Ingatlah untuk Merindukanku
Ingatlah untuk Merindukanku
Bagaimana mungkin Mo Yesi tidak layak? Pria yang seperti ini sangatlah menakjubkan. Justru karena Mo Yesi terlalu menakjubkan, Qiao Mianmian tidak mau pria itu mengantar gadis biasa sepertinya. Dalam dua hari terakhir, Mo Yesi sering datang ke kampus dan telah menarik perhatian banyak orang. Kehadiran Mo Yesi juga membuat orang-orang melayangkan kebencian mereka pada Qiao Mianmian.
Mo Yesi membuka pintu mobil dan berkata dengan tegas tanpa memberikan Qiao Mianmian ruang untuk menolak, "Kalau begitu, aku akan mengantarmu. Turun dan keluar dari mobil."
Setelah mereka keluar dari mobil, Mo Yesi langsung menggenggam tangan Qiao Mianmian. Telapak tangannya sangat lebar dan juga hangat hingga membungkus seluruh tangan mungil gadis itu. Telapak tangan Mo Yesi memberi Qiao Mianmian perasaan yang sangat stabil. Gadis itu merasa seakan begitu tangan ini sekali menggenggamnya, ia dapat menggenggamnya seumur hidup.
Keduanya berjalan di jalur pepohonan kampus sambil bergandengan tangan. Mo Yesi mengenakan jas dan sepatu kulit dengan gaya berpakaian ala elite sosial. Wajahnya begitu tampan dan tegas dengan aura yang elegan dan menonjol. Sosoknya juga memancarkan pesona dingin yang kuat.
Keseluruhan penampilan Mo Yesi sangat menarik perhatian. Belum lagi, ia memiliki tubuh yang sempurna dengan kaki yang panjang. Tingginya hampir mencapai 190 cm sehingga membuatnya merasa menonjol di mana pun ia muncul. Sepanjang jalan, entah berapa banyak gadis yang mengintip dan berteriak histeris karenanya.
"Kalian tahu siapa pria itu? Sangat tampan!"
"Apakah gadis di sebelahnya itu Qiao Mianmian? Qiao Mianmian baru saja putus dari Su Ze! Kenapa sekarang dia sudah bersama dengan pria lain lagi?"
"Kudengar Qiao Mianmian berselingkuh dengan pria lain sehingga membuatnya putus dengan Su Ze. Tidak mungkin selingkuhannya itu adalah pria ini, kan?"
"Su Ze sangat tampan dan berasal dari keluarga kaya. Su Ze juga selalu mencintainya. Tapi, dia bahkan juga menyelingkuhinya? Menurutku, pria yang didapatnya sekarang tidak memiliki kelebihan lain selain tampan. Apakah pria itu bisa sekaya Su Ze?"
"Ya, aku juga mendengar bahwa Su Ze memberikan kompensasi putus yang sangat besar untuk Qiao Mianmian. Mungkinkah pria ini adalah pria yang dicarinya?"
Awalnya, setelah mengetahui kabar putusnya Su Ze dan Qiao Mianmian, banyak orang menunggu untuk melihat Qiao Mianmian menjadi bahan lelucon. Mereka mengira bahwa Qiao Mianmian akan menjadi sengsara setelah ditinggalkan Su Ze. Namun, tidak ada yang menyangka bahwa setelah keduanya baru saja putus, Qiao Miamian segera mendapatkan satu lagi pria tampan.
Terlepas dari apakah pria ini punya uang atau tidak, penampilannya saja sudah cukup untuk membuat banyak orang cemburu. Mengapa Qiao Mianmian mendapat pacar baru yang semakin tampan jika dibandingkan dengan pacarnya yang sebelumnya? Padahal, pacarnya yang dulu juga terbilang tampan.
Qiao Mianmian sama sekali tidak mendengar komentar-komentar ini. Sementara itu, Mo Yesi dan Qiao Mianmian terus berjalan di area kampus. Mo Yesi pun mengantar Qiao Mianmian sampai ke asrama putri.
"Naiklah," kata Mo Yesi sambil melepaskan tangannya yang memegang Qiao Mianmian. Ia mengedikkan dagu ke arahnya, "Aku akan melihatmu naik."
"Oh, kalau begitu... Kalau begitu, aku akan naik. Kau juga harus segera kembali ke perusahaan dan bekerja."
Saat Mo Yesi melepaskannya, Qiao Mianmian merasa ada sedikit kekosongan di dalam hatinya. Ada sedikit perasaan yang tidak biasa? Ia berjalan sambil bergandengan tangan bersama Mo Yesi selama sepuluh menit. Jika Mo Yesi tidak menggandengnya tadi, apakah ia tetap akan merasa tidak biasa?
"Sampai jumpa," Qiao Mianmian melambaikan tangan pada Mo Yesi, lalu berbalik dan berjalan ke atas.
"Mianmian."
Qiao Mianmian baru berjalan dua langkah saat ia mendengar Mo Yesi membisikkan namanya di belakangnya. Nada bicara pria itu penuh dengan kelembutan yang sangat langka. Jantung Qiao Mianmian berkedut dan ia menghentikan langkahnya.
"Apakah ada yang lain?"
Mo Yesi melangkah ke depan, menatap Qiao Mianmian, dan tersenyum ringan sambil menjawab, "Ya, aku lupa satu hal."
"Apa?"
Qiao Mianmian langsung ditarik ke dalam pelukan Mo Yesi yang begitu erat. Ciuman lembut pria itu tidak membawa hasrat maupun erotisme. Mo Yesi hanya mengecup lembut dahi Qiao Mianmian, lalu berkata, "Makanlah dengan baik, belajarlah dengan rajin, dan tidurlah dengan nyenyak. Jangan lupa juga, ingatlah untuk merindukanku."