Diam-Diam Menikah Dengan Konglomerat

Aku Tidak Akan Menganggap Serius Kata-kata Ini



Aku Tidak Akan Menganggap Serius Kata-kata Ini

1Jika di dalam hati Qiao Mianmian masih ada Su Ze, Mo Yesi hanya akan mendorong gadis ini semakin jauh dengan melakukan hal seperti ini.     

Qiao Mianmian masih menangis. Sudut matanya yang baru saja diseka hingga kering segera menjadi basah lagi. Hatinya sungguh sangat sedih.     

Ini adalah pertama kalinya Mo Yesi begitu galak padanya dan pertama kalinya sikap Mo Yesi begitu menakutkan di hadapannya. Mo Yesi seperti berubah menjadi orang yang berbeda. Saat itu, Qiao Mianmian merasa bahwa Mo Yesi sangat asing.     

Hati Qiao Mianmian merasa sangat takut dan ia sangat ingin melarikan diri. Semakin Mo Yesi membujuk dan menenangkannya, semakin banyak air mata yang ia tumpahkan. Ia tidak bisa menghentikan air matanya yang mengalir seperti derai manik-manik yang menjuntai.     

Mo Yesi bahkan menuduh bahwa masih ada Su Ze di dalam hatiku. Dia benar-benar mengatakan bahwa aku terus memikirkan cara untuk bercerai darinya! Mengapa Mo Yesi bisa begitu keterlaluan?! pikir Qiao Mianmian.     

Qiao Mianmian khawatir bahwa di dalam hati Mo Yesi, pria itu tidak pernah percaya padanya sejak awal. Mo Yesi selalu curiga bahwa ia masih tidak dapat melupakan Su Ze. Sebelumnya, Mo Yesi sudah pernah mencurigainya sekali. Kali ini, walaupun Mo Yesi sangat marah, hatinya hanya tidak dapat mengatakannya. Sejak awal, Mo Yesi tidak pernah percaya pada Qiao Mianmian.     

Semakin Qiao Mianmian memikirkannya, semakin hatinya terasa dingin. Ia sangat sedih hingga tidak ingin memedulikan Mo Yesi lagi. Di telinganya, suara rendah pria itu yang terus-menerus meminta maaf padanya malah terdengar membawa rasa kesal bagi Qiao Mianmian.     

Qiao Mianmian menarik napas dari hidungnya, menyeka air mata dari sudut matanya, dan perlahan mundur dari lengan Mo Yesi. Mo Yesi tidak berani menghentikannya. Mo Yesi takut Qiao Mianmian akan lebih impulsif ketika Mo Yesi menghentikannya.     

"Sayang, maafkan aku. Aku menarik kembali semua kata-kata yang baru saja kuucapkan," kata Mo Yesi.     

Mo Yesi memandang gadis yang meringkukkan dirinya hingga menjadi seperti bola, membenamkan kepalanya, dan terus-menerus menyeka air matanya dengan beribu kekesalan di hatinya. Mo Yesi ingin mengulurkan tangannya dan membantu menyeka air mata Qiao Mianmian. Namun, gadis itu menoleh dan langsung menghindar.     

Mo Yesi mengerutkan keningnya dan berusaha memanggil, "Sayang, aku…"     

Sebelum Mo Yesi sempat mengucapkan permintaan maaf, ia melihat Qiao Mianmian tiba-tiba mengangkat kepalanya. Gadis itu menatapnya dengan mata merah dan bengkak karena menangis. Suara Qiao Mianmian membawa rasa keterasingan dan ketidakpedulian ketika ia berbicara dengan sedikit terbata-bata, "Karena kau merasa aku masih menginginkan Su Ze dan tidak dapat melupakannya, kita cerai saja."     

Qiao Mianmian berkata dengan marah, "Iya, benar. Aku masih tidak bisa melupakan Su Ze. Aku selalu berharap untuk bercerai denganmu. Mo Yesi, kita bercerai saja. Kau juga tidak ingin bersama dengan seorang wanita yang masih punya pria lain di dalam hatinya, kan? Jadi, lebih baik kita bercerai. Kau bisa mencari dan menemukan wanita yang benar-benar menyukaimu. Aku benar-benar tidak cocok untukmu."      

Wajah Mo Yesi tiba-tiba berubah. Saat ia mendengar kata 'cerai', wajahnya tiba-tiba menjadi muram. Matanya menjadi semakin kabur ketika Qiao Mianmian mengatakan bahwa ia masih tidak dapat melupakan Su Ze. Mo Yesi jelas-jelas tahu bahwa Qiao Mianmian berbicara seperti itu karena marah padanya.     

"Mianmian, jangan berbicara saat marah," kata Mo Yesi. Ia mengencangkan bibirnya dan terdiam beberapa saat. Ia menarik napas dalam-dalam, menekan amarah di dalam hatinya, dan tidak ingin menakuti Qiao Mianmian lagi, "Barusan adalah salahku. Kau boleh marah. Kau juga boleh memukul dan memarahiku. Tapi, kau jangan sembarangan mengatakan kata 'cerai'."     

"Aku sudah pernah bilang. Aku tidak ingin bercerai darimu."     

Qiao Mianmian menyeka air matanya untuk beberapa saat, lalu mengangkat kepalanya, dan melihat Mo Yesi sambil tersenyum. "Mo Yesi, kau adalah orang yang sangat sombong. Apakah kau bisa tahan ketika masih ada pria lain di dalam hati istrimu sendiri? Perkataanmu benar. Aku sudah mengenal Su Ze selama sepuluh tahun penuh. Bukan berarti mengatakan lupa, maka perasaan kami langsung bisa dilupakan. Jika hatiku selalu tidak bisa melupakan Su Ze, apakah kau benar-benar bisa menerimanya?"     

"Jangan bicara lagi," Mo Yesi berdiri dengan wajah dingin, berdiri di samping tempat tidur, dan menatap Qiao Mianmian dengan kesabaran dan kabut yang menyelimuti matanya, "Aku tahu kau masih marah, jadi semua yang kau ucapkan adalah perkataan marah. Aku tidak akan menganggap serius kata-kata ini."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.