Kau Ternyata Masih Menganggapku Sebagai Orang Lain di Matamu
Kau Ternyata Masih Menganggapku Sebagai Orang Lain di Matamu
"Terima kasih?" Mo Yesi berhenti melangkah dan berbalik badan. Sosoknya yang ramping dan tinggi menutupi seluruh bayangan sosok mungil di hadapannya. Matanya menyipit dan dua alis tebalnya yang indah sedikit mengernyit. "Kau begitu suka mengucapkan terima kasih padaku? Kau ternyata masih menganggapku sebagai orang lain di matamu?"
Qiao Mianmian berkedip. "Aku…"
Qiao Mianmian baru mengatakan sepatah kata, tapi Mo Yesi tiba-tiba meraih Qiao Mianmian dan lengannya yang begitu kuat menarik wanita itu ke dalam pelukannya lagi. Satu tangannya melingkar di pinggang Qiao Mianmian dengan posesif, sedangkan tangannya yang lain memegang rahang mungil Qiao Mianmian. Mo Yesi memaksa agar mereka saling berpandangan, tapi mata Qiao Mianmian menunjukkan sedikit kepanikan saat melihat ke mata gelap Mo Yesi yang dalam. "Mo Yesi..."
Mo Yesi menyipitkan matanya. Pandangannya jatuh ke bibir merah muda Qiao Mianmian yang terlihat sedikit pucat dan tatapan matanya semakin mendalam. Ia mulai berbicara dengan suara yang rendah, "Qiao Mianmian, aku suamimu. Kau harus terbiasa denganku sesegera mungkin. Aku akan memberimu waktu satu minggu untuk membiasakan diri. Setelah satu minggu, jika kau tidak terbiasa juga, aku akan menggunakan caraku sendiri untuk mengurusi hubungan kita."
Setelah selesai berbicara, Mo Yesi bernapas sangat dekat dari Qiao Mianmian hingga ia terkejut. Kemudian, ia menundukkan kepalanya dan mencium bibir Qiao Mianmian. Tenggorokan Mo Yesi menggeram dan suara desahan puas lolos dari celah antara bibir dan giginya. Bibir Qiao Mianmian masih semanis yang Mo Yesi ingat. Setelah sekali merasakan kenikmatan itu, ia akan menjadi ketagihan.
Tubuh Qiao Mianmian membeku saat dicium oleh Mo Yesi hingga otaknya kosong selama beberapa saat. Ia membuka matanya lebar-lebar dan memandangi ketampanan pria di depannya. Setelah beberapa saat, kepalanya menjadi pusing. Jantungnya berdebar kencang dan seluruh dadanya bergetar, seolah-olah jantungnya akan melompat keluar dari tenggorokannya di detik berikutnya.
"Harus menutup mata ketika berciuman."
Telapak tangan Mo Yesi yang hangat menutup mata Qiao Mianmian. Qiao Mianmian dicium hingga seluruh tubuhnya melunak dan pipinya memerah. Ketika ia merasa bahwa ia akan pingsan karena kekurangan oksigen, Mo Yesi perlahan-lahan mengakhiri ciuman itu. Mo Yesi menggigit sudut bibirnya sebelum melepaskannya.
Qiao Mianmian melemah di lengan Mo Yesi dan sedikit terengah-engah. Mo Yesi menunduk, lalu menatapnya dengan mata yang bersinar dan berkata dengan suara yang berat, "Kau tidak tahu bagaimana caranya bernapas? Mantan tunanganmu tidak mengajarimu?"
Mo Yesi tidak terpikir bahwa Qiao Mianmian akan secanggung itu. Tidak peduli mau Qiao Mianmian lebih canggung malam itu atau sekarang, semuanya membuat Mo Yesi merasa terkejut. Ia teringat kejadian malam itu dan berpikir, Mungkinkah itu yang pertama kalinya untuk Qiao Mianmian? Qiao Mianmian dan Su Ze sudah berhubungan selama bertahun-tahun, tapi kenapa dia masih begitu canggung saat berhubungan intim? Mo Yesi merasa bahwa pasti sangat sulit jika ingin menahan diri untuk tidak menyentuh Qiao Mianmian, sehingga ia tidak percaya jika Su Ze memiliki kontrol diri yang sangat baik.