Dia… Terlalu Buruk!
Dia… Terlalu Buruk!
"Sayang, kau bisa merasakannya, kan? Aku tidak nyaman sekarang. Bantu aku…" gumam Mo Yesi. Suara pria itu menjadi lebih rendah dan serak. Suaranya membawa kesan seksi dan menggoda yang tidak terlukiskan.
Hanya mendengarkan suara Mo Yesi membuat hati Qiao Mianmian gemetaran. Wajahnya terasa panas seperti dibakar api. Ia juga tidak berani sembarangan bergerak dalam pelukan Mo Yesi. Matanya memerah karena cemas.
"Kau… Apakah kau tidak bisa menyelesaikannya sendiri?" tanya Qiao Mianmian. Mereka adalah laki-laki. Bukankah mereka sudah bisa seperti itu sejak dulu? Mo Yesi juga bisa melakukannya. Mengapa Qiao Mianmian harus membantu?
"Istriku," Mo Yesi meletakkan kepalanya di ceruk leher Qiao Mianmian dan menggosok-gosokkannya. Ia sengaja bermanja pada Qiao Mianmian sambil meminta, "Aku tidak ingin menyelesaikannya sendiri. Bantulah aku."
Panggilan 'istri' membuat jantung Qiao Mianmian kembali berdebar kencang.
———
Qiao Mianmian masih gagal menahan godaan Mo Yesi. Pria itu berulang kali memohon dan terus berpura-pura berpenampilan menyedihkan di depannya. Pada akhirnya, Qiao Mianmian membantu Mo Yesi menyelesaikannya dengan cara lain.
Qiao Mianmian sudah mencuci tangan dan saat Mo Yesi menggendongnya keluar dari kamar mandi, wajahnya masih merah dan matanya masih menunjukkan tatapan penuh keluhan. Jika Qiao Mianmian tahu bahwa Mo Yesi akan memakan waktu begitu lama untuk melakukannya, ia tidak seharusnya menuruti pria itu.
Tangan Qiao Mianmian... sangat pegal. Sungguh sangat pegal. Selain itu, jika ia tidak berulang kali mendesak Mo Yesi, pria itu juga tidak akan mengakhirinya secepat itu. Jika Qiao Mianmian tidak mendesak, tangannya mungkin akan kram mengikuti waktu normal Mo Yesi.
Sebaliknya, saat ini Mo Yesi sangat puas. Meskipun metode ini tidak sepenuhnya menyenangkan, tetap saja ini jauh lebih baik daripada terus menahan diri. Akhirnya, Mo Yesi tidak lagi merasa begitu tidak nyaman sekarang. Pria yang telah memuaskan hasratnya itu memandang wanita kecil yang sedang merasa kesal dalam pelukannya.
Mo Yesi mengangkat sudut bibirnya dengan gembira dan membujuk dengan lembut, "Sayang, apakah tanganmu masih pegal? Aku akan memijatnya untukmu."
Ketika Qiao Mianmian memikirkan kejadian memalukan tadi, ia merasa malu dan kesal. Ia sama sekali tidak ingin memperdulikan Mo Yesi. Qiao Mianmian terus mengeluh dalam hati, Dia... terlalu buruk! Dia adalah seorang pria mesum!
Mo Yesi biasanya tampak seperti orang yang begitu murni. Sebaliknya, di saat seperti itu, pria itu sangat jahat sehingga Qiao Mianmian terlalu malu untuk memikirkannya. Saat itu, Mo Yesi benar-benar seperti orang yang berbeda. Mo Yesi begitu antusias hingga membuat Qiao Mianmian takut.
Qiao Mianmian mengabaikan Mo Yesi dan Mo Yesi juga sama sekali tidak keberatan. Pada saat ini, kesabaran seorang pria sangat luar biasa. Ia menggendong Qiao Mianmian dan berjalan ke tempat tidur. Tepat ketika ia hendak meletakkan Qiao Mianmian di tempat tidur, tiba-tiba terdengar ketukan di pintu.
"Tuan, Nyonya, makan siang sudah siap," panggil Ryan dari luar pintu, "Tuan Qiao Chen sedang menunggu kalian untuk makan bersama di lantai bawah."
Mo Yesi berhenti dan berbalik sambil menggendong Qiao Mianmian. Ia menundukan kepala untuk melirik ke arah Qiao Mianmian, mengerutkan bibir, dan berkata, "Sayang, apakah kau lapar? Bagaimana jika kita makan sekarang?"
Qiao Mianmian masih kesal karena kejadian itu. Ia memelototi Mo Yesi dan berkata dengan nada bicara yang gusar, "Lepaskan aku. Aku bisa jalan sendiri. Tidak perlu kau gendong."
Qiao Chen berada di sana. Qiao Mianmian malu jika harus membiarkan Mo Yesi menggendongnya turun. Jika begitu, Qiao Chen nanti akan melihatnya dan akan menggodanya lagi.
Apalagi, poin terpentingnya adalah Qiao Mianmian sekarang benar-benar sedang tidak ingin memedulikan Mo Yesi. Begitu Qiao Mianmian melihat Mo Yesi, ia tidak bisa menahan benaknya untuk tidak teringat apa yang baru saja terjadi di kamar mandi.
Mo Yesi juga tahu bahwa Qiao Mianmian masih canggung tentang masalah itu. Ia juga tidak ingin mengganggu Qiao Mianmian lagi dan segera menurunkannya. Segera setelah kakinya mendarat, Qiao Mianmian cepat-cepat berjalan menuju pintu, seolah-olah seseorang sedang mengejarnya di belakangnya.
Qiao Mianmian bergegas keluar dari kamar tidur tanpa menoleh ke belakang. Melihat sosok mungil yang melarikan diri, Mo Yesi hanya berdiri di tempat. Sudut bibirnya sedikit melengkung dan nyala api yang suram menyala di bola matanya yang dalam.
Oh, apakah dia pikir dia bisa melarikan diri? Sekarang aku melepaskannya untuk sementara waktu. Begitu tiba hari di mana aku bisa menyentuhnya, aku ingin mendapatkannya kembali dengan lebih parah, pikir Mo Yesi.