Diam-Diam Menikah Dengan Konglomerat

Hari Ini Sudah Berakhir



Hari Ini Sudah Berakhir

2"Panggil aku suami, ya?" pinta Mo Yesi. Ada sedikit rayuan dalam suara rendahnya yang magnetis hingga membuat hati tergoda dan meleleh.     

Dag! Dig! Dug!     

Jantung Qiao Mianmian berdebar-debar dengan cepat. Qiao Mianmian digoda hingga ujung hatinya gemetar. Di depan matanya adalah wajah seorang pria yang luar biasa. Mendengarkan suaranya yang menggoda membuat Qiao Mianmian merasa sangat nyaman. Hidungnya dipenuhi aroma tubuh Mo Yesi yang memesona dan memikat...     

Qiao Mianmian seakan telah diracun. Ia merasa sedikit pusing dan wajahnya memanas hingga memerah seperti darah.     

"Mo, Mo Yesi…"     

Memanggilnya suami? Ah… Rasanya sangat malu, batin Qiao Mianmian. Meskipun menurut akta nikah Mo Yesi sudah menjadi suaminya, ia benar-benar merasa canggung dan malu jika diminta memanggil Mo Yesi seperti itu. Qiao Mianmian merasa... ia tidak bisa mengatakannya.     

"Hm, sayang, aku di sini," kata Mo Yesi sambil mendekat.     

Wajah Mo Yesi yang tampan membuat Qiao Mianmian merasa semakin tercekik saat ia berada semakin dekat dengannya. Suaranya juga semakin lama semakin rendah dan menggoda. Jantung Qiao Mianmian berdegup kencang lagi.     

Melihat penampilan yang begitu menawan di depan matanya, Qiao Mianmian menelan ludah, "Aku… Aku tidak bisa mengatakannya."     

Iya, Qiao Mianmian benar-benar tidak bisa mengatakannya. Jika dipikirkan, ia merasa sangat canggung.     

"Kau belum mencobanya, jadi bagaimana bisa kau tahu bahwa kau sendiri tidak bisa mengatakannya?"     

"....."     

"Panggil dua kali dan kau akan langsung terbiasa. Sayang, cepat panggil aku suami."     

Wajah Qiao Mianmian memerah dan rasanya ia ingin menangis, "Aku… Aku benar-benar tidak bisa mengatakannya. Bisakah kau memberiku sedikit waktu?"     

Mo Yesi melihat bahwa Qiao Mianmian sangat gelisah sampai ingin menangis. Meskipun Mo Yesi sedikit kecewa, ia juga tidak memaksanya lagi, "Oke, aku akan memberimu sedikit waktu, tapi aku berjanji padamu. Bukankah kau juga harus memenuhi sebuah permintaan kecilku?"     

"Apa?" Qiao Mianmian yang baru saja menghela napas lega langsung berkedip dan menatap Mo Yesi dengan rasa ingin tahu.     

Mo Yesi mengaitkan bibirnya dan tersenyum, "Jika kau tidak bisa memanggilku suami, maka panggil aku sayang."     

Qiao Mianmian terdiam, "....."     

"Jika tidak, panggil aku suami. Kau pilih sendiri."     

Qiao Mianmian masih terdiam, "....."     

Rasanya panggilan apapun tetap sama-sama memalukannya. Namun, sebagai perbandingan, tampaknya panggilan 'Sayang' masih sedikit lebih baik dan tidak terlalu sulit untuk dikatakan.     

"Oke, oke," Qiao Mianmian menarik napas dalam-dalam, menggigit bibirnya, dan menahan rasa malu di hatinya. Lalu, ia memanggil dengan sangat pelan, "Sayang…"     

Suara Qiao Mianmian terdengar sangat lembut. Mendengarnya membuat Mo Yesi hampir saja mendadak merasa impulsif. Matanya menggelap dan ia berkata, "Sayang, panggil sekali lagi. Lebih keras sedikit."     

"Sayangku… Uh…"     

Tiba-tiba Mo Yesi mencium bibir Qiao Mianmian dengan dalam. Bibirnya yang panas bagaikan bola api yang terbakar di atas bibirnya. Mo Yesi menciumnya sangat dalam dan bertenaga. Segera, udara di mulutnya tercuri habis dan bahkan udara di dadanya semakin lama semakin menipis di bawah tekanan strategi Mo Yesi yang semakin kuat. Ketika Qiao Mianmian hampir pingsan, barulah pria itu melepaskannya.     

"Sayang," panggil Mo Yesi dengan suara maskulin yang serak dan keinginan yang belum sepenuhnya hilang. Salah satu tangannya mengangkat wajah Qiao Mianmian, "Kau masih ingat tentang perjanjian satu minggu kita? Kau sudah siap?"     

"!!!" Qiao Mianmian yang terengah-engah dan lumpuh dalam pelukan Mo Yesi langsung tersentak dan hatinya terkejut, Perjanjian satu minggu? Apa maksudnya kontrak satu minggu?     

"Hari ini perjanjian itu sudah berakhir. Jangan bilang kau masih belum siap," kata Mo Yesi. Suara serak dan seksi Mo Yesi terdengar di telinga Qiao Mianmian lagi. Kali ini, bahkan jika Qiao Mianmian belum siap, Mo Yesi tidak berencana untuk melepaskannya.     

Ketika Qiao Mianmian mengingat apa yang dimaksud dengan perjanjian satu minggu, matanya terbelalak lebar. Ia menjadi sangat gugup sehingga tubuhnya menjadi kaku. Bukankah ini terlalu sangat cepat? pikir Qiao Mianmian.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.