Diam-Diam Menikah Dengan Konglomerat

Kalau Begitu Kau... Kau Juga Menggigitku



Kalau Begitu Kau... Kau Juga Menggigitku

1Hatinya penuh dengan amarah, Qiao Mianmian lantas menggigit Mo Yesi menggunakan banyak tenaga. Setelah merasakan bau darah, wajahnya seketika berubah dan ia buru-buru melepaskannya. Ia menundukan kepalanya dan melihat, dengan matanya yang tidak dapat disembunyikan karena masih menunjukkan kekesalan.     

Di punggung tangan Mo Yesi, sederet bekas gigi dalam muncul dengan kecepatan yang terlihat dengan mata telanjang. Kemudian, noda darah terlihat pada beberapa cetakan gigi tersebut. Seketika Qiao Mianmian menjadi cemas, begitu cemas sampai air mata hampir jatuh dari matanya. Ia lalu memegang tangan Mo Yesi, dan dengan tergesa-gesa menjelaskan, "Aku, aku tidak sengaja, maaf, apakah itu menyakitkan?"     

Mo Yesi menundukkan kepalanya dan melihat mata gadis di dalam pelukannya itu dengan cemas dan menyalahkan diri sendiri. Ia cemas hingga hampir menangis, membuat bagian tertentu dari hatinya seketika menjadi begitu lembut. Sehingga, begitu berbicara, dan nada bicaranya jadi begitu lembut, "Sayang, jangan menangis, aku tidak sakit."     

"Bagaimana mungkin tidak sakit?" tanya Qiao Mianmian sambil mengangkat kepalanya, dan matanya dipenuhi dengan tatapan tengah menyalahkan diri sendiri, bahkan sudut matanya juga sudah basah. "Aku, aku menggigitmu hingga berdarah. Maaf, aku benar-benar tidak sengaja. Jika kau merasa sangat sakit, kalau begitu kau, kau juga menggigitku saja."     

Qiao Mianmian sebenarnya sangat takut dengan rasa sakit. Tetapi pada saat ini, ia masih dengan berani mengulurkan tangan putih lembutnya yang kecil.      

Mo Yesi melihat di bawah matanya terdapat tangan yang putih dan lembut, membuatnya seketika tercengang dan sudut bibirnya bergerak-gerak. Lengkungan sudut bibir pria itu benar-benar terlihat sangat menawan dan tidak tertandingi.      

Saat tertawa, kedua mata yang dalam dan menawan itu juga dipenuhi dengan senyuman tipis. Mata itu seperti cahaya yang cemerlang, karena tatapan matanya begitu dalam hingga dapat menyedot jiwa.     

Qiao Mianmian menatap Mo Yesi dengan tatapan kosong, ia juga sedikit bingung dengan senyuman di bibir Mo Yesi. Namun, ada suara di tubuhnya yang terus berteriak: Ya Tuhan, Mo Yesi tersenyum juga terlihat sangat menawan. Apakah pria yang tampan itu benar-benar suamiku? Aku tidak sedang bermimpi, kan? Tanyanya dalam hati.     

"Sayang," panggil Mo Yesi sambil mencondongkan tubuh ke dekat Qiao Mianmian. Bibirnya yang hangat bahkan hampir mendekati daun telinganya. Lalu, suaranya yang rendah terdengar bertanya, "Kau benar-benar membiarkan aku menggigitmu? Apakah kau tidak takut sakit?"     

Qiao Mianmian masih berada di dalam pelukan oleh Mo Yesi, dan seluruh tubuhnya tengah dikelilingi oleh napas panas dari tubuh Mo Yesi. Kini, ujung hidungnya penuh dengan harum mendominasi dari pria tersebut. Suaranya yang dalam dan magnetis, yang menggoda seperti kail kecil, yang membuat hati kecilnya bergetar. Membuat tubuhnya tidak bisa menahan untuk tidak melunak di dalam pelukan Mo Yesi.     

"Tidak, tidak takut ..."     

"Benarkah?" tanya Mo Yesi sambil tertawa rendah di telinga Qiao Mianmian lagi. Lalu, ketika Mo Yesi berbicara, napas hangat seketika jatuh ke dalam telinganya. "Kalau begitu, aku akan benar-benar menggigit."     

Mo Yesi berbicara sambil meraih tangan kecil Qiao Mianmian yang putih lembut, dan mengirimkannya ke mulutnya sendiri sedikit demi sedikit.     

Pada saat Mo Yesi membuka mulutnya, tubuh Qiao Mianmian tiba-tiba menegang dan menutup matanya karena ketakutan. Bulu mata tipis gadis itu bergetar sedikit, karena ia terlalu gugup dan takut, serta wajahnya yang kemerahan berubah sedikit putih. Jelas ia sangat takut pada rasa sakit, tetapi sekarang ia benar-benar mengumpulkan keberanian untuk membiarkan Mo Yesi menggigitnya.      

Qiao Mianmian sendiri tidak akan tahu betapa memikat dirinya. Sehingga sangat menggoda Mo Yesi dan membuatnya tidak bisa mengendalikan diri lagi. Lalu, tangan di pinggangnya menegang, dan Mo Yesi membungkuk untuk langsung menciumnya dalam-dalam     

"Um…"     

Bibir panas menekan Qiao Mianmian, dan menghancurkan bibirnya dengan gesekan yang berat. Ia lalu membuka matanya karena terkejut. Detik berikutnya, sebuah tangan besar menutupi matanya. Mo Yesi dengan kasar menyedot sudut bibirnya dan sedikit terengah. "Sayang, tutup matamu saat berciuman. Dan... kau manis sekali."     

Kata terakhir jatuh, dan bibir panas pria itu menekan lagi. Karena Mo Yesi mencium Qiao Mianmian dengan sangat dalam dan keras.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.