Aku Ada di Bawah Asramamu, Turunlah
Aku Ada di Bawah Asramamu, Turunlah
Setelah beberapa saat, Mo Yesi mengirimi Qiao Mianmian pesan teks lagi. Qiao Mianmian segera tersadar dari keterkejutannya dan menjawab.
| Mo Yesi: Apakah tidak ada kelas sekarang?
| Qiao Mianmian: Hm, kelas pagi ini sudah selesai, tapi ada dua kelas lagi sore nanti.
| Mo Yesi: Turun.
| Qiao Mianmian: Turun? Apa maksudmu?
Qiao Mianmian melihat pesan teks dari Mo Yesi dan sejenak. Namun, saat ia baru saja mengirim balasan terakhir, Mo Yesi mendadak meneleponnya. Begitu telepon terhubung, ia langsung mendengar suara magnetis pria itu, "Aku ada di bawah asramamu. Turunlah."
"Hah?!"
Qiao Mianmian langsung merasa takut. Mo Yesi datang lagi ke kampus kami? Dan sekarang dia ada di lantai bawah asrama perempuan?! pikirnya dengan panik. Begitu ia membuka pintu dan keluar dari asrama, ia melihat kerumunan orang di koridor. Mereka semua melihat ke arah lantai bawah dengan gembira dan penuh semangat.
"Wah! Ada pria tampan yang berdiri di bawah!"
"Bukankah itu pria tampan yang membawa pergi Qiao Mianmian kemarin? Dia ada di sini lagi."
"Qiao Mianmian terlalu beruntung. Baru saja putus dari Su Ze, sudah mendapat pacar lagi. Tampan, tinggi, dan kaya lagi."
"Tunggu, itu masih belum pasti pacarnya. Mungkin pria itu yang memeliharanya."
"Tidak mungkin. Pria yang begitu tampan masih perlu memelihara wanita? Sekalipun Mianmian benar dipelihara, apakah kalian tidak ingin dipelihara oleh pria seperti ini? Pokoknya aku cukup ingin dipelihara. Aku bersedia walaupun tidak diberi uang."
Sudut bibir Qiao Mianmian berkedut selagi ia mendengarkan orang-orang yang bergosip. Ia melongokkan kepalanya untuk melihat ke bawah dan bisa langsung melihat seorang pria bertubuh tinggi berdiri di bawah pohon. Matahari bersinar melalui celah-celah dedaunan sehingga cahaya belang-belang menyinari wajah tampannya yang tiga dimensional, seolah-olah menutupi fitur wajahnya yang tajam dengan lingkaran cahaya keemasan.
Pria itu mengenakan setelan jas dan sepatu kulit. Setelan hitam buatan tangan itu menunjukkan proporsi tubuhnya yang sempurna. Kaki panjangnya yang berbalut celana setelan juga sangat menarik perhatian. Auranya yang dingin semakin menegaskan bahwa ia sepertinya penuh dengan hormon menggoda.
Gadis-gadis yang melewati pria itu menjadi tersipu. Ada beberapa gadis yang ingin berbicara dengannya. Namun, saat mereka baru berjalan dua langkah ke arahnya, mereka langsung ditolak oleh tatapannya yang acuh tak acuh dan asing. Auranya seolah menyiratkan peringatan, 'Jangan mendekat.'
Qiao Mianmian sekali lagi dapat benar-benar merasakan bahwa alergi Mo Yesi terhadap wanita benar-benar nyata. Selain dirinya, Mo Yesi sangat jijik pada wanita-wanita lain dan juga bersikap sangat dingin pada mereka. Begitu ada wanita yang berinisiatif untuk mendekat, hal itu benar-benar akan membuatnya merasa jijik.
Mo Yesi tampaknya menyadari tatapan Qiao Mianmian. Ia tiba-tiba mengangkat kepalanya dan menatap lurus ke arah Qiao Mianmian. Mata keduanya pun saling bertemu. Saat ia melihat Qiao Mianmian, aura dingin serta ketidaknyamanan di matanya menghilang seketika. Tatapan sepasang mata dingin itu berubah menjadi pancaran cahaya lembut. Jantung Qiao Mianmian mendadak berdetak lebih kencang seperti hendak meledak.
Qiao Mianmian segera berlari ke lantai bawah. Begitu ia berjalan ke arah Mo Yesi, pria itu membentangkan kedua tangannya untuk menarik gadis itu ke dalam perlukannya. Mo Yesi memeluk Qiao Mianmian dengan sangat erat, seolah ingin membenamkan gadis itu ke dalam tubuhnya.
Mo Yesi membenamkan wajanya di rambut Qiao Mianmian, menarik napas dalam-dalam, dan bertanya dengan suara serak, "Mianmian, kau merindukanku atau tidak?"
Saat Qiao Mianmian dipeluk Mo Yesi, ia dapat merasakan bahwa tubuh pria itu sangat kaku dan juga sangat dingin.