Diam-Diam Menikah Dengan Konglomerat

Tunggu Dia Lulus, Baru Kita Bicarakan Lagi Masalah Ini



Tunggu Dia Lulus, Baru Kita Bicarakan Lagi Masalah Ini

1Bagaimanapun, sekarang Mo Yesi tidak mungkin bersikap seperti itu lagi. Selama ia teringat bahwa ada seseorang yang menunggunya di rumah, ia hanya ingin pulang kerja lebih awal dan kembali untuk menemani istri barunya.     

Tidak peduli betapa pentingnya pekerjaan, tidak akan ada yang sepenting Qiao Mianmian. Mo Yesi masih dapat membedakan masalah ini dengan sangat jelas.     

Nenek Mo meraih tangan Qiao Mianmian dengan ekspresi tidak rela dan menepuk punggung tangannya berulang kali dengan lembut, "Mianmian, A Si ini kalau sudah sangat sibuk dengan pekerjaan, dia bisa sampai lupa siang dan malam. Nantinya, kau harus lebih sering mengawasinya. Jangan biarkan dia bekerja terlalu keras."     

"Dulu, dia masih belum memiliki keluarga, hatinya juga belum ada kekhawatiran, pekerjaan adalah segalanya baginya. Sudah ada dirimu di masa depan, nenek akhirnya bisa tidak perlu terlalu khawatir terhadapnya."     

"Kau dan A Si juga sudah mencatatkan pernikahan kalian. Kami sebagai orang tua juga sudah bertemu denganmu. Pernahkah kalian memikirkan kapan resepsi pernikahan akan dilangsungkan? Jika kalian berencana segera melakukannya, Nenek bisa mencari seorang ahli Feng Shui untuk mencarikan waktu yang bagus untuk kalian."     

Nenek Mo tiba-tiba menyebutkan tentang pesta pernikahan. Qiao Mianmian tidak bisa menjawab. Ia membeku selama beberapa detik, lalu membuka mulutnya, "Um, itu, Nenek… Kami…"     

"Nenek, pesta pernikahaan tidak terburu-buru untuk saat ini."     

Mo Yesi meremas telapak tangan Qiao Mainmian dan menggantikannya untuk menjelaskan, "Mianmian masih sekolah, jadi kami tidak berencana mengadakan pesta pernikahan lebih awal. Tunggu dia lulus, baru kita bicarakan lagi masalah ini."     

Qiao Mianmian segera menatap Mo Yesi dengan wajah bersyukur. Untung saja Mo Yesi menyelamatkannya tepat waktu. Jika tidak, ia benar-benar tidak tahu bagaimana caranya menjawab pertanyaan itu.     

Qiao Mianmian benar-benar tidak berpikir untuk mengadakan pesta pernikahan sekarang. Umurnya masih belum sampai 20 tahun. Ia tidak ingin orang lain tahu bahwa ia menikah terlalu dini, apalagi sebelum ia lulus sekolah.     

Berdasarkan kondisi Mo Yesi, bisa dipastikan ada banyak sekali wanita yang ingin menikah dengannya. Meskipun menikahi Mo Yesi bukanlah fakta yang memalukan, Qiao Mianmian selalu merasa bahwa tidak akan bagus sama sekali jika orang-orang mengetahui bahwa ia menikah begitu cepat. Meskipun ia memiliki hubungan yang baik dengan Jiang Luoli, ia juga tidak memberitahunya tentang pernikahan ini.     

Bagaimanapun, Qiao Mianmian pernah menyatakan bahwa ia adalah seorang wanita karier dan ia tidak akan pernah mempertimbangkan masalah pernikahan sampai ia berhasil bekerja keras untuk membangun sebuah karier. Sekarang, kondisi seperti ini... Bagaikan tamparan besar di wajah Qiao Mianmian.     

Qiao Mianmian tidak memberitahu Mo Yesi mengapa ia tidak ingin mengadakan pesta pernikahan sekarang. Tetapi, ia tidak menyangka... Mo Yesi bisa menebak apa yang ia pikirkan.     

Nenek Mo sebenarnya hanya bertanya. Saat ia mendengar Mo Yesi berbicara seperti itu, ia mengangguk dan berkata, "Benar juga. Dia masih muda sekarang, jadi tidak perlu terburu-buru tentang pesta pernikahan. Bagaimanapun, ini adalah urusan kalian sebagai suami dan istri. Kalian hanya perlu memikirkannya. Aku hanya khawatir Mianmian dirugikan."     

"Tidak dirugikan, Nenek," kata Qiao Mianmian. Ia memandang Nenek Mo di depannya yang baginya sama akrabnya dengan neneknya sendiri dan hatinya seketika tersentuh, "Kalian sangat baik padaku. Aku sangat bersyukur. Bagaimana mungkin aku merasa dirugikan?"     

"Bagus kalau begitu," Nenek Mo mengulurkan tangannya dan membelai kepala Qiao Mianmian dengan tatapan mata yang penuh cinta, seolah-olah gadis itu adalah cucunya sendiri, "Tapi, kau sekarang adalah istri kedua dari pihak keluarga Mo kami secara sah. Meskipun tidak mengadakan pernikahan, setidaknya tetap harus mengadakan sebuah perjamuan."     

Nenek Mo mulai menyarankan, "Undang saja beberapa kenalan yang akrab di perjamuan. Bagaimana menurut kalian? Cucu menantu yang begitu baik, jika kau ingin Nenek menyembunyikan hal ini dan bahkan orang yang akrab dengan keluarga kita tidak boleh mengetahuinya, hati Nenek mungkin akan merasa cemas."     

Tak berhenti sampai di sini, Nenek Mo juga bertanya, "Selain itu, tanyakan juga kapan keluargamu ada waktu luang. Bukankah kedua keluarga kita harus duduk untuk makan bersama?"     

Dua tuntutan yang diajukan oleh Nenek Mo tidak berlebihan sama sekali. Meskipun Qiao Mianmian tidak pernah berpikir untuk meminta keluarga Qiao bertemu dengan keluarga Mo, ia juga tidak bisa mengatakan apa-apa untuk menolak.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.