Diam-Diam Menikah Dengan Konglomerat

Sayang, Ini Juga Ibumu



Sayang, Ini Juga Ibumu

1Mata Mo Yesi dalam dan hitam pekat terfokus pada gadis cantik dan lembut di pelukannya. Ia tidak bisa menahan diri untuk tidak mengulurkan tangannya, lalu perlahan meremas pipi Qiao Mianmian yang putih dan lembut. Wajah gadis itu putih dan lembut. Saat Mo Yesi menyentuhnya, rasanya sama lembutnya seperti menyentuh telur.     

Tanpa sadar, mata Mo Yesi melembut saat melihat Qiao Mianmian meringkuk di pelukannya seperti anak kucing yang kecil. Garis wajah Mo Yesi yang dingin juga berubah menjadi jauh lebih lembut. Ketika Nyonya Mo selesai berbicara, Mo Yesi mengerutkan sudut bibirnya dengan lembut dan berkata, "Jangan khawatir, Nyonya Mo. Di sisa hidupmu, kau pasti dapat melihatnya."     

"Apa katamu?" tanya Nyonya Mo. Nada bicaranya mendadak berubah, "Apakah ada sesuatu yang terjadi padamu?"     

Sebelumnya, Mo Yesi selalu diam saat Nyonya Mo mengatakan hal-hal seperti ini. Namun, kali ini ia benar-benar menanggapinya. Mata Mo Yesi tertuju pada Qiao Mianmian dengan sedikit kelembutan dan ia berkata lagi, "Siapkan lebih banyak makanan ringan. Selain itu, minta juga seseorang untuk merebus air gula merah terlebih dahulu. Aku akan kembali nanti."     

"A… Apa? Air gula merah?" tanya Nyonya Mo dengan linglung.     

"Hm, tambahkan sedikit jahe dan kurma merah di dalamnya. Begini saja, aku matikan teleponnya dulu. Kita bicarakan nanti saat pulang," kata Mo Yesi. Setelah selesai berbicara, ia langsung menutup telepon.     

Saat Qiao Mianmian mendengar Mo Yesi selesai menelepon, ia mengangkat kepalanya dan menatap Mo Yesi dengan mata gelap, "Ibumu meneleponmu?"     

Mo Yesi mengangguk, lalu mengerutkan bibir dan mengoreksi kata-kata Qiao Mianmian, "Sayang, ini ibumu juga."     

Qiao Mianmian terkejut dan merasa sedikit malu. Ia dan Mo Yesi sudah menikah. Ibu Mo Yesi sebenarnya juga ibunya. Hanya saja, Qiao Mianmian bahkan belum terbiasa dengan masalah pernikahan ini, apalagi mengganti panggilannya. Ia sedikit malu dan mengerutkan bibirnya, "Ibumu… Ibu memintamu untuk pulang?"     

"Iya," Mo Yesi mengerang, lalu bertanya dengan nada yang disengaja, "Apakah kau ingin pulang denganku?"     

Mo Yesi dan Qiao Mianmian menikah dengan tergesa-gesa. Ia masih belum sempat membawa Qiao Mianmian kembali ke rumah orang tuanya dan bertemu dengan keluarganya. Namun, kata-kata Shen Rou mengingatkan Mo Yesi bahwa rencana awalnya adalah membawa Qiao Mianmian pulang dalam waktu dekat. Tepat ketika Nyonya Mo meneleponnya dan memintanya untuk pulang hari ini, ia berpikir untuk menjalankan rencananya lebih awal.     

Qiao Mianmian sontak terkejut, "Pulang denganmu? Apakah maksudmu pergi bertemu dengan keluargamu?"     

"Iya," Mo Yesi menyentuh kepala Qiao Mianmian dan berkata dengan suara lembut, "Mianmian, kita sudah menikah. Aku sudah pernah bertemu keluargamu, tapi kau masih belum melihat keluargaku. Aku ingin membawamu pulang dan memperkenalkanmu agar mereka mengenalmu."     

"Bertemu… Bertemu dengan keluargamu?" Qiao Mianmian menggigit bibir, "Tapi, aku masih belum siap."     

Qiao Mianmian seketika menjadi gugup. Meskipun ia sudah menikah dengan Mo Yesi, ia tidak ingin dibawa pulang oleh Mo Yesi dengan begitu cepat. Qiao Mianmian selalu ingin pernikahan ini menjadi kehidupan mereka berdua. Ia sedikit takut jika harus pulang bersama Mo Yesi dan bertemu keluarganya. Setiap kali Qiao Mianmian teringat tentang acara-acara televisi tentang perseteruan para konglomerat, hatinya sedikit melawan.     

Mo Yesi memperlakukan Qiao Mianmian dengan sangat baik dan sangat memanjakannya. Tetapi, keluarganya… Untuk keluarga konglomerat seperti keluarga Mo, para anggota keluarga mereka pasti sekelompok orang yang sangat berkuasa. Orang yang terlalu hebat biasanya tidak begitu mudah untuk bergaul.     

"Kau tidak perlu khawatir dan juga tidak perlu takut," kata Mo Yesi sambil menyentuh kepala Qiao Mianmian dengan tenang saat melihat kegugupan dan kegelisahan Qiao Mianmian. Suaranya yang rendah menjadi lebih ringan dan lembut, "Aku bersama denganmu. Siapapun juga tidak bisa melakukan apapun padamu. Terlebih lagi, kesayanganku begitu baik. Keluargaku pasti akan menyukaimu."     

"Tapi…"     

"Mianmian, apa yang masih kau khawatirkan?" Mo Yesi menatap Qiao Mianmian dengan lembut, "Kau khawatir keluargaku tidak mudah bergaul dan akan menyulitkanmu?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.