Diam-Diam Menikah Dengan Konglomerat

Sayang, Maafkan Aku



Sayang, Maafkan Aku

2Sejak Qiao Mianmian mengenal Mo Yesi, tidak peduli seperti apa Mo Yesi di depan orang lain, pria itu selalu cukup lembut di depannya. Mo Yesi hampir patuh pada Qiao Mianmian dan memanjakannya hingga Qiao Chen merasa itu terlalu berlebihan.     

Setelah tinggal bersama Mo Yesi sebentar, Qiao Mianmian hampir lupa seperti apa karakter asli Mo Yesi. Mo Yesi awalnya bukan seseorang yang dapat memperlakukan orang dengan lembut. Namun, Mo Yesi bersikap agak lembut di depannya.     

Mo Yesi bukan seseorang yang pandai memanjakan orang lain. Ia hanya bisa memanjakan Qiao Mianmian. Qiao Mianmian terbiasa dimanja oleh Mo Yesi. Hal ini membuatnya merasa Mo Yesi adalah orang yang sangat pandai berbicara dan ia bisa bertindak tidak bermoral di depan Mo Yesi.     

Ketika Mo Yesi tiba-tiba menunjukkan sisi yang begitu mengerikan, Qiao Mianmian begitu ketakutan sehingga ia segera membeku di pelukan Mo Yesi. Otaknya kosong dan ia mendadak tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun. Qiao Mianmian tidak mengatakan sepatah kata pun. Tetapi, menurut pandangan Mo Yesi, ia mengiyakan semua perkataan Mo Yesi.     

Seorang pria yang marah akan menjadi lebih mengerikan. Mo Yesi sangat cemburu hingga semua amarahnya naik ke puncak ubun-ubun dan ia ingin segera menghancurkan Su Ze. Tidak peduli mau menggunakan cara apapun.     

Dengan dipenuhi amarah, jari-jari Mo Yesi mencubit dagu Qiao Mianmian dengan semakin kuat dan ia bertanya, "Mengapa kau tidak berbicara? Apakah aku menebak apa yang kau pikirkan, jadi kau bisa mengatakan apa-apa?"     

Qiao Mianmian memiliki kulit yang halus. Biasanya jika dicubit sedikit, kulitnya langsung akan berubah menjadi merah. Sudah muncul bekas sidik jari di bawah dagunya karena ditekan begitu kuat oleh Mo Yesi. Qiao Mianmian kesakitan hingga mengerutkan wajah mungilnya. Namun, ia hanya menggigit bibirnya dengan erat tanpa mengeluarkan suara sedikitpun.     

"Bicaralah?" Mo Yesi merasa sangat kesal karena Qiao Mianmian terus diam. Ia menundukan kepalanya untuk menatap Qiao Mianmian dan berkata dengan marah, "Qiao Mianmian, kau…"     

Suara Mo Yesi tiba-tiba berhenti saat melihat mata Qiao Mianmian yang berkaca-kaca dan bekas sidik jari merah di dagu gadis di pelukannya. Semua amarah dan cemburu itu seketika tergantikan oleh kekesalan dan penyesalan.     

"Maafkan aku," Mo Yesi buru-buru melepaskan tangannya. Ketika ia melihat bekas sidik jari merah yang mencolok di dagu Qiao Mianmian, ia bahkan merasa lebih kesal.     

Ketika Mo Yesi mengatakan kata 'maaf' ini, mata Qiao Mianmian tidak bisa menahan air matanya lagi. Begitu ia mengedipkan matanya, air mata langsung mengalir ke bawah. Setetes air mata hangat mengalir di wajahnya dan menetes di punggung tangan Mo Yesi. Mo Yesi bagaikan tersiram air panas dan tangannya membeku di udara.     

Saat ini, Qiao Mianmian merasa sangat sedih hingga air matanya mengalir di luar kendalinya. Begitu ia mulai menangis, air matanya tidak bisa berhenti dan terus berlinang. Setelah beberapa saat, wajahnya menjadi basah. Tetesan air mata panas perlahan jatuh di punggung tangan Mo Yesi.     

"Sayang, aku minta maaf."     

Begitu Qiao Mianmian menangis, Mo Yesi tidak tahu harus berbuat apa dan ia menjadi kebingungan. Ia menunduk dan mencium mata basah gadis di pelukannya, lalu menyeka air mata dari sudut mata Qiao Mianmian dengan lengan bajunya. Sebagian besar lengan bajunya basah oleh air mata.     

Air mata Qiao Mianmian tidak hanya tidak berhenti, tetapi juga semakin bertambah banyak. Tidak ada suara saat ia menangis, tetapi bahunya terus bergerak naik dan turun. Matanya merah dan bengkak. Qiao Mianmian seperti tercekik.     

"Sayang, maafkan aku. Ini salahku. Jangan menangis. Saat kau menangis, hatiku hampir hancur," pinta Mo Yesi. Ia kesal dan cemburu. Namun, saat melihat mata merah Qiao Mianmian, semua itu menghilang seketika.     

Setelah Mo Yesi tersadar kembali ke akal sehatnya, ia tidak bisa mengungkapkan penyesalannya. Ia pernah berjanji bahwa tidak akan membuat Qiao Mianmian mengalami penderitaan apapun. Namun, sekarang orang yang membuat Qiao Mianmian menderita dan menyakitinya hingga menangis adalah dirinya sendiri.     

Bahkan, jika Qiao Mianmian membuat Mo Yesi marah, ia juga seharusnya tidak marah pada Qiao Mianmian. Terlebih lagi, tidak seharusnya ia menusuk perasaan Qiao Mianmian dengan kata-kata ini.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.