identitas, maupun posisinya. Jujur saja, aku menikah dengannya karena wajahnya. Di dunia ini, tidak ada yang lebih penting daripada wajah. Apa kau mengerti?" kata Qiao Mianmian.     

Bagaimana mungkin Shen Rou percaya bahwa Qiao Mianmian menikah dengan Mo Yesi hanya karena wajah Mo Yesi saja? Wanita ini sangat licik!     

Saat Shen Rou melihat ekspresi di wajah Mo Yesi sudah melembut, bahkan senyuman tipis pun muncul di sudut bibirnya dengan penuh kasih sayang, mau tak mau Shen Rou merasa cemas, " A Si, dia bohong, kau tidak boleh ..."     

"Cukup," sela Mo yesi.     

Mo Yesi menatap pada mata Shen Rou. Namun pandangannya berubah dingin dan tajam, mengakibatkan Shen Rou merasa kedinginan. Mo Yesi berkata, "Shen Rou, kau boleh pergi. Urusan antara kami, suami istri, tidak perlu dipertanyakan oleh orang lain yang tak ada hubungannya."     

Lagi-lagi Shen Rou berusaha berkata, "A Si, aku ..."     

"Aku tidak ingin mengulang perkataan yang sama tiga kali." Kesabaran di mata Mo Yesi berangsur-angsur hilang, dan nada bicaranya semakin dingin. Ia bahkan tidak menyisakan sedikit perasaan kasihan pada Shen Rou. "Keluar," perintahnya.     

Nada dari kalimat Mo Yesi terasa seperti sedang mengusirnya. Shen Rou sudah kehilangan martabatnya. Bahkan di depan Qiao Mianmian pun wajahnya berubah pucat. Air matanya kembali mengalir deras dari sudut matanya.     

Kemudian, pintu kantor dibuka. Wei Zheng datang pada saat yang tepat. Melihat wajah Shen Rou yang penuh dengan air mata, ia menjadi tidak bisa berkata-kata, tapi Wei Zheng kembali sadar pada posisinya. Tanpa ikut campur masalah di ruangan itu, ia menatap Mo Yesi dan Qiao Mianmian, lalu menyapa dengan hormat, "Presiden Mo, Nyonya muda."     

Mo Yesi bahkan tidak melihat ke arah Shen Rou lagi. Ia berkata dengan dingin, "Antar Nona Shen keluar."     

"Baik, Presiden Mo," balas Wei Zheng hormat.     

Saat Wei Zheng baru saja berbalik badan, ia melihat sepasang mata Shen Rou yang menangis hingga merah dan bengkak. Ia diam-diam menarik napas, membungkuk pada Shen Rou, dan memberikan gestur mempersilakan wanita tersebut untuk keluar dari ruangan. "Silakan, Nona Shen," kata Wei Zheng.     

We Zheng tahu akhirnya akan seperti ini. Berdasarkan tingkat kasih sayang Presiden Mo terhadap Nyonya muda, tidak peduli siapapun itu, semua harus disingkirkan. Meskipun Shen Rou adalah sahabat masa kecilnya, wanita itu bisa apa?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.