Diam-Diam Menikah Dengan Konglomerat

Aku Tidak Melihatnya dengan Jelas



Aku Tidak Melihatnya dengan Jelas

0"....." Mo Yesi hanya terdiam. Ia menarik napas dalam-dalam. Tatapan matanya penuh pengekangan dan kesabaran. Mo Yesi bertanya dengan sedikit tidak berdaya, "Harus dikatakan sekarang?"     

"Ya!" Qiao Mian mengangguk dengan berat.     

 "...Oke, katakan. Ada masalah apa?"     

Qiao Mianmian menatap mata Mo Yesi yang dalam dan membara. Ia menggigit bibirnya keras-keras dan berkata, "Aku… Aku sudah tidak perawan lagi!"     

Qiao Mianmian sudah memikirkannya. Ia tetap merasa bahwa ia harus memberitahu Mo Yesi sebelumnya. Kemudian, ia akan membiarkan Mo Yesi memilih untuk melanjutkannya atau tidak. Jika Mo Yesi membenci Qiao Mianmian karena ia kotor dan tidak ingin menyentuhnya lagi, ia juga bisa mengerti. Mo Yesi masih perjaka dan memenuhi syarat untuk meminta pasangan yang sama dengannya.     

Mo Yesi sontak kaget. Matanya menunjukkan sedikit keterkejutan, seperti tidak menduga hal seperti ini akan terjadi. Qiao Mianmian bisa melihat reaksinya dengan jelas. Bahkan, jika ia bisa memahami perasaan Mo Yesi saat ini, ia tidak bisa menyembunyikan hatinya yang masih terasa seperti ditusuk. Ada sedikit rasa sedih.     

Ternyata Mo Yesi bisa mengira Qiao Mianmian kotor. Sayangnya, malam itu ia juga menjadi korban. Qiao Mianmian jelas berpikir bahwa Mo Yesi tidak akan menyukainya. Ia juga sudah menyiapkan mental dengan baik jika Mo Yesi membencinya, tetapi mengapa ia masih merasa sedih?     

Qiao Mianmian berkedip, menahan rasa perih di matanya, dan berpura-pura berkata dengan acuh tak acuh, "Jika kau keberatan, kita juga tidak perlu melanjutkannya. Maaf, aku seharusnya jujur ​​tentang ini sebelum menikah, tapi saat itu aku benar-benar tidak menyangka akan sampai di situasi seperti ini."     

Qiao Mianmian terdiam sejenak, lalu melanjutkan, "Jika sekarang kau ingin bercerai juga tidak masalah, kita bisa pergi ke Kantor Catatan Sipil untuk bercerai besok. Hanya saja, Chenchen tidak bersalah. Kuharap kau jangan marah padanya karenaku, lalu tidak akan melakukan operasi untuknya."     

Qiao Mianmian selalu merasa bahwa dirinya dan Mo Yesi tidak menikah karena mereka saling menyukai. Pernikahan tanpa dasar kasih sayang juga akan lenyap begitu saja. Qiao Mianmian tidak akan bersedih, apalagi merasa tidak rela karena hal ini. Namun, entah mengapa, saat ia mengucapkan kata cerai barusan, jantungnya tiba-tiba berdebar-debar. Rasanya seperti ditusuk sesuatu yang tajam dan membuatnya sangat tidak nyaman.     

Ternyata ada sedikit perasaan tidak rela di hati Qiao Mianmian. Ia baru menyadari bahwa ia tidak selapang dada itu, apalagi acuh tak acuh, terhadap perceraian. Qiao Mianmian sebenarnya tidak benar-benar ingin bercerai dari Mo Yesi.     

Apakah karena Mo Yesi begitu baik padaku selama ini, atau karena aku terbiasa dengan kebaikannya dan takut kehilangan manfaat ini setelah bercerai, sehingga aku merasa tidak rela bercerai darinya? pikir Qiao Mianmian.     

Sebelum Qiao Mianmian sempat memikirkannya lebih jelas, ia tiba-tiba mendengar pertanyaan Mo Yesi dari atas kepalanya, "Apakah kau memberikan keperawananmu untuk pertama kalinya kepada Su Ze?"     

Qiao Mianmian tercengang. Ia mengangkat matanya dan menatap Mo Yesi. Ia tidak melihat kebencian atau ketidakpuasan di wajah atau mata Mo Yesi. Pria itu juga tidak mengungkapkan kemarahannya dan hanya menatapnya dengan damai.     

Qiao Mianmian terdiam beberapa saat. Mengingat apa yang terjadi malam itu, wajahnya menjadi sedikit buruk sebelum ia menjawab pelan, "...Bukan."     

"Lalu, siapa pria itu?" tanya Mo Yesi, kemudian matanya berkedip, "Kepada siapa kau memberikan itu untuk pertama kalinya?"     

Qiao Mianmian menggigit bibirnya dengan erat dan terdiam beberapa saat sebelum menjawab dengan keras, "Aku tidak tahu."     

Senyum bibir Qiao Miamian menunjukkan jejak ironi sebelum ia menjelaskan pada Mo Yesi, "...Aku tidak tahu siapa dia. Malam itu aku mabuk, begitu mabuk hingga aku tidak sadarkan diri. Aku dibawa oleh beberapa orang asing ke sebuah kamar hotel. Setelah mereka membawaku, mereka langsung pergi. Aku tertidur di kamar beberapa saat, lalu seorang pria masuk."     

Qiao Mianmian berbicara sampai di sini dan matanya memerah. Ia mengepalkan tinjunya dan berkata, "Aku… Aku tidak tahu pria seperti apa dia. Saat itu aku merasa panik, bingung, kacau, dan aku hanya ingin pergi secepat mungkin. Tapi, aku benar-benar menyesalinya sekarang…"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.