Diam-Diam Menikah Dengan Konglomerat

Tidak Mungkin Ada Wanita Lain Selain Dia



Tidak Mungkin Ada Wanita Lain Selain Dia

3Mo Yesi menatap Qiao Chen, remaja muda yang menawan dengan suara yang terdengar sedikit malu, dan mengangguk. "Ya, kau boleh bertanya."     

Qiao Chen sedikit ragu-ragu sebelum bertanya, "Kakak Ipar, apakah kau sungguh menyukai kakakku?"     

Mo Yesi terdiam sejenak. Ia tidak menyangka bahwa Qiao Chen akan menanyakan hal ini. Ia pun membalas dengan balik bertanya, "Apakah kau khawatir bahwa aku tidak sungguh-sungguh dengan kakakmu?"     

Qiao Chen kembali ragu, kemudian buru-buru berkata, "Kakak Ipar, kau memiliki kondisi yang baik dan pasti banyak yang menyukaimu. Walaupun kakakku memiliki penampilan yang cantik, aku rasa Kakak Ipar tidak kekurangan wanita cantik di sekitar. Soal Kak Aze… Kak Aze dan kakakku sudah saling kenal selama sepuluh tahun, tetapi akhirnya Kak Aze berselingkuh. Kakakku sudah pernah sakit hati sekali dan aku tidak ingin kakakku kembali terluka."     

Meskipun Qiao Chen sedikit takut pada Mo Yesi, ia harus melakukan ini demi kebahagiaan Qiao Mianmian. Ia mengepalkan tangannya dan menggertakkan giginya pada Mo Yesi, lalu berkata, "Jika kau berani mengecewakan kakakku, aku tidak akan membiarkanmu pergi!"     

Mo Yesi hanya terdiam. Seumur hidup Mo Yesi, ini pertama kalinya ada orang yang mengancamnya. Apalagi, ia diancam oleh adik iparnya sendiri. Namun, ia tidak marah karena ia mengerti perasaan kakak-beradik itu. Qiao Chen bersikap seperti ini karena mengkhawatirkan kakaknya dan takut kakaknya dibohongi. Setelah hening sejenak, sudut bibirnya sedikit terangkat dan ia bertanya, "Apakah kau ingin mendengar kebenarannya?"     

Qiao Chen mengepalkan tangannya. Anak muda yang tampan itu menjawab dari tempat tidur, "Tentu saja!"     

Mo Yesi tertawa lagi, kemudian berkata, "Aku dan kakakmu bersama bukan karena memiliki perasaan. Jadi, jika kau bertanya apakah aku menyukai kakakmu atau tidak, aku tidak bisa menjawabnya."     

Qiao Chen mengerutkan keningnya dan kini ia tampak sedikit marah. "Kau…"     

"Apakah sangat penting jika aku menyukainya?" tanya Mo Yesi sambil mengangkat alis. "Kau sendiri yang baru saja mengatakannya. Kakakmu dan Su Ze telah bersama selama sepuluh tahun, tapi pada akhirnya ia ternyata disakiti." Ia lalu melanjutkan, "Kau banyak bertanya tentang kakakmu. Apa kau khawatir aku sama seperti Su Ze? Aku tidak bisa berjanji kepadamu bahwa aku pasti akan menyukai kakakmu. Tapi, karena aku yang telah memilih kakakmu, aku pasti tidak akan mengecewakannya."      

Qiao Chen membeku dan muncul sedikit kebingungan di matanya. "Maksudmu adalah…"     

"Aku tidak bisa menjamin soal perasaan. Tapi, apa yang kau khawatirkan itu tidak akan pernah terjadi."     

Melihat wajah Qiao Chen yang masih tampak bingung, Mo Yesi bangkit dan berjalan ke tempat tidur. Ia mengulurkan tangannya dan menepuk bahu anak muda yang masih lemah itu dengan lembut. "Qiao Chen, kakakmu sangat spesial bagiku. Bisa dibilang juga bahwa kakakmu adalah satu-satunya wanita yang akan menemaniku selama sisa hidupku. Hanya kakakmu, dan tidak akan ada wanita lain selain dia."     

———     

Qiao Mianmian kembali setelah membeli roti, tetapi Qiao Chen hanya memakan satu roti saja. Ia berbincang sebentar dengan Qiao Chen sampai wajah adiknya terlihat kelelahan. Setelah ia melihat Qiao Chen sudah tertidur, ia bergegas meninggalkan rumah sakit.     

Angin malam berhembus sejuk di wajah Qiao Mianmian dan membuatnya merasa sangat nyaman. Dibutuhkan setidaknya beberapa menit untuk berjalan kaki dari ruang rawat inap ke gerbang rumah sakit. Suasana di sekitarnya begitu hening dan ketika ia menundukkan kepalanya, ia melihat bayangan di lantai. Terlihat sesosok pria yang ramping dan bayangannya dapat menutupi bayangan Qiao Mianmian sepenuhnya. Ia tampak sedikit terpesona sampai tidak memperhatikan langkah kakinya sendiri dan menginjak batu kecil. Batu itu menyelinap di bawah kakinya hingga ia terjatuh ke depan. "Ah."     

Qiao Mianmian memekik pelan. Ketika ia akan jatuh ke lantai, tiba-tiba sebuah lengan yang kuat melingkar di pinggangnya dan menariknya dengan kuat. Ia memukul dada pria yang hangat dan kuat itu. Lalu, terlihat sebuah senyum yang santai dan menggoda dari atas kepalanya.     

"Apakah bayanganku sangat tampan? Lebih tampan daripada melihat orangnya langsung?" tanya Mo Yesi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.