Suaminya Benar-benar Kaya!
Suaminya Benar-benar Kaya!
"Su-uka…"
Tapi, apakah mobil mewah bisa diberikan begitu saja? Berdasarkan apa yang Qiao Chen ketahui sekarang tentang kakak iparnya, mobil-mobil yang ada di garasinya itu khawatirnya tidak murah.
Qiao Mianmian tak kalah terkejut ketika mendengarnya. Ia menoleh untuk melihat Mo Yesi dan bertanya dengan tidak percaya, "Kau akan memberi Chenchen sebuah mobil?"
Mo Yesi menjawab Qiao Mianmian dengan mengangguk.
"...Tapi, Chenchen tidak menggunakannya," kata Qiao Mianmian.
"Kenapa tidak bisa menggunakannya?" tanya Mo Yesi sambil tersenyum, "Jika ada mobil, melakukan apapun akan menjadi lebih mudah. Lagi pula, meski dia tidak bisa menggunakan mobil sekarang, itu juga tidak akan menghalangiku untuk tetap memberikannya padanya. Mobil itu akan berguna di masa depan, saat dia bisa menggunakannya."
"....." Qiao Mianmian tidak bisa berkata-kata.
Pengalaman seperti apa ini saat memiliki seorang suami yang terlalu kaya? Apakah memberikan jam tangan dan mobil begitu saja masih belum cukup? Pertama kali bertemu, langsung memberikan jam tangan mewah seharga puluhan juta. Sekarang, mau memberikan mobil lagi? Apakah orang kaya seperti mereka memberikan hadiah kepada orang lain dengan begitu murah hati dan cuma-cuma? Qiao Mianmian bertanya-tanya dalam benaknya dan tak bisa habis pikir.
"Tapi, hadiah seperti itu juga terlalu berharga," kata Qiao Mianmian akhirnya.
Mo Yesi mengangkat sudut bibirnya lagi, "Itu hanya sebuah mobil, tidak termasuk berharga."
Qiao Mianmian yang malang tak bisa menjawab, "....."
Qiao Chen yang malang juga sama-sama tak bisa menjawab, "....."
Qiao Mianmian diam-diam membatin, Suamiku benar-benar kaya!
Qiao Chen juga diam-diam membatin, Kakak iparku terlalu kaya!
———
Mereka kembali ke Lushan Bieyuan terlebih dahulu.
Mo Yesi sudah memberikan pengumuman dan menjelaskannya kemarin. Jadi, para pelayan sudah membersihkan kamar Qiao Chen lebih awal. Rolls Royce hitam itu melaju perlahan ke dalam area rumah mewah yang luas. Para pelayan yang menerima pemberitahuan lebih awal juga sudah siap menunggu di luar bangunan putih itu bersama Kepala Pelayan Ryan.
Meskipun Qiao Chen sudah tahu bahwa kakak iparnya sungguh sangat kaya, ia masih terkejut ketika melihat rumah super mewah yang berdiri di tengah gunung dan memiliki area luas yang sebanding dengan taman. Ia ternganga hingga mulutnya terbuka dan melihat ke luar jendela mobil dengan mata terbelalak kaget.
Di kedua sisi jalan, terdapat halaman rumput hijau yang awalnya sekilas tidak terlihat. Berbagai tanaman hijau dipangkas hingga membentuk berbagai pola binatang. Ada bunga langka yang tak terhitung jumlahnya di pinggir jalan. Tepat di depan, berdiri sebuah bangunan putih yang besar dan megah hingga sebanding dengan istana. Terdapat pula sebuah air mancur yang sangat besar di depan bangunan itu.
Sekelompok orang berseragam berdiri di samping air mancur. Saat mendekati kolam air mancur, Paman Li menghentikan mobil secara perlahan. Setelah turun dari mobil, paman Li berjalan ke samping Qiao Chen untuk membukakan pintu. Ia berdiri di samping dan berkata dengan hormat, "Silakan turun, Tuan Qiao Chen."
"....." Qiao Chen sejenak terdiam dan menyentuh hidungnya karena merasa tidak terbiasa. Ia perlahan-lahan turun keluar dari mobil sambil berkata, "Ah, terima kasih, Paman Li."
Paman Li berjalan ke bagian belakang mobil dan membukakan pintu lagi untuk Qiao Mianmian dan Mo Yesi. Setelah melihat Qiao Mianmian turun dari mobil, Qiao Chen segera berjalan ke arahnya. Ia mendekat ke kakaknya, menyentuh hidungnya, dan bertanya dengan suara rendah, "Kakak, apakah ini... rumah Kakak Ipar?"
Qiao Mianmian mengangguk dan menjawab singkat, "Ya."
Qiao Chen menarik napas dalam-dalam, kemudian berkomentar, "...Rumah Kakak Ipar begitu besar, ya? Rumah di sini pasti sangat mahal, kan?"
Qiao Mianmian berpikir sejenak, kemudian menggelengkan kepalanya dan berkata, "Aku juga tidak tahu."
Qiao Mianmian tahu bahwa daerah ini adalah daerah tempat tinggal orang-orang kaya. Namun, ia tidak tahu dengan jelas berapa banyak biaya yang dihabiskan untuk memiliki rumah di tempat ini. Qiao Mianmian tidak pernah bertanya pada Mo Yesi.
Mo Yesi berjalan mendekat. Ia secara alami mengulurkan tangannya untuk memeluk pinggang Qiao Mianmian dan membawanya berjalan ke depan.
"Selamat datang, Tuan, Nyonya. Selamat datang, Tuan Qiao."
Ryan memimpin sekelompok pelayan dan pengawal untuk memberi hormat pada mereka bertiga. Qiao Chen kembali dibuat terkejut karena suara sekerumun orang yang menyapanya. Bahkan, meskipun keluarga Qiao memiliki uang sebelumnya, mereka juga tidak pernah hidup semewah itu.