Diam-Diam Menikah Dengan Konglomerat

Mengejar Wanita Membutuhkan Kesabaran



Mengejar Wanita Membutuhkan Kesabaran

0Mata dalam Mo Yesi menatap Qiao Mianmian lekat-lekat. Matanya sangat dalam dan sangat lembut.     

Detak jantung Qiao Mianmian tiba-tiba meleset sejenak karena gugup, "Mo Yesi…"     

Tangan Mo Yesi jatuh dengan lembut di atas kepala Qiao Mianmian dan jari-jarinya yang ramping perlahan membelai rambut panjangnya yang halus.     

"Aku tidak tahu bagaimana orang lain berkencan, tapi aku akan mencari seseorang untuk mencari tahu lebih banyak tentang itu. Aku harap aku bisa memberikan suatu pengalaman kencan yang tidak terlalu buruk. Mianmian, aku berhutang kencan padamu. Bisakah kau memberiku kesempatan untuk menebusnya untukmu?"     

Hati Qiao Mianmian tidak tahu perasaan seperti apa itu. Ketika Mo Yesi mengucapkan kata-kata ini padanya dengan nada yang sangat serius, di dalam hatinya bukan tidak ada sedikit perasaan tersentuh.     

Iya, benar. Qiao Mianmian dan Mo Yesi menikah terlalu mendadak. Mereka menikah kurang dari sehari setelah mereka bertemu. Setelah itu, karena ia akan kembali ke sekolah, mereka berdua hanya menghabiskan sedikit waktu bersama. Waktu untuk bertemu sangat sedikit, jadi tidak ada waktu untuk berkencan.     

Apalagi, Qiao Mianmian dan Mo Yesi sudah menikah. Masih ada keharusan kencan seperti apa? Setidaknya, Qiao Mianmian tidak pernah berpikir bahwa Mo Yesi telah merencanakan seperti ini di dalam hatinya.     

Mo Yesi mengatakan bahwa Mo Yesi berhutang kencan terhadapnya. Ia meminta Qiao Mianmian memberi kesempatan. Qiao Mianmian menatap matanya sejenak dan bertanya, "Apa kau benar-benar berpikir begitu?"     

Mo Yesi meraih tangan kecil Qiao Mianmian, meletakkannya di bibirnya, dan menciumnya sambil menjawab, "Ya."     

"Jika kau bilang begitu, maka kau berhutang padaku lebih dari sekedar berkencan."     

Mo Yesi terkejut dan mengangkat alisnya, "Hah?"     

Qiao Mianmian menatap Mo Yesi dan mengucapkan kata demi kata, "Jika kau mengikuti cara yang normal, kau seharusnya mengejarku dulu. Setelah aku setuju, baru kita bisa berkencan."     

Mo Yesi tertegun selama beberapa detik, lalu bertanya, "Kau ingin aku mengejarmu?"     

Qiao Mianmian mengangkat alisnya, "Kenapa? Kau tidak mau?"     

Entah mengapa, Mo Yesi memiliki firasat yang tidak terlalu baik saat bertatapan dengan mata Qiao Mianmian yang licik. Oleh karena itu, kali ini ia terdiam cukup lama, seolah sedang mempertimbangkan dan berpikir.     

Ding!     

Sampai di lantai enam, pintu lift terbuka. Qiao Mianmian menghela napas, menatap Mo Yesi, dan berkata, "Lupakan. Anggap aku tidak mengatakannya."     

Qiao Mianmian juga menerima begitu saja. Ia sudah menikah dengan Mo Yesi dan ingin seseorang mengejarnya. Tingkah laku seperti ini seperti mencari masalah.     

Qiao Mianmian berbalik badan dan baru saja melangkah keluar dari lift. Namun, tangan pria yang hangat dan kering itu menggandengnya. Ia mendengar Mo Yesi berkata, "Oke, aku akan mengejarmu dulu. Gunakan cara yang kau suka."     

Qiao Mianmian tertegun hingga berhenti melangkah, mengangkat kepalanya untuk melihat Mo Yesi, dan mengerjapkan matanya, "Kau setuju?"     

Sudut bibir Mo Yesi menekuk, "Ya, kau suka seperti itu, maka seperti itu."     

"Ini yang kau katakan," Qiao Mianmian juga menekuk sudut bibirnya. Senyum licik muncul di bawah matanya dan ia melepaskan tangannya dari telapak tangan Mo Yesi sambil berkata, "Mulai sekarang, hubungan antara kita adalah mengejar dan dikejar. Sebelum aku menerimamu, kau tidak boleh sembarangan menggandeng tanganku."     

Mo Yesi si pengejar tidak bisa berkata-kata, "....."     

Qiao Mianmian melihat ekspresi cemberut Mo Yesi dan menahan senyum, lalu berkata, "Kau yang bilang kau yang ingin mengejarku. Aku tidak memaksamu."     

Mo Yesi tidak bisa menjawab, "....."     

"Tuan Mo, mengejar wanita butuh kesabaran," Qiao Mianmian membujuk Mo Yesi, "Sekarang ini adalah masa ujian untuk menguji apakah kau cocok untuk menjadi pacarku atau tidak. Jadi, kau harus bersikap lebih baik. Berjuanglah untuk lolos."     

"....."     

"Bukankah ingin menonton film?" Qiao Mianmian mengarahkan jarinya ke antrian panjang di depan, lalu mengajak Mo Yesi, "Ayo kita beli tiket."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.