Saat Kau Bangun, Suamimu Sudah Kembali
Saat Kau Bangun, Suamimu Sudah Kembali
Bagaimanapun juga, tidak peduli apapun yang Gong Zeli katakan atau lakukan, mereka telah berteman selama bertahun-tahun. Setelah kali ini mereka bertengkar seperti ini, Qiao Mianmian khawatir hati Mo Yesi juga tidak akan merasa nyaman.
"Ini tidak ada hubungannya denganmu," Mo Yesi mengulurkan tangan dan membelai kepala Qiao Mianmian.
Mata Mo Yesi yang dalam menyipit dan suaranya dengan lembut berkata, "Jangan berpikir sembarangan. Jika saat itu aku tidak muncul untuk melindungimu, apakah aku masih akan tetap menjadi suamimu? Apakah kau masih ingin mencari seseorang seperti ini untuk dijadikan suamimu?"
Qiao Mianmian memikirkannya dengan serius dan menggelengkan kepalanya dengan lembut.
Jika Mo Yesi tinggal untuk membela Qiao Mianmian saat itu, meskipun Qiao Mianmian tidak akan mengatakan apa-apa, hatinya pasti akan terasa tidak nyaman. Namun, jika Mo Yesi ingin melindungi Qiao Mianmian, ia pasti akan menyakiti temannya.
Di satu sisi, Qiao Mianmian adalah istri Mo Yesi. Sedangkan di sisi lain, mereka adalah saudara-saudaranya yang sudah saling kenal selama bertahun-tahun. Akan sulit untuk berada di posisi Mo Yesi.
Akan lebih bagus jika teman-teman Mo Yesi menyukai Qiao Mianmian. Mo Yesi tidak perlu begitu kesulitan. Tetapi, Qiao Mianmian tahu bahwa ini tidak mungkin.
Shen Rou sudah menganggap Qiao Mianmian sebagai saingan cinta dan pasti tidak akan menyukainya. Adapun Gong Zeli... Qiao Mianmian juga belum menganalisisnya. Ia tidak mengerti mengapa Gong Zeli merasa tidak senang setiap melihatnya. Sikap permusuhan Gong Zeli terhadap dirinya agak sedikit aneh. Mungkinkah...
Qiao Mianmian tiba-tiba memikirkan sebuah kemungkinan dan ekspresi wajahnya sedikit berubah. Ia mengangkat kepalanya dan memberi Mo Yesi tatapan aneh.
"Sayang, ada apa?" tanya Mo Yesi.
Qiao Mianmian menatap Mo Yesi dengan tatapan aneh itu untuk waktu yang lama. Mulutnya bergerak-gerak, tetapi ia akhirnya menggelengkan kepalanya, "Tidak, tidak ada."
Seharusnya tidak mungkin seperti itu, kan? Gong Zeli juga terlihat cukup normal. Tidak seperti memiliki kecenderungan dalam hal itu, pikir Qiao Mianmian.
"Mengantuk atau tidak?"
Meskipun Mo Yesi merasa bahwa Qiao Mianmian tidak mengatakan yang sebenarnya, ia tidak terus bertanya. Ia merangkul pinggang Qiao Mianmian dan menariknya untuk berjalan perlahan ke atas, "Ayo pergi ke atas dan tidur sebentar."
Qiao Mianmian agak mengantuk, jadi ia mengangguk, "Ya."
Mo Yesi langsung memeluk Qiao Mianmian dan membawanya masuk ke dalam kamar tidur, lalu berjalan ke sisi tempat tidur dan membaringkannya di tempat tidur dengan lembut. Mo Yesi membungkuk, mencium bibir Qiao Mianmian dengan lembut, dan membelai kepalanya sambil berkata, "Tidurlah."
Qiao Mianmian membuka sepasang mata hitam dan basah. Ia menatap Mo Yesi dengan sepasang mata yang mengantuk dan bertanya, "Bagaimana denganmu?"
"Ada pertemuan di sore hari," Mo Yesi duduk di samping tempat tidur dan merapikan selimut tipis yang menutupi tubuh Qiao Mianmian. Tatapan matanya begitu lembut saat ia berkata, "Aku harus pergi. Tapi, nanti malam tidak ada urusan, jadi aku bisa menemanimu di rumah. Akan aku usahakan untuk segera kembali."
Mata Mo Yesi yang dalam dan hitam pekat bagaikan dipenuhi dengan lautan bintang, tetapi juga terlihat bagaikan dipenuhi dengan lautan yang luas dan tak terbatas. Tatapan matanya yang dalam terlalu lembut. Sorot matanya juga sangat jembut.
Saat Mo Yesi mengatakan bahwa ia akan berusaha untuk pulang lebih awal, rasa manis seperti madu memenuhi hati Qiao Mianmian.
Sudut bibir Qiao Mianmian terangkat, hatinya terasa manis, dan ia tidak bisa menahan senyuman yang terbentuk di sudut mulutnya. Ia mengangguk lembut pada Mo Yesi, "Baiklah, kalau begitu... Aku akan menunggumu di rumah."
Qiao Mianmian mengucapkan beberapa kata terakhir dengan suara yang lembut dan tipis. Mo Yesi hampir tidak mendengarnya dengan jelas. Tetapi, pendengaran pria itu selalu tajam sehingga ia tetap mendengarnya. Mata gelap Mo Yesi tiba-tiba bersinar dan lautan bintang di matanya bersinar. Bibir tipisnya yang seksi juga sedikit terangkat.
"Hm, sayang. Tunggu aku baik-baik di rumah," Mo Yesi meraih jari-jari Qiao Mianmian yang putih dan halus dan menciumnya dengan lembut, "Saat kau bangun, suamimu pasti sudah kembali."
Bibir Qiao Mianmian seperti ceri yang lembut dan berwarna merah jambu. Jari-jarinya yang putih selembut batu giok. Mo Yesi memegang telapak tangan gadis itu dan mencium jari-jarinya satu per satu dengan bibirnya yang lembab.