Kau Menyukai Mobil yang Mana, Aku Akan Memberikannya Padamu
Kau Menyukai Mobil yang Mana, Aku Akan Memberikannya Padamu
Mobil ini… milik Kakak Ipar? Kakak Ipar juga punya sopir pribadi? pikir Qiao Chen.
Keluarga Qiao juga punya uang sebelumnya dan Qiao Chen memiliki pemahaman tertentu tentang mobil mewah ini. Ia tahu bahwa Rolls Royce edisi terbatas yang sedang ia duduki ini sangat, sangat mahal.
Ini adalah mobil dengan harga puluhan juta. Apalagi, mobil ini juga edisi terbatas dunia. Jika bukan untuk orang dengan status terkemuka, tidak akan ada yang mampu membelinya sama sekali.
Keluarga Su juga dianggap keluarga terkenal dan kaya. Namun, mobil edisi terbatas semacam ini… Khawatirnya keluarga Su juga tidak akan bisa memilikinya.
Ketika Mo Yesi mengunjungi Qiao Chen untuk pertama kalinya, ia langsung tahu bahwa kakak iparnya sangat kaya. Namun, ia tidak tahu persis seberapa kaya kakak iparnya. Waktu itu, Qiao Chen belum memiliki pemahaman yang mendalam.
Saat ini, Qiao Chen duduk di dalam mobil mewah seharga puluhan juta ini. Bisa dibilang ia sudah memiliki dugaan di dalam benaknya. Ia pun melirik ke kaca spion dan bertanya pada Mo Yesi, "Kakak ipar. Mobilmu ini sangat mahal, kan?"
Di jok belakang, Mo Yesi menjawab dengan sungguh-sungguh, "Masih oke."
"....." Qiao Chen terdiam dan membatin, Mobil puluhan juta, katanya oke? Sudut mulut Qiao Chen bergerak-gerak dan ia bertanya lagi, "Kakak Ipar, berapa banyak mobil yang kau miliki? Apakah mobil ini yang paling mahal?"
Mo Yesi akan menjawab pertanyaan adik iparnya itu dengan sangat serius. Untuk pertama kali, ia memikirkannya dengan serius. Kemudian, ia menjawab dengan serius, "Aku belum pernah menghitung dengan jelasnya berapa jumlah mobil yang aku miliki. Aku juga tidak tahu dengan jelas. Nanti aku akan menyuruh orang untuk menghitungnya. Mobil ini bukan yang termahal. Yang termahal ada di dalam garasi. Jika kau ingin melihatnya, nanti setelah kita pulang aku akan membawamu melihatnya."
"....." Qiao Chen tak bisa berkata-kata. Ia merasa seakan panah lain ditembakkan di dadanya, Aduh, sakit! Dia tidak tahu berapa jumlah jelas mobil yang dia punya? Apakah itu karena mobilnya terlalu banyak hingga dia tidak bisa menghitungnya dengan jelas?
Memikirkan hal ini membuat dada Qiao Chen semakin sakit. Sebenarnya seberapa kaya kakak iparnya ini? Apakah kakak perempuannya menikah dengan orang konglomerat?
Meskipun Qiao Chen bertanya-tanya, ia masih sangat tertarik dengan mobil mewah termahal itu sehingga ia pun bertanya, "Apakah aku boleh melihatnya?"
Lebih tepatnya, para lelaku memang cukup tertarik pada mobil mewah. Tingkat ketertarikan ini tidak kalah dengan kecintaan perempuan pada tas dan kosmetik. Meskipun Qiao Chen tidak punya uang, ia biasanya masih tetap suka mencari tahu dan mempelajari soal mobil-mobil mewah tersebut.
"Tentu saja boleh," jawab Mo Yesi sambil tersenyum, "Jika kau punya SIM, kau bisa mengemudikannya jika kau mau."
Jika Yan Shaoqing berada di sana saat ini, bisa diperkirakan ia pasti akan muntah darah mendengar perkataan Mo Yesi barusan. Yan Shaoqing selalu ingin mencoba bagaimana rasanya mengemudikan mobil termahal Mo Yesi itu. Ia sudah menyebutkan pada Mo Yesi beberapa kali dan Mo Yesi tidak menjanjikannya. Tapi, sekarang Kakak Kedua berinisiatif menawari orang lain untuk mengemudikan mobilnya.
Ketika Qiao Chen mendengar ini, matanya langsung bersinar, "Aku punya SIM. Kakak Ipar, apakah benar aku boleh mengendarai mobil termahalmu itu?"
Qiao Chen merasa puas jika Mo Yesi memperbolehkannya mengendarai Rolls Royce ini. Dalam beberapa tahun terakhir, ia pernah melihat mobil-mobil ini di televisi dan di majalah. Jika Qiao Chen bisa menyentuh dan mengendarainya, ia tidak akan menyesal dalam hidupnya.
"Jika aku bilang boleh, tentu saja boleh," jawab Mo Yesi yang masih sangat bermurah hati kepada adik iparnya sendiri, "Nanti, pergilah ke garasi dan lihatlah ada yang kau sukai atau tidak. Kau menyukai mobil yang mana, aku akan memberikannya padamu."
"Uhuk! Uhuk! Uhuk!" Qiao Chen membuka matanya lebar-lebar. Ia begitu terkejut hingga mendadak terbatuk dengan sangat keras. Lalu, ia bertanya dengan nada tidak percaya, "Beri… Memberikannya padaku?"