Datang karena Ingin Bertemu Denganmu
Datang karena Ingin Bertemu Denganmu
"Mo Yesi..." Wajah Qiao Mianmian memanas saat mengingat bahwa ini adalah lantai bawah asrama perempuan dan ada begitu banyak orang yang melihat mereka. Ia pun berkata, "Boleh lepaskan aku? Semua orang sedang memperhatikan kita."
Setelah Qiao Mianmian selesai berbicara, ia sedikit berjuang untuk melepaskan. Ia tidak menolak pendekatan Mo Yesi, tetapi ada begitu banyak mata yang tertuju pada mereka sekarang sehingga membuatnya merasa sangat tidak nyaman.
"Sayang, jangan bergerak." Mo Yesi mengencangkan lengannya, dagunya menempel di puncak kepala Qiao Mianmian, dan ada jejak kelelahan dalam suaranya yang rendah dan serak, "Aku sangat lelah. Patuhlah dan biarkan aku memelukmu sebentar. Semenit saja sudah cukup."
Qiao Mianmian dapat merasakan bahwa Mo Yesi tampaknya benar-benar lelah dari suaranya yang parau. Qiao Mianmian sedikit ragu, namun ia kemudian bersandar di pelukan pria itu dengan patuh dan membiarkan pria itu memeluknya.
Mata orang-orang yang tidak dikenal dan tak terhitung jumlahnya terus tertuju pada mereka berdua. Mereka melihat pria itu begitu kaku dengan wanita lain. Namun, sedetik kemudian, pria itu berubah menjadi begitu lembut dan berlama-lama dengan gadis di pelukannya. Mata para wanita yang menyaksikan pemandangan ini menunjukkan rasa iri dan cemburu. Rasanya mereka tidak sabar untuk segera menggantikan posisi Qiao Mianmian dan merasakan bagaimana rasanya dipeluk oleh pria yang sangat tampan.
Semenit kemudian. Mo Yesi seperti seekor singa yang sudah puas. Ia akhirnya melepaskan Qiao Mianmian dan rasa lelah di wajah tampan itu mulai memudar. Tampaknya banyak energi yang dipulihkan dalam semenit. Saat Mo Yesi berbicara lagi, suaranya tidak terdengar terlalu lelah, "Apakah kau sudah makan siang?"
Qiao Mianmian menatap Mo Yesi dengan bingung dan menggelengkan kepalanya. "Belum," jawabnya. Ia sebenarnya sedang bersiap-siap untuk pergi makan, tapi Mo Yesi tiba-tiba datang. "Kau… kenapa kau datang ke sini?"
Qiao Mianmian masih sedikit bingung. Selama dua hari berturut-turut, Mo Yesi datang ke kampus untuk mencarinya selama jam kerja. Ah... Apakah jadwal bekerja Mo Yesi sedang sangat longgar? batin Qiao Mianmian.
Qiao Mianmian tahu bahwa Mo Yesi adalah bos besar. Waktu kerjanya bebas dan tidak dibatasi dari pukul sembilan pagi hingga pukul lima sore. Namun, begitu melihat Mo Yesi, ia merasa bahwa Mo Yesi terlihat seperti orang yang disiplin dalam kehidupannya. Baik itu segi pekerjaan maupun segi lainnya, semuanya harus diatur dan terencana. Melewatkan pekerjaan di tengah jalan sepertinya bukan gaya seorang Mo Yesi.
Mo Yesi menatap Qiao Mianmian dan seakan ada tinta tebal yang membuat matanya menggelap. Setelah menatap Qiao Mianmian beberapa saat, ia berbisik, "Aku ke sini karena ingin melihatmu."
"Oh…"
Jantung Qiao Mianmian mendadak berdetak semakin kencang. Jika ia tidak berhati-hati, ia bisa langsung tergoda. Ingin melihatnya, lalu datang… Dalam pemahaman Qiao Mianmian, kalimat ini setara dengan mengatakan, 'Aku merindukanmu'.
Melihat wajah tampan dan mendalam di depannya ini membuat jantung Qiao Mianmian berdebar kencang. Tatapan mata pria itu begitu dalam dan ada bayangan hitam di bawah matanya. Setelah jeda beberapa saat, Mo Yesi berkata dengan suara rendah, "Kau tidak ada tadi malam, jadi aku tidak bisa tidur."
Qiao Mianmian hanya terdiam, "....."
Qiao Mianmian tidak tahu tentang masalah Mo Yesi yang tidak bisa tidur dengan nyenyak. Ia hanya mengira bahwa Mo Yesi sedang menggodanya lagi. Qiao Mianmian tidak bisa menahan rasa panas di wajahnya dan jantung kecilnya berdebar lebih cepat. Tapi, kenyataannya Mo Yesi benar-benar tidak tidur nyenyak semalam. Pria itu hanya bisa tidur sebentar-sebentar selama dua atau tiga jam karena terbangun beberapa kali.
Bahkan, jika Mo Yesi tertidur, ia akan bermimpi buruk lagi. Ia akan berhadapan dengan mimpi buruk yang telah bersamanya selama dua puluh tahun dan menghantuinya seperti iblis. Begitu ia tertidur, mimpi itu akan menyiksanya dalam tidur. Mo Yesi baru dapat mengatur napasnya hanya ketika Qiao Mianmian berada di sana bersamanya.
Wajah Qiao Mianmian memerah. Ia mengangkat kepalanya, melirik Mo Yesi, dan melihat bahwa mata Mo Yesi begitu merah. Sepertinya Mo Yesi memang tidak dapat beristirahat dengan baik.