Diam-Diam Menikah Dengan Konglomerat

Mo Yesi, Terima Kasih



Mo Yesi, Terima Kasih

0Begiru Qiao Mianmian dan Mo Yesi sampai di rumah sakit, Qiao Chen sudah selesai makan dan sedang menonton televisi. Qiao Chen sangat senang melihat Qiao Mianmian datang sehingga ia pun berseru dengan gembira, "Kakak!"     

"Hm." Qiao Mianmian melihat Qiao Chen yang begitu bersemangat dan kondisinya lebih baik dibanding saat ia baru saja keluar dari ruang gawat darurat. Ia merasa sangat lega, lalu mengajak Qiao Chen berbincang, "Apa yang kau makan malam ini? Bagaimana perasaanmu sekarang?"     

"Malam ini Kakak Ipar mengirim makan malam untukku dan makanannya lebih enak dari makanan rumah sakit. Semuanya sudah aku habiskan. Kakak Ipar juga meminta orang untuk membeli banyak suplemen yang sangat mahal untukku," jawab Qiao Chen. Setelah selesai berbicara, ia mengalihkan pandangannya pada Mo Yesi dan berkata dengan sedikit malu-malu, "Terima kasih, Kakak Ipar."     

Mo Yesi menjawab Qiao Chen dengan berdeham lembut. Qiao Mianmian melihat banyak tumpukan kantong di meja dan sofa yang dipenuhi berbagai suplemen mahal. Semua bunga yang ada di ruangan Qiao Chen juga diganti dengan bunga segar. Qiao Mianmian membeku sejenak, kemudian menoleh pada Mo Yesi dan menatapnya dengan mata yang terlihat penuh dengan rasa syukur. "Terima kasih, Mo Yesi," katanya. Qiao Mianmian tidak menyangka bahwa Mo Yesi begitu memperhatikan urusan Qiao Chen. Ternyata Mo Yesi tidak mengatakan sebuah omong kosong belaka saat ia berjanji akan menjaga kakak-beradik Qiao.     

Mata Mo Yesi menyipit ketika menatap Qiao Mianmian. Ia berkata dengan suara yang semakin berat, "Berterima kasih kepadaku? Kau lupa apa yang aku katakan sebelumnya kepadamu?"     

Bulu mata Qiao Mianmian bergetar dan ia mengingat apa yang Mo Yesi katakan padanya sebelumnya. Mo Yesi telah mengatakan bahwa ia tidak ingin mendengar 'terima kasih'. Namun, selain dua kata, ia tidak tahu harus berkata apa untuk menunjukkan rasa terima kasihnya.     

"Kakak, Kakak Ipar," panggil Qiao Chen. Ia memiliki sepasang mata gelap yang hampir mirip dengan Qiao Mianmian. Ia melihat ke kanan dan ke kiri, lalu bertanya dengan penasaran, "Apa yang kalian bicarakan?"     

"Oh, tidak apa-apa," jawab Qiao Mianmian. Ia menghindari tatapan mata Mo Yesi, cepat-cepat berjalan ke tempat tidur, dan mengeluarkan jeruk dari keranjang buah. "Chenchen, apakah kau mau makan jeruk? Aku akan mengupasnya untukmu."     

Qiao Chen berkedip dan menatap Mo Yesi lagi. Setelah berpikir beberapa detik, ia menggelengkan kepalanya dan berkata, "Aku tidak ingin makan jeruk. Kakak, tiba-tiba aku ingin makan roti dari toko roti sup di depan rumah sakit. Apa kau bisa membelikannya untukku?"     

"Kau ingin makan roti?" Qiao Mianmian jarang mendengar Qiao Chen mengatakan apa yang ingin ia makan. Tentu saja, Qiao Mianmian setuju dan berkata, "Baik. Aku akan membelikannya untukmu."     

Mo Yesi baru saja akan menyuruh pengawalnya membelikan roti itu, tapi ternyata Qiao Chen sengaja meminta Qiao Mianmian yang pergi untuk membelinya. Adik iparnya seolah ingin mengatakan sesuatu kepadanya.      

———     

Setelah menunggu hingga Qiao Mianmian pergi keluar, Mo Yesi mengambil kursi dan duduk sambil menyilangkan pergelangan kaki. Ia mengangkat kepalanya dan menatap Qiao Chen yang tampak gelisah dengan ekspresi gugup dan malu-malu. Melihat remaja yang tampak lemah di tempat tidur itu, ia membuka mulutnya dan berkata dengan lembut, "Apakah ada sesuatu yang ingin kau katakan padaku?"     

Adik iparku sama dengan kakaknya, sama-sama penakut dan pemalu, pikir Mo Yesi. Di depan sepasang saudara kandung ini, kesabaran dan temperamen Mo Yesi akan menjadi jauh lebih baik.     

Ketika Mo Yesi berbicara dengan Qiao Chen, sikapnya sudah sangat lembut. Tapi, menurut Qiao Chen, ia tidak merasakan kelembutan itu... Ia merasa bahwa aura kakak iparnya terlalu kuat. Mau duduk di kursi mana saja, Mo Yesi tetap memancarkan aura seperti seorang kaisar. Qiao Chen merasa sangat tertekan saat berada di satu ruangan dengan Mo Yesi. Ia mengumpulkan keberaniannya, kemudian memberanikan diri untuk mendongak dan menghadap Mo Yesi. "Kakak Ipar, bisakah aku bertanya sesuatu padamu?" tanyanya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.