Diam-Diam Menikah Dengan Konglomerat

Ini Salahku, Aku Tidak Seharusnya Curiga Berlebihan



Ini Salahku, Aku Tidak Seharusnya Curiga Berlebihan

0Qiao Mianmian melototi Mo Yesi dan tidak mengatakan apapun. Bulu matanya yang tebal dan panjang ditutupi dengan tetesan air mata dalam sekejap mata. Kemudian, air mata mulai berlinangan di wajah mungilnya yang menawan.     

Mo Yesi tidak pernah merasakan apapun saat melihat air mata seorang wanita. Namun, kali ini ia dapat merasakan bahwa hatinya menjadi kesal. Jika seseorang pernah mencoba menggunakan air mata agar mendapat rasa kasihan dari Mo Yesi, itu hanya akan menjadi bumerang. Bahkan, Yan Shaoqing pernah mengeluh beberapa kali dan mengatakan bahwa hati Mo Yesi berasal dari batu karena hatinya terlalu dingin dan terlalu keras. Tidak ada wanita manapun yang bisa menghangatkan hati Mo Yesi.     

Namun, saat ini Mo Yesi merasakan sebaliknya. Ia sekarang merasa tak tahan saat melihat air mata perempuan karena melihat mata Qiao Mianmian yang berkaca-kaca. Saat Mo Yesi melihat gadis di pelukannya dengan mata merah dan ekspresi sedih yang menuduh, ia merasa sedikit tertekan.     

Tanpa ragu-ragu, Mo Yesi meminta maaf, "Kau menangis? Apakah karena kau mengira aku mencurigaimu? Sayang, maafkan aku. Aku menarik kembali semua kata yang baru saja aku ucapkan. Kau anggap saja aku tidak mengatakan apapun. Jangan marah lagi padaku, ya?"     

Mo Yesi sejak dulu tidak pernah tahu kepanikan itu perasaan yang seperti apa. Tetapi, ketika air mata Qiao Mianmian diam-diam mengalir setetes demi setetes, ia merasakan kepanikan itu untuk pertama kalinya. Jari-jari rampingnya dengan canggung menyeka air mata dari sudut mata Qiao Mianmian. Ketika ujung jarinya menyentuh air mata Qiao Mianmian yang hangat dan lembab, ada lagi kepanikan dan rasa kesal di hatinya.     

Sepertinya tidak apa-apa jika Mo Yesi tidak meminta maaf. Tetapi, dengan permintaan maaf, wanita kecil di pelukannya malah tampak menangis lebih keras. Air mata terus mengalir dari matanya, seperti seuntai gelang manik-manik yang berbarik-barik. Tetes demi tetes air mata panas membasahi punggung tangan Mo Yesi dan rasanya juga seperti membakar hatinya.     

"Qiao Mianmian, jangan menangis lagi," Mo Yesi mencoba membujuk lagi. Setelah ia merasa bahwa wanita kecil di pelukannya juga tidak bisa dibujuk bagaimanapun juga, ia pun mengerutkan kening.     

Mo Yesi menghela napas tak berdaya dengan rasa menyesal, memegang wajah Qiao Mianmian yang basah karena menangis, dan berkata, "Katakan padaku, apa yang harus aku lakukan agar kau tidak marah padaku lagi? Aku bukan benar-benar mencurigaimu, aku yakin kamu tidak akan melakukan pengkhianatan di belakangku."     

Qiao Mianmian menatap Mo Yesi dengan mata berkaca-kaca. Semakin pria itu membujuknya, semakin hatinya merasa menderita. Mata Qiao Mianmian penuh dengan tuduhan, suara tangisnya terdengar serak, dan napasnya tercekat.     

Qiao Mianmian akhirnya membuka mulutnya dan berkata, "Kau memang meragukanku! Maksud perkataanmu, aku dan Su Ze sebelumnya sudah janjian di sana untuk bertemu. Iya, kan? Mo Yesi, tahukah kau bahwa aku sangat membenci orang lain yang tidak mempercayaiku? Jika kau mengira aku masih tidak bisa melupakan Su Ze, sebaiknya kita bercerai saja. Lagi pula, kau tidak percaya padaku. Untuk apa lagi kita bersama?"     

Wajah Mo Yesi tiba-tiba menjadi muram saat ia mendengar kata-kata 'cerai'. Ia baru saja hendak menjadi marah. Tetapi, ketika tatapannya bertemu dengan mata merah gadis di pelukannya yang menangis, kemarahan di dalam hatinya langsung padam seketika. Kemarahan Mo Yesi berubah sehingga ia hanya bisa menghela napas tak berdaya dengan sedikit jengkel. Jika ia tahu Qiao Mianmian akan menangis seperti ini, ia tidak akan pernah menanyakan itu.     

Jari ramping dan putih Mo Yesi lagi menyentuh sudut mata Qiao Mianmian dan menyeka titik basah di sudut matanya dengan lembut. Pria itu menarik Qiao Mianmian dengan lembut ke dalam pelukannya. Lalu, Ia melembutkan suaranya dan mendesah dengan suara rendah, "Baik, ini salahku. Aku tidak seharusnya curiga berlebihan."     

Pengakuan Mo Yesi membuat gadis itu merasa hatinya lebih sakit. "Awalnya itu adalah salahmu," kata Qiao Mianmian.     

"Ya, salahku," jawab Mo Yesi. Saat ini, ia tidak tahu harus berbuat apa selain membujuk Qiao Mianmian dan mengikuti kemauannya. Ia tidak memiliki pengalaman membujuk wanita. Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, Mo Yesi membujuk seorang wanita dengan suara rendah. Ia sungguh merasa sangat frustasi sekarang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.