Senyuman Semringah
Senyuman Semringah
Wajah Qiao Mianmian menjadi semakin panas saat memikirkan kecupan barusan. Ini adalah pertama kalinya ia berinisiatif mencium seorang pria. Qao Mianmian belum pernah melakukan hal yang begitu berani sebelumnya. Selama berhubungan dengan Su Ze, selalu Su Ze yang mengambil inisiatif untuk semuanya. Entah apa yang sedang terjadi barusan, tiba-tiba Qiao Mianmian ingin melakukan hal seperti itu.
Jika diningat-ingat lagi sekarang, Qiao Mianmian merasa sangat malu lagi. Ternyata ia bisa bernyali besar dan dorongan hatinya juga merupakan dorongan sesaat. Sekarang, jika Qiao Mianmian kembali ke waktu barusan itu, ia rasa ia akan terlalu malu untuk berinisiatif mencium Mo Yesi lagi.
Di luar mobil, wajah Qiao Mianmian memerah dan jantungnya berdetak kencang, seperti ada anak rusa yang berlari menerobos ke dalam hatinya.
Di dalam mobil, seseorang yang barusan dicium masih terkejut.
Mo Yesi masih mempertahankan postur dan ekspresi yang sama seperti saat ia tadi dicium oleh Qiao Mianmian. Ia tidak bergerak sama sekali. Padahal, ciuman itu hanyalah kecupan yang bahkan tidak membuatnya tergelitik. Bahkan, jika didefinisikan secara akurat, kecupan barusan tidak bisa disebut 'ciuman' yang sebenarnya.
Bibir mereka hanya saling bersentuhan satu sama lain dan sentuhan itu langsung hilang. Namun, itulah 'ciuman' yang justru sungguh membuat Mo Yesi terpana untuk beberapa saat. Mo Yesi seperti anak muda yang belum pernah melihat dunia dan ia belum juga pulih untuk waktu yang lama.
Adegan saat Mo Yesi dicium Qiao Mianmian barusan berulang kali muncul dalam benaknya. Bibir lembut dan harum gadis itu semanis buah persik. Napas manis yang samar-samar masih tersisa di antara hidungnya.
Qiao Mianmian awalnya adalah wanita yang pemalu dan bernyali kecil. Pasti membutuhkan keberanian yang besar baginya untuk melakukan hal seperti barusan.
Ini adalah pertama kalinya Qiao Mianmian berinisiatif memberikan ciuman. Ciuman ini memiliki arti yang sangat berbeda bagi Mo Yesi.
Setelah satu menit penuh, Mo Yesi menoleh dan bibirnya tersenyum. Ia melihat ke luar jendela mobil dengan tatapan matanya yang dalam. Jari-jarinya yang ramping menempel di bibirnya dan ia menyentuh bagian bibirnya yang baru saja dicium Qiao Mianmian. Sebuah senyuman semringah terbit di matanya.
Qiao Chen yang sedang duduk di kursi sebelah pengemudi melihat pemandangan tadi dari kaca spion. Pemandangan itu membuatnya ternganga hingga membuka mulutnya karena terkejut. Qiao Chen sedikit bertanya-tanya, Orang yang baru saja aku lihat ini kakak perempuanku atau bukan? Sejak kapan kakak perempuanku berubah menjadi begitu antusias dan aktif? Kakak juga bahkan tidak pernah melakukan hal seperti berinisiatif untuk mencium begini terhadap Su Ze?
Bagaimanapun, memikirkan hal ini membuat Qiao Chen merasa sangat senang, Tampaknya kakak perempuannya akhirnya memahaminya. Qiao Mianmian juga harus belajar mengambil inisiatif terhadap pria yang disukainya.
Ya, ini hal yang bagus. Wanita terkadang mengambil inisiatif dan pria juga sangat menyukainya. Lihatlah senyum semringah kakak iparku. Bukankah dia begitu menyukainya? pikir Qiao Chen lagi.
Qiao Chen ikut menoleh dan melihat ke luar jendela mobil. Ia melihat Qiao Mianmian mengetuk pintu rumah keluarga Su dan berjalan masuk. Lalu, ia melihat Mo Yesi dan bertanya dengan sedikit khawatir, "Kakak Ipar, apakah kita benar-benar tidak perlu masuk bersama dengan Kakak?"
"Iya, tunggu saja di dalam mobil," jawab Mo Yesi. Karena ciuman barusan, Mo Yesi merasa jauh lebih bahagia. Ada senyuman dalam suaranya yang rendah dan dingin saat ia berkata, "Tunggu kakakmu mengurus masalah ini dengan baik. Setelah kembali, aku akan mengantarmu melihat-lihat mobil. Jika ada mobil yang kau sukai, beritahu aku. Aku akan memberikannya untukmu, tapi jangan beritahu kakakmu tentang hal ini. Dia tidak setuju jika aku memberikan mobil untukmu."
Awalnya, Qiao Chen masih mengira Mo Yesi hanya sembarangan saat mengatakan bahwa ia akan memberikan mobil. Ia mengira Mo Yesi bukan bermaksud untuk benar-benar memberinya mobil. Tetapi, sekarang Qiao Chen menjadi sedikit gelisah ketika mengetahui bahwa Mo Yesi benar-benar berencana untuk memberinya mobil.
Qiao Chen bertanya dengan penuh semangat, "Kakak Ipar, kau… Kau benar-benar akan memberiku mobil?"