Selamanya Tidak Akan Menjadi Ancaman Bagimu
Selamanya Tidak Akan Menjadi Ancaman Bagimu
Wei Zheng tidak pernah melihat ada orang yang bertengkar dengan Presiden Mo, karena pada akhirnya Presiden Mo lah yang akan menderita. Tidak, bukan begitu. Sebelumnya tidak ada yang bisa bertengkar dengan Presiden Mo. Namun sekarang sudah ada Nyonya muda yang bisa bertengkar dengan Presiden Mo.
Tapi Shen Rou bukan Nyonya Muda. Jadi Presiden Mo tidak akan memanjakan Shen Rou. Kesabaran dan kebaikan Presiden Mo hanya diberikan untuk Nyonya muda.
Shen Rou menggigit bibirnya dengan keras. Wajah pucatnya dibasahi lagi oleh air mata. Sebelum pergi, sepasang matanya yang penuh kebencian itu menatap Qiao Mianmian dengan sangat tajam.
*
Setelah Wei Zheng dan Shen Rou pergi, Mo Yesi menarik wanita yang duduk di atas kursi dan membawa ke dalam pelukannya.
"Aku tidak tahu dia akan datang." Mo Yesi berinisiatif menjelaskan mengapa Shen Rou tiba-tiba muncul di sini. "Satu jam sebelumnya, dia memberitahuku kalau akan datang mencariku, tapi aku menolaknya. Aku tidak menyangka dia tetap nekat datang. Aku jadi penasaran, apa yang kalian bicarakan tadi?"
Pria itu menurunkan matanya yang berwarna hitam pekat. Ada sedikit ketegangan yang tersembunyi di bawah matanya.
"Bukankah kau sudah mendengar semuanya?" Mata Qiao Mianmian berkedip-kedip. Ia bersandar di dada Mo Yesi, mendengarkan detak jantungnya yang kuat, dan berkata sambil bercanda, "Sebelumnya kau bilang kalau kau sudah menolaknya dan dia sudah paham. Tapi kenapa barusan dia terlihat seperti tidak paham dengan kalimat penolakanmu? Apa kau membohongiku?" desak Qiao Mianmian.
"Tidak." Mo Yesi menjawab tanpa ragu-ragu. "Aku tidak membohongimu, setiap kalimat yang aku katakan padamu itu sungguhan. Aku sudah menolaknya, tapi aku tidak bisa mengendalikan apa yang dia pikirkan dan putuskan. Yang kutahu, tidak peduli apa yang dia pikirkan, itu sama sekali tidak ada hubungannya denganku. Hanya kau istriku satu-satunya. Selain kau, tidak apa siapapun yang pantas menjadi Nyonya Mo."
Ketika sepasang mata segelap langit malam milik pria itu menatapnya dengan lembut, Qiao Mianmian mendengar detak jantungnya meningkat semakin cepat.
"Apa kau benar-benar tidak pernah menyukai Shen Rou?" Setelah Qiao Mianmian ragu-ragu selama beberapa detik, ia bertanya dengan rasa penasaran.
Dari sudut pandangnya sebagai wanita, ia memang merasa Shen Rou sangat luar biasa. Shen Rou termasuk wanita yang bisa dengan mudah membuat seorang pria tergoda padanya. Penampilan luarnya sangat cantik, memiliki latar belakang keluarga yang baik, dan juga lulusan universitas ternama di luar negeri. Katanya Shen Rou juga seorang desainer yang berprestasi.
Dari sisi manapun, semua latar belakang Shen Rou sangat cocok dengan Mo Yesi. Belum lagi, mereka tumbuh besar bersama. Apakah Mo Yesi benar-benar tidak pernah tertarik oleh Shen Rou?
Sebenarnya pertanyaan Qiao Mianmian ini murni merupakan rasa ingin tahunya saja. Tidak ada maksud lain. Tapi sebaliknya, Mo Yesi menganggap Qiao Mianmian bermaksud mengujinya. Sehingga ia segera mengklarifikasi hubungan antara keduanya secara langsung, dan cepat-cepat menyangkal, "Tidak, dia bukan tipe yang aku sukai. Aku dan dia hanya berteman."
"Dia bukan tipemu?" Jawaban ini membuat Qiao Mianmian agak terkejut, membuatnya sedikit tidak menyangka. Matanya berkedip-kedip dan menjadi semakin penasaran. "Latar belakangnya hampir sempurna, bukan? Tapi kau malah tidak menyukainya? Kalau begitu tipe seperti apa yang kau suka?" tanya Qiao Mianmian lagi.
Saat ia baru saja selesai bertanya, Qiao Mianmian merasa Mo Yesi sedang menatapnya dari atas dengan sorot penuh gairah.
"Sayang, kaulah tipe yang aku suka." Mo Yesi menjepit dagu Qiao Mianmian dengan tangan dan mengangkatnya ke atas. Dengan begitu, pandangan mereka pun bertemu. Pandangan yang, menurut Qiao Mianmian, terasa sangat memabukkan.
"Aku sudah menunggu lebih dari dua puluh tahun dan akhirnya menemukanmu. Apa kau masih tidak mengerti ketulusanku? Jangan khawatir, Shen Rou selamanya tidak akan pernah menjadi ancamanmu," lanjut Mo Yesi.
Wajah Qiao Mianmian perlahan memerah. "A … Aku tidak khawatir ..." balas Qiao Mianmian tergagap.
Siapa yang bilang kalau dirinya khawatir terhadap Shen Rou?