Diam-Diam Menikah Dengan Konglomerat

Orang yang Seharusnya Meminta Maaf adalah Aku



Orang yang Seharusnya Meminta Maaf adalah Aku

0Mo Yesi menyesalinya. Ia menyesal karena mengatakan begitu banyak perkataan yang kasar pada Qiao Mianmian. Ia seharusnya tidak begitu cemas.     

Berapa lama mereka baru mengenal satu sama lain? Bahkan, jika di hati Qiao Mianmian benar-benar masih ada Su Ze, Mo Yesi juga tidak bisa menyalahkan gadis itu. Lagi pula, Qiao Mianmian dan Su Ze sudah kenal selama bertahun tahun. Selain itu, hubungan mereka juga sangat bagus sehingga mereka hampir menikah.     

Hal yang harus Mo Yesi lakukan bukanlah mengucapkan kata-kata yang akan membuat Qiao Mianmian sedih dan sakit hati. Seharusnya ia memperlakukan Qiao Mianmian dengan dua kali lipat lebih baik, dua kali lipat lebih memanjakannya, dan perlahan-lahan menempati posisi terpenting di hati Qiao Mianmian sehingga Qiao Mianmian tidak bisa lagi mengingat Su Ze. Sedangkan, semua yang Mo Yesi lakukan sekarang malah membuat Qiao Mianmian menyesal menikah dengannya.     

Jika Qiao Mianmian benar-benar kecewa padaku dan akan menceraikanku...     

Ekspresi Mo Yesi langsung berubah. Ia pun bangkit dan keluar dari ruang kerja. Namun, saat ia baru saja berjalan ke pintu, ponselnya berdering. Mo Yesi mengeluarkan ponselnya, melihat nama Qiao Mianmian tertera di layar, dan langkahnya berhenti.     

———     

Qiao Mianmian sedang berbicara dengan Jiang Luoli dan pembicaraan itu membuatnya semakin sadar akan kesalahannya. Setelah introspeksi dan peninjauan diri, ia memutuskan untuk mengirim pesan teks kepada Mo Yesi dan berinisiatif untuk mengakui kesalahannya duluan.     

Qiao Mianmian mengedit pesan untuk waktu yang lama dengan kepala tertunduk. Ia merenungkan apa yang hendak ditulisnya berulang-ulang untuk waktu yang lama sebelum akhirnya mengirimkan pesan teks. Setelah mengirimkannya, Qiao Mianmian memegang ponselnya dengan erat dan menunggu balasan Mo Yesi dengan gugup.     

Mo Yesi pasti masih marah sekarang, pikir Qiao Mianmian. Ia juga tidak tahu pria itu akan memaafkannya atau tidak setelah membaca pesan teks yang dikirimnya. Mo Yesi sepertinya bukan orang yang pemarah dan seharusnya dapat memaafkannya. Namun, ini pertama kalinya Qiao Mianmian melihat Mo Yesi memiliki temperamen yang buruk. Jika Mo Yesi benar-benar marah, pria itu juga mungkin tidak akan begitu cepat memaafkannya.     

Qiao Mianmian merasakan berbagai kepanikan. Setelah pesan teks terkirim, ia mengangkat ponselnya dan memeriksanya hampir setiap beberapa detik. Qiao Mianmian ingin melihat Mo Yesi membalas pesannya atau tidak. Tetapi, tidak ada balasan… Qiao Mianmin menunggu sampai satu menit penuh dan tetap tidak kunjung ada jawaban Mo Yesi. Selama ia menunggu, ia menjadi lebih cemas dan tertekan.     

Qiao Mianmian bertanya-tanya, Apakah Mo Yesi belum melihat pesanku? Dia sebelumnya mengatakan bahwa masih ada pekerjaan yang harus diselesaikan. Mungkin dia sedang sibuk bekerja sekarang, jadi dia belum melihat pesan teks yang aku kirim. Apakah aku harus mengirim satu pesan lagi? Tapi, jika sebenarnya Mo Yesi sudah melihat pesan teksku dan dia masih marah padaku, dia tidak akan membalasnya… Kalau begitu, apakah aku masih perlu mengirimkannya lagi?     

Dalam waktu beberapa menit menunggu balasan Mo Yesi, Qiao Mianmian merasa bahwa ia nyaris saja berubah menjadi gila. Sebentar-bentar, ia menduga Mo Yesi belum melihat pesan teksnya. Sebentar-bentar lagi, ia juga merasa bahwa pria itu sudah melihat pesannya.     

Setelah Qiao Mianmian mengalami berbagai konflik di dalam hatinya, ia menjadi terlalu kesal pada dirinya sendiri. Ia pun memutuskan untuk langsung menelepon Mo Yesi. Qiao Mianmian benar-benar tidak ingin terus menebak isi pikiran Mo Yesi seperti ini. Jika terus begini, ia merasa bahwa ia pasti akan menjadi gila.     

Klik.     

Qiao Mianmian baru saja mengeluarkan ponselnya ketika ia mendengar seseorang membuka kunci pintu. Ia mengangkat kepalanya dan melihat ke arah pintu. Setelah pintu dibuka, sesosok ramping dengan bayangan hitam masuk ke dalam kamar. Qiao Mianmian melebarkan matanya, "Mo…"     

Mo Yesi memegang ponsel di satu tangan dan berjalan ke arah Qiao Mianmian dengan cepat. Sebelum Qiao Mianmian sempat bertanya pria itu sudah melihat pesan teks dikirimkannya atau belum, ia memukul dada Mo Yesi yang hangat dan kuat.     

Lengan ramping Mo Yesi melingkari pinggang Qiao Mianmian dan memeluknya erat-erat. Napas hormonal yang masuk membuat Qiao Mianmian pusing. Dari atas kepalanya, terdengar suara rendah pria itu yang pelan dan lembut, "Sayang, itu bukan salahmu. Kau tidak melakukan kesalahan apapun. Orang yang seharusnya meminta maaf adalah aku. Akulah yang tidak baik. Aku seharusnya tidak mengatakan apa-apa ketika aku marah dan menyakitimu dengan mengatakan hal-hal itu."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.