Diam-Diam Menikah Dengan Konglomerat

Kesabaranku Juga Ada Batasnya



Kesabaranku Juga Ada Batasnya

1Qiao Mianmian berhasil mengatur napas dan menatap sepasang mata hitam gelap yang masih menatapnya. Lalu, ia berkata dengan malu-malu, "Bagaimana kau bisa…"     

"Tentu saja aku bisa." Mo Yesi mengulurkan tangan dan menyelipkan sejumput rambut Qiao Mianmian yang ada di depan dahinya ke belakang telinga. Kemudian, bibir tipisnya berbisik, "Mianmian, aku suamimu. Kita sudah menikah sekarang, tapi kau masih bertanya apa aku bisa atau tidak? Jadi, Mianmian... Kau sebaiknya beradaptasi denganku sesegera mungkin. Kesabaranku juga ada batasnya. Apa kau tahu? Hah?"     

Qiao Mianmian melihat wajah Mo Yesi yang tampan. Tiba-tiba, wajah pria itu semakin mendekat dan napasnya yang hangat dan lembab menerpa bibirnya. Jantungnya kembali berdetak dengan tidak teratur.     

———     

Qiao Mianmian masih berstatus sebagai seorang mahasiswi tahun pertama dan ia baru akan memasuki masa magang di paruh kedua tahun ini. Selama kuliah, ia biasanya tetap tinggal di asrama kampus. Akhir pekan telah berakhir dan kelas akan dimulai besok sehingga ia harus kembali.     

Setelah Qiao Mianmian masuk ke mobil, ia memikirkan ciuman tadi dan hatinya masih tidak tenang untuk waktu yang lama. Ciuman pria itu terlalu panas dan ia belum pernah merasakan ciuman yang begitu kuat. Dahulu, Su Ze menciumnya dengan sangat lembut sehingga ia agak sedikit terkejut ketika dicium dengan agresif oleh Mo Yesi. Sementara waktu, ia tidak tahu bagaimana caranya menghadapi pria di sebelahnya. Di tengah kepanikannya, ia mendengar suara paman Li yang bertanya dari kursi pengemudi, "Tuan, apakah Anda ingin langsung kembali?"     

Mo Yesi memandang wanita muda yang berwajah merah di sebelahnya dan menjawab dengan santai, "Ya."     

Setelah Paman Li mendapatkan jawaban yang pasti, ia segera mengemudikan mobil dan kemudian pergi. Qiao Mianmian tiba-tiba tersadar, lalu menoleh dan melihat ke arah Mo Yesi. " Sekarang kita akan pergi ke mana?" tanyanya.     

Mo Yesi membuka notebook-nya dan membalas singkat dengan tiga kata, "Pulang Ke rumah."     

Wajah Qiao Mianmian langsung berubah. "Pulang? Pulang ke rumah siapa?"     

"Menurutmu?" Mo Yesi balik bertanya, seolah Qiao Mianmian melontarkan pertanyaan yang lucu. Ia menatap Qiao Minmian dan berkata sambil sedikit tersenyum, "Kenapa? Kita sudah menikah. Kau tidak pernah berpikir kau akan tinggal bersamaku nantinya?"     

Qiao Mianmian langsung terdiam. Ia tidak benar-benar memikirkan hal ini. Ia pun sedikit panik saat mendengar Mo Yesi berkata bahwa mereka akan hidup bersama. "Tapi, aku masih kuliah," katanya dengan panik. "Menurut peraturan kampus, aku harus tinggal di asrama kampus. Tidak mungkin untuk menyewa rumah di luar."     

Pada awalnya, Qiao Mianmian hanya berpikir bahwa ia masih pelajar, ia akan selalu tinggal di sekolah, dan waktunya untuk bertemu dengan Mo Yesi tidak akan banyak. Karenanya, ia pun menandatangani persyaratan pernikahan dengan tenang. Ia juga berpikir bahwa Mo Yesi hanya iseng kepadanya dan jika nantinya mereka tidak sering bertemu, mungkin Mo Yesi akan cepat melupakannya.     

Kini, Mo Yesi tidak mengatakan apa-apa. Mata gelapnya menatap Qiao Mianmian selama beberapa saat dan sudut bibir tipisnya sedikit terangkat, seakan mengetahui isi pikiran Qiao Mianmian. Mo Yesi menutup notebook yang baru saja dibuka, lalu mengulurkan tangannya yang panjang dan berniat menarik wanita di sampingnya itu ke dalam pelukannya. Ia memegang rahang Qiao Mianmian dengan tangannya yang lain, mendekati Qiao Mianmian, dan berkata, "Jika aku tidak salah, hari ini adalah akhir pekan. Besok baru kau kembali kuliah. Iya, kan?"     

Mo Yesi memeluk Qiao Mianmian dengan erat dan menarik wanita itu hingga duduk di atas pangkuannya. Dekat dengan Mo Yesi seperti ini membuat wajah Qiao Mianmian langsung memerah sehingga ia mengulurkan tangannya dan mendorong Mo Yesi. "Mo Yesi, biarkan aku pergi…" ujarnya lirih.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.