Kau Menjadi Satu-satunya Pengecualian Bagiku
Kau Menjadi Satu-satunya Pengecualian Bagiku
Ketika semua orang sedang sibuk menebak identitas asli Qiao Mianmian, Kepala ART Ryan tiba-tiba masuk. Para pelayan melihatnya dan menyapanya dengan hormat, "Kepala ART Ryan."
Ryan mengangguk, lalu melirik tajam ke kerumunan pelayan dan berkata dengan tegas, "Wanita itu adalah Nyonya dan dia akan menjadi atasan kita. Jika kalian berani bersikap tidak sopan pada Nyonya, kalian akan diusir. Apakah kalian mendengar dengan jelas?"
Mata para pelayan terbelalak kaget dan wajah mereka semua tampak tidak percaya. Setelah beberapa saat, mereka serempak menjawab, "Baik, kami mengerti." Lalu, mereka menunggu Ryan pergi sebelum kembali bergosip.
"Ya Tuhan, ternyata dia adalah Nyonya?"
"Jadi, apakah Tuan tiba-tiba sudah menikah?"
"Siapa aku, di mana aku, dan apa yang telah aku alami?"
———
Qiao Mianmian tidur sangat nyenyak. Mo Yesi menggendongnya ke kamar tidur dan meletakkannya di ranjang besar berwarna hitam, namun ia tidak bangun juga. Mo Yesi meletakkan tubuh mungil gadis muda itu di ranjang yang lembut dan lebar sehingga ia tampak semakin mungil dan kurus. Qiao Mianmian tampak seperti seorang gadis kecil di atas tempat tidur, lalu ia meringkuk seperti anak kucing yang lucu dan imut. Rambutnya jatuh ke bahu dan membingkai separuh wajahnya, sementara bagian lain dari wajahnya terlihat tenang, lembut, dan cantik.
Mo Yesi duduk di samping tempat tidur, lalu mengulurkan tangan dan menyentuh wajah kecil Qiao Mianmian yang lembut. Setelah menatap Qiao Mianmian diam-diam, ia menundukkan kepalanya dan mencium bibir Qiao Mianmian dengan lembut. Aroma manis di antara bibir dan gigi gadis muda itu membuat Mo Yesi sedikit bernafsu. Sebelum ada Qiao Mianmian, ia tidak pernah tahu bahwa ia sangat buruk dalam mengendalikan diri. Ia telah meremehkan kemampuannya untuk mengendalikan ketertarikannya sendiri. Mungkin, wanita ini benar-benar penyelamatnya.
Mo Yesi menolak semua wanita, tetapi ia tidak melawan Qiao Mianmian. Bisa dibilang bahwa Tuhan sengaja mengatur ini semua dengan baik. Tuhan telah mengatur agar Mo Yesi tidak bisa menerima wanita lain dan mengatur Qiao Mianmian menjadi satu-satunya pengecualian baginya.
"Qiao Mianmian," panggil Mo Yesi. Suara pria itu terdengar berat di malam yang sepi, seperti penuh kebingungan. "Jika Tuhan telah mengatur kau untukku, tinggallah bersamaku selamanya dan temani aku selamanya. Jangan pernah tinggalkan aku. Aku tidak akan membiarkanmu pergi lagi."
———
Keesokan harinya, Qiao Mianmian bangun dan menemukan dirinya terbaring di ranjang besar yang asing. Ia berada di dalam kamar yang sangat besar dan merah dengan interior yang terbilang mahal. Ranjang itu berwarna hitam, sprei dan selimutnya berwarna hitam, hingga bahkan kap lampu yang menempel di dinding juga berwarna hitam. Kamar ini sangat maskulin.
Pakaian di tubuh Qiao Mianmian telah diganti. Ia mengenakan satu set piyama sutra ungu muda yang lembut dan licin serta terlihat sangat mahal. Ia duduk memegang selimut dan bersandar di samping ranjang selama beberapa saat sebelum tiba-tiba ia tersadar. Qiao Mianmian mencari ponselnya, membuka sandinya, dan melihat jam yang tertera di layar ponselnya. Ekspresinya langsung berubah dan ia bergegas melompat dari ranjang. Ia segera berkemas, lalu keluar dari kamar dan berlari ke bawah.
———
Ketika Qiao Mianmian bergegas turun, ia melihat seorang pria berseragam hitam dan berusia sekitar 50 tahun. Pria itu mundur selangkah begitu melihat Qiao Mianmian, lalu membungkuk dan menyapanya dengan hormat, "Selamat pagi, Nyonya."