Diam-Diam Menikah Dengan Konglomerat

Um, Jangan Berpikir Sembarangan



Um, Jangan Berpikir Sembarangan

1"Tunggu sebentar," kata Mo Yesi, lalu memegangi bahu Qiao Mianmian. Sudut bibirnya bergerak, seolah ingin mengatakan sesuatu.     

Qiao Mianmian berkedip dan bertanya, "Apakah masih ada yang lain?"     

Mo Yesi sedikit mengernyit dan keraguan muncul di matanya. Setelah menunggu beberapa saat, ia berkata, "Aku bisa menjelaskan sendiri kepadamu tentang hal yang baru saja dikatakan Lu Rao."     

"???" Wajah Qiao Mianmian tercengang karena penuh tanda tanya, "Menjelaskan… Menjelaskan apa?"     

Mata hitam Mo Yesi yang gelap dan memesona menatap Qiao Mianmian sebentar. Kemudian, ia menjelaskan dengan ekspresi serius, "Nona Shen yang dimaksud Lu Rao adalah Shen Rou, putri dari Grup Shen. Dia dan aku memang telah tumbuh bersama sejak kecil. Kakek dari keluarga Shen dan kakekku adalah teman keluarga, jadi persahabatan antara kedua keluarga kami selalu baik. Dulu, kedua keluarga kami memiliki rencana untuk menikahkan kami, tetapi Shen Rou dan aku tidak berniat untuk merealisasikannya. Pada akhirnya, perjodohan ini dibatalkan."     

Mo Yesi mengambil jeda sejenak sebelum melanjutkan, "Mianmian, Shen Rou dua tahun lebih muda dariku. Aku menganggapnya seperti adikku sendiri. Jadi, kau tidak perlu memikirkan soal keberadaannya."     

"....." Qiao Mianmian hanya terdiam. Ia... tidak keberatan. Ia sepertinya juga tidak mengatakan bahwa ia keberatan. Qiao Mianmian pun berpikir, Kenapa Mo Yesi dan Lu Rao berpikir bahwa aku akan salah paham? Aku benar-benar tidak salah paham dan tidak terlalu memikirkannya!     

Bahkan, jika benar-benar ada sesuatu di antara Mo Yesi dan Nona Shen itu, Qiao Mianmian tidak akan keberatan. Ia hanya menikah dengan Mo Yesi untuk mendapatkan apa yang ia butuhkan dan tidak ada unsur cinta. Ia membutuhkan Mo Yesi demi operasi Qiao Chen. Sedangkan, Mo Yesi memilih Qiao Mianmian karena ia adalah satu-satunya wanita yang tidak akan membuat tubuhnya mengeluarkan reaksi penolakan. Jika ia tidak memiliki ciri khusus seperti itu, mustahil bagi Mo Yesi untuk memilih wanita seperti Qiao Mianmian untuk dinikahi.     

Qiao Mianmian sangat sadar diri dan tahu poisinya sendiri, jadi ia tidak akan cemburu. Namun, melihat Mo Yesi yang begitu serius menjelaskan, ia masih tetap menjawabnya, "Baiklah, aku mengerti. Jangan khawatir, aku tidak akan mempermasalahkannya."     

Mo Yesi menatapnya sejenak, lalu bertanya, "Benarkah tidak keberatan?"     

"Sungguh!" Qiao Mianmian menganggukkan kepalanya, "Bukankah kau baru saja mengatakan itu? Kau memperlakukannya sebagai adik perempuanmu. Aku percaya padamu."     

"Baiklah, jangan berpikir sembarangan," Mo Yesi mengulurkan tangannya, menyentuh kepala Qiao Mianmian, dan tertawa pelan, "Oke, ayo kita pergi. Aku akan mengantarmu kembali ke sekolah."     

———     

Di sisi lain, Jiang Luoli telah mengirim pesan teks untuk Su Ze. Begitu Su Ze menerima pesan teks tersebut, ia segera pergi mencari Qiao Mianmian. Qiao Anxin juga bersama dengannya.     

Keduanya sedang memilih perhiasan di toko perhiasan. Qiao Anxin sedang mencoba sebuah kalung berlian berwarna merah muda. Setelah ia mengenakannya, ia menatap Su Ze sabil tersenyum menawan dan bertanya, "Kakak Aze, apakah aku terlihat cantik dengan kalung ini?"      

Su Ze melirik Qiao Anxin dengan linglung. Ia ragu-ragu sejenak, lalu mengeluarkan kartu hitam dari tasnya dan langsung menyerahkannya kepada Qiao Anxin sambil berkata dengan lembut, "Sayang, aku sedang terburu-buru, jadi aku tidak bisa menemanimu lagi. Beli apapun yang kau suka dan tunggu aku sampai aku tidak sibuk. Aku akan datang menemanimu lagi, oke?"     

Ketika Su Ze memberitahu bahwa ia akan pergi, Qiao Anxin bertanya dengan tidak senang, "Ada masalah mendesak apa? Kakak bilang Kakak ingin menemaniku hari ini."     

Sebelum Su Ze sempat berbicara, Qiao Anxin menundukkan kepalanya dan melihat ponsel yang sedang diremas Su Ze. Ia bertanya lagi dengan curiga, "Kakak Aze, kau barusan bicara dengan siapa?"     

"Aku…" Su Ze menatap Qaio Mianmian dengan ragu-ragu. Kemudian, ia menjawab dengan jujur, "Anxin, teman sekamar Mianmian baru saja mengirimiku pesan teks dan mengatakan bahwa Mianmian dalam masalah. Gadis itu memintaku untuk segera pergi ke asrama dan dia tampaknya sangat cemas. Aku khawatir Mianmian terluka."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.