Terima Kasih Mianmian
Terima Kasih Mianmian
Qiao Mianmian menyentuh wajah sendiri yang terasa begitu panas. Ia merasa agak sedikit malu. Padahal, semalam ia tidur dengan lumayan nyenyak. Qian Mianmian juga tidak tahu mengapa siang ini ia bisa mengantuk hingga seperti itu.
"Kalau begitu, apakah tidurmu nyenyak?" Qiao Mianmian menoleh untuk melihat Mo Yesi. Ia merasa bahwa kondisi mental Mo Yesi tampaknya jauh lebih baik dan pria itu juga tidak terlihat begitu lelah lagi.
"Hng, sangat bagus," jawab Mo Yesi. Lalu, ia tersenyum dengan penuh senang hati, "Mianmian, terima kasih."
Walaupun Mo Yesi hanya tidur selama satu jam dan itu terbilang waktu yang singkat, tidur itu membuat tubuh dan jiwanya lebih lega. Ia kini merasa jauh lebih baik. Kualitas tidur singkatnya barusan jauh lebih baik daripada tidurnya selama tiga atau empat jam pada malam hari. Mo Yesi tidak terbangun di tengah tidurnya dan juga tidak mengalami mimpi buruk. Begitu bangun, ia merasa seperti dilahirkan kembali.
"Terima kasih kepadaku?" Qiao Mianmian menatap Mo Yesi dengan curiga, "Terima kasih untuk apa?"
Lampu lalu lintas di depan berganti menjadi merah. Mo Yesi menghentikan mobil, menoleh, dan menatap Qiao Mianmian dalam-dalam. "Terima kasih telah menemaniku tidur. Aku tidur dengan sangat nyaman dalam waktu satu jam ini."
"Uhuk-uhuk-uhuk." Qiao Mianmian mendadak terbatuk. Bukankah perkataan Mo Yesi ini terdengar begitu ambigu? Qiao Mianmian batuk keras hingga matanya berair dan napasnya terengah-engah beberapa kali. Lalu, ia menatap Mo Yesi dengan galak, "Mo Yesi, bisakah kau berbicara lebih normal sedikit?"
Apa yang dimaksud dengan berterima kasih kepadaku setelah ditemani tidur? Selain itu juga, apa itu tidur dengan nyaman? Siapapun yang mendengar ini pasti akan berpikir tidak-tidak! pikir Qiao Mianmian kesal.
"Hah? Yang mana yang tidak normal?"
Mo Yesi memandang pipi lembut Qiao Mianmian yang merona merah. Mata gelap gadis itu sedikit bersinar dan tatapannya sangat menyudutkan Mo Yesi. Qiao Mianmian kini tampak malu dan kesal, namun wajahnya malah terlihat semanis itu.
Mungkin Qiao Mianmian sendiri tidak menyadari bahwa ketika ia marah dan memelototi orang, ia tidak terlihat galak sama sekali. Ia malah justru terlihat sangat lembut dan imut. Qiao Mianmian terlihat kekanak-kanakan, sangat mirip seperti anjing kecil atau kucing kecil yang marah. Semakin galak, semakin banyak yang ingin menggodanya.
"Kau jelas-jelas tahu! Kenapa kau masih bertanya?" seru Qiao Mian karena malu.
Mo Yesi berpura-pura bingung dan mengangkat alisnya, "Jika kau tidak memberitahuku, bagaimana bisa aku tahu? Maksudmu, kalimat 'menemaniku tidur' dan juga 'tidur dengan nyaman'? Jika memang benar yang kau maksud adalah dua kalimat ini, aku benar-benar tidak mengerti. Sebenarnya bagian mananya yang tidak normal?"
Setelah Mo Yesi selesai berbicara, tanpa menunggu Qiao Mianmian berbicara, ia mengangkat alisnya dan mengangkat sudut bibirnya dengan jahil. "Sayang, kau tidak mungkin berpikir yang aneh-aneh, kan? Menurutmu, maksud perkataanku... Berhubungan intim denganmu? Walaupun aku benar menginginkannya, tapi tidak peduli seberapa besar aku menginginkannya, aku tidak mungkin membuatmu tidak nyaman dan melakukannya di tempat seperti itu."
Begitu Mo Yesi selesai berbicara, wajah gadis di sebelahnya dengan cepat bersemu merah. Wajahnya Qiao Mianmian yang putih, lembut, dan cantik berubah menjadi merah tua dalam sekejap seperti tomat.
"Kau... Aku tidak ingin berbicara denganmu lagi!"
Qiao Mianmian digoda oleh Mo Yesi hingga hampir merinding. Ia langsung menoleh, mengalihkan pandangannya, dan tidak menatap pria itu lagi. Qiao Mianmian juga tidak ingin mengatakan sepatah katapun pada Mo Yesi lagi.
Mo Yesi… Pria ini benar-benar menyebalkan! Apakah dia menganggapku seperti kucing dan anjing peliharaannya sehingga dia menggodaku di setiap kesempatan? Dia benar-benar sangat menyebalkan! Mulai sekarang, aku tidak akan pernah mengatakan sepatah katapun padanya. Tidak akan! pikir Qiao Mianmian.
Benar saja, Qiao Mianmian melakukan apa yang ia katakan. Ia sungguh tidak mengatakan sepatah katapun kepada Mo Yesi, bahkan sampai Mo Yesi mengantarkannya kembali ke kampus. Setelah Mo Yesi menghentikan mobil dengan baik, Qiao Mianmian membuka sabuk pengamannya dan hendak keluar dari mobil tanpa mengucapkan selamat tinggal.
Klik.
Qiao Mianmian mengulurkan tangannya untuk menarik pintu mobil, tetapi tiba-tiba terdengar suara pintu mobil yang terkunci. Di sampingnya, Mo Yesi tersenyum dan berkata, "Masih marah padaku? Sayang, aku baru saja bercanda denganmu. Apakah nanti kau berencana untuk terus mengabaikanku?"