Diam-Diam Menikah Dengan Konglomerat

Jangan Menyentuh Milikku



Jangan Menyentuh Milikku

3Memikirkan masalah pernikahan Mo Yesi membuat hati Shen Rou terasa tidak nyaman lagi.     

"Dua puluh tahun?" Mo Yesi mengangguk. Suaranya ringan, tetapi membuat orang yang mendengarnya merasa dingin, "Kalau begitu, kau seharusnya memahamiku. Tidak peduli seberapa baik kita sebagai teman, bahkan keluarga pun tidak boleh menyentuh milikku."     

Ekspresi Shen Rou tiba-tiba berubah. Matanya berkilat-kilat dan muncul kecemasan di matanya, "A Si…"     

Mo Yesi memotong perkataan Shen Rou begitu saja tanpa sungkan sama sekali, "Aku tidak tahu apa yang kau katakan kepada Mianmian. Dia tidak memberitahuku. Tapi, aku harap kau bukan mencarinya untuk merepotkannya. Jika kau masih peduli dengan persahabatan kita selama bertahun-tahun, cobalah untuk bersikap baik padanya. Dia adalah orang yang sangat aku pedulikan. Aku tidak memintamu untuk memperlakukannya sama seperti aku memperlakukannya, tapi setidaknya kau bisa menyukainya dalam segala hal. Jika kau bahkan tidak bisa melakukan hal ini, lebih baik kita bertemu sejarang mungkin di masa depan."     

Shen Rou meremas tinjunya hingga kuku merah panjangnya patah di telapak tangannya, "Jadi... Apakah dia sekarang menjadi milikmu?"     

Mo Yesi tidak menyangkal, tetapi menjawab tidak sesuai pertanyaannya, "Shen Rou, jangan menyentuh milikku. Aku tidak ingin menggunakan cara yang buruk itu pada teman-temanku."     

Mo Yesi sepertinya sengaja meningkatkan nada bicaranya ketika menyebutkan kata 'teman'. Mo Yesi mengerutkan kening saat teringat apa yang baru saja dikatakan Qiao Mianmian. Lalu, ia mengungkapkannya secara halus, "Aku berharap kita akan menjadi teman selamanya, sama seperti sekarang."     

Shen Rou adalah gadis yang sangat cerdas. Jika ia benar-benar bersungguh-sungguh pada Mo Yesi, ia seharusnya bisa memahami arti lain dari kalimat Mo Yesi.     

"Menjadi teman seumur hidup?" Shen Rou mengulangi kata-kata ini lagi. Ekspresi wajahnya menjadi kaku dan wajahnya menjadi pucat.     

Mo Yesi menatap Shen Rou dengan dingin, "Iya, teman seumur hidup."     

"A Si, kau…" Wajah Shen Rou memucat dan bibirnya gemetar beberapa kali, seolah-olah ia akan kehilangan kendali atas emosinya dan rahasia yang telah disembunyikan di dalam hatinya selama bertahun-tahun akan segera terungkap.     

Sayangnya, Mo Yesi tidak memberi Shen Rou kesempatan seperti itu. Sebelum ia selesai berbicara, Mo Yesi berkata dengan suara dingin, "Aku masih ada urusan lain. Kau bisa keluar dulu."     

Shen Rou menggigit bibirnya erat-erat. Melihat wajah tampan Mo Yesi yang penuh dengan keterasingan dan kedinginan membuatnya merasa hatinya bagaikan dibelah senjata tajam. Wajahnya semakin memucat dua kali lipat dan ia tidak bisa lagi mengendalikan air mata yang mulai membasahi sudut-sudut matanya. Saat air mata mengalir di mata Shen Rou, ia cepat-cepat berbalik untuk dan mempertahankan harga dirinya.     

"Oke. Kalau, begitu aku tidak akan mengganggumu."     

Setelah berbicara, Shen Rou segera meninggalkan ruang kerja Mo Yesi.     

Setelah menyelesaikan masalah ini, Mo Yesi tidak merasa lega. Sebaliknya, perasaannya masih mudah tersinggung seperti biasanya. Dadanya terasa sesak dan dan membuatnya sangat tidak nyaman.     

Mo Yesi melepas kancing kemejanya dengan kesal hingga memperlihatkan otot-otot yang menggoda di dada putihnya. Begitu ia memikirkan sepasang mata Qiao Mianmian yang merah dan bengkak, ia langsung merasa sangat kesal. Mo Yesi juga tidak tahu Qiao Mianmian masih menangis atau tidak.     

Qiao Mianmian masih dalam masa menstruasi, jadi perasaannya tidak boleh menjadi terlalu fluktuatif. Bagaimana jika perutnya menjadi tidak nyaman untuk sementara waktu? Apakah beberapa kata yang Mo Yesi katakan pada Qiao Mianmian sebelum ia pergi dengan terlalu berat hati?     

Mo Yesi belum mengatakan sepatah kata pun yang tegas pada Qiao Mianmian sejak keduanya menikah. Ia juga tidak apakah Qiao Mianmian bisa tahan mendengar kata-kata itu atau tidak.     

Semakin Mo Yesi memikirkan Qiao Mianmian, semakin ia menjadi cemas. Wajah mungil dengan mata yang berkaca-kaca dan sosok mungil yang meringkuk di sudut tempat tidur ketika ia pergi muncul di benaknya. Sejenak, semua jenis kesedihan mulai muncul di hati Mo Yesi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.