Dia Tidak Akan Mundur
Dia Tidak Akan Mundur
Shen Rou pada dasarnya sangat pintar. Bagaimana mungkin ia tidak mendengarnya? Ketika wanita tua itu selesai berbicara, ekspresi wajah Shen Rou berubah beberapa kali.
Niat Nenek Mo juga demi kebaikan diri Shen Rou. Karenanya, wanita tua itu kemudian membujuknya. Tetapi, kata-kata ini malah terdengar sangat menusuk di telinganya dan tidak dapat dikatakan. Shen Rou tidak bisa mendengar sepatah kata pun. Ia tidak berpikir bahwa Nenek Mo mengatakan itu demi kebaikannya. Sebaliknya, ia berpikir bahwa wanita tua itu sedang memihak.
Mereka semua tahu bahwa Shen Rou dan Mo Yesi tumbuh bersama sejak kecil hingga dewasa. Mereka semua juga mengira bahwa dirinya akan menikahi Mo Yesi di masa depan. Semua orang berpikir bahwa mereka adalah pasangan yang cocok. Lalu, mengapa ia harus mundur? Apakah karena Mo Yesi sudah menikah?
Ibu Mo sendiri sudah berkata bahwa jika menikah, masih bisa bercerai. Tidak ada masalah apapun yang bisa abadi tanpa ada perubahan. Terlebih lagi, Shen Rou tidak merasa bahwa pernikahan Mo Yesi dan Qiao Mianmian bisa bertahan lama.
Bisakah dua orang dari status keluarga yang tidak sama berbagi topik pembicaraan yang sama? Jika hubungan mereka benar-benar baik sekarang, itu juga hanya kesegaran sesaat. Tunggu saja sampai kesegaran ini layu. Masih bisa bertahan berapa hari?
Karenanya, Shen Rou tidak akan mundur. Ia bisa menunggu. Shen Rou yakin Mo Yesi akan menceraikan Qiao Mianmian dalam jangka waktu paling lama satu tahun. Jika itu hanya setahun, Shen Rou sanggup menunggunya.
"Nenek Mo, aku tahu," kata Shen Rou. Ia memiliki pemikiran lain di dalam hatinya, tetapi ia bersikap pintar dan terlihat patuh di luar. Ia dengan cerdik menjawab, "Aku mengerti maksud Nenek, jadi Nenek tenang saja. A Si sudah menikah, jadi aku akan menjaga jarak dengannya dan tidak akan menyebabkan masalah baginya dan Mianmian."
"Anak baik," Nenek Mo berkata dengan wajah lega, "Aku tahu kau adalah seorang yang patuh."
Setelah Shen Rou mengantar Nenek Mo kembali ke kamar, ia kembali ke lantai bawah. Segera setelah menuruni tangga, ia melihat seorang pelayan wanita berjalan sambil membawa semangkuk air yang terlihat sedikit hitam. Shen Rou memandangnya dengan santai dan bertanya dengan nada ingin tahu, "Apa ini? Akan diantar ke mana?"
Shen Rou sering masuk ke rumah keluarga Mo. Sebelum Mo Yesi menikah, para pelayan di rumah keluarga Mo pada dasarnya menganggapnya sebagai calon nyonya muda. Bahkan, jika Mo Yesi sudah menikah sekarang, para pelayan ini tetap bersikap sopan padanya.
Meskipun Shen Rou bukan Nyonya Mo, tapi ia juga Nona Shen. Karenanya, ketika ia bertanya, pelayan wanita itu langsung menjawab dengan hormat, "Nona Shen, ini air gula merah."
"Air gula merah?" Shen Rou tertegun, "Ini dibawa untuk apa?"
"Sebelum Tuan Muda kembali membawa Nyonya Muda, dia meminta kami merebuskan air gula merah. Ini seharusnya untuk diminum Nyonya Muda," kata pelayan wanita itu sambil tersenyum sebelum ia melihat wajah Shen Rou yang seketika menjadi suram, "Ini minuman untuk meredakan sakit datang bulan wanita."
"Iya," jawab pelayan wanita lainnya sambil tersenyum, "Saya benar-benar tidak menyangka bahwa Tuan Muda kami ternyata adalah orang yang begitu peduli dan perhatian. Tuan Muda sangat baik kepada Nyonya Muda. Tuan Muda tidak hanya meminta kami membuat air gula merah lebih awal, tapi juga memerintahkan agar kami memasak lebih banyak makanan ringan di dapur. Itu pasti karena Nyonya Muda sedang menstruasi dan tidak bisa makan terlalu banyak makanan pedas."
"Saya awalnya masih menganggap Tuan Muda adalah tipe pria yang tidak akan bersikap lembut terhadap wanita sama sekali. Tapi, saya tadi melihat Tuan Muda memeluk Nyonya Muda naik ke atas. Selain itu, Tuan Muda juga berbisik di telinga Nyonya Muda. Tatapannya terhadap Nyonya muda sangat-sangat lembut."