Diam-Diam Menikah Dengan Konglomerat

Dia Menangis?



Dia Menangis?

0Mo Yesi menunduk. Bibir tipisnya yang seksi dan hangat hanya berjarak satu sentimeter dari bibir Qiao Mianmian. Saat pria itu berbicara, hembusan napas panasnya menerpa bibir Qiao Mianmian.     

Jari-jari Mo Yesi mengusap dagu Qiao Mianmian dengan lembut. Matanya yang menawan dan dingin sedikit menyipit. Lalu, ia bertanya dengan penuh waspada, "Mengapa Su Ze bisa ada di Yan Ting? Kalian kebetulan berada di tempat yang sama?"     

Mo Yesi sepertinya bertanya dengan santai, tetapi Qiao Mianmian yang begitu peka pun dapat segera menangkap arti lain dari perkataan Mo Yesi. Ia sontak tercengang dan matanya berkedip. Rasa kesal yang tidak dapat dijelaskan melesat ke benaknya dalam sekejap dan alisnya juga berkerut. "Kau curiga aku punya janji dengan Su Ze?"     

Mo Yesi mengusap dagu Qiao Mianmian dan meningkatan kekuatan di jari-jarinya. Matanya tampak dalam dan tak terduga. "Kenapa? Kau marah? Aku hanya menganggap itu sebuah kebetulan."     

Bagaimana mungkin Mo Yesi merasa itu kebetulan? Qiao Mianmian jelas-jelas bisa merasakan kecurigaan Mo Yesi bahwa dirinya dan Su Ze sudah memiliki kesepakatan sebelumnya. Qiao Mianmian tidak menyangka bahwa Mo Yesi bisa berpikir begitu tentangnya.     

Saat Qiao Mianmian memutuskan untuk putus dan membatalkan pertunangan dengan Su Ze, ia tidak mungkin melihat ke belakang lagi. Terlebih lagi, ia sudah menikah dengan Mo Yesi. Sekarang, Qiao Mianmian adalah istri Mo Yesi. Terlepas dari ada atau tidaknya perasaan dalam pernikahan mereka, ia akan memenuhi kewajibannya dan menjadi istri yang berkualitas. Tidak mungkin bagi Qiao Mianmian untuk melakukan sesuatu yang mengkhianati Mo Yesi sebelum pernikahan mereka berakhir.     

Saat Qiao Mianmian melihat mata Mo Yesi yang berbeda dan mencurigakan, hatinya terasa seperti tertusuk sesuatu dan membuatnya merasa tidak nyaman. Di saat yang bersamaan, perasaan marah dan kecewa juga muncul dalam hatinya. Qiao Mianmian menepis tangan Mo Yesi yang memegang rahangnya dengan marah. Kemudian, ia menggunakan sedikit kekuatan untuk mendorong Mo Yesi.     

Mo Yesi tidak bereaksi saat Qiao Mianmian bangkit dan mundur dari pelukannya. Qiao Mianmian mengambil tasnya yang diletakkan di samping, membuka pintu, dan keluar dari mobil. Hal yang paling dibenci olehnya adalah tidak dipercaya oleh orang lain.     

Tatapan mata Mo Yesi yang mencurigakan hanya mengingatkan Qiao Mianmian pada Su Ze. Ia teringat kejadian waktu itu, ketika ia dijebak oleh Qiao Anxin. Su Ze bahkan tidak memberinya kesempatan untuk menjelaskan dan malah langsung memilih untuk percaya pada Qiao Anxin. Qiao Mianmian ternyata mengalami lagi kekecewaan yang ia rasakan pada saat itu.     

Penderitaan di dalam hati Qiao Mianmian tidak bisa diungkapkan. Ketika ia menarik pintu mobil, penglihatannya menjadi kabur. Saat ini ia benar-benar tidak ingin menjelaskan dan hanya ingin segera pergi.     

Saat Qiao Mianmian baru melangkahkan satu kakinya turun dari mobil, pria di belakangnya meraih lengannya dan menariknya kembali. Ia menabrak tubuh Mo Yesi dan masuk ke dalam pelukan pria itu lagi. Lengan Mo Yesi yang kuat segera memeluknya dengan erat.     

"Lepaskan aku!" Qiao Mianmian segera meronta. Ia meninju dada Mo Yesi yang kokoh dengan tangannya yang kecil dan berteriak dengan marah, "Mo Yesi, apa yang kau lakukan? Lepaskan aku. Biarkan aku keluar dari mobil."     

Ada sedikit tangisan di suara tajam Qiao Mianmian karena amarahnya. Mo Yesi pun tercengang. Jari-jarinya yang ramping mencubit dagu Qiao Mianmian untuk memaksa gadis itu mengangkat kepalanya. Ia mengerutkan kening karena ia terkejut melihat mata Qiao Mianmian yang berbintang kini tertutup lapisan kabut dan air mata.     

Dia menangis? Mo Yesi sungguh terkejut.     

Karena Mo Yesi baru saja melihat mantan pacar Qiao Mianmian, hatinya menjadi sedikit tidak nyaman sehingga ia bertanya seperti itu. Selama Qiao Mianmian mengatakan bahwa semuanya hanyalah kebetulan, Mo Yesi akan mempercayainya dan tidak akan terus mempermasalahkannya. Mo Yesi hanyalah menginginkan sepatah kata dari Qiao Mianmian. Tetapi, ia tidak menyangka bahwa kata-katanya akan membuat Qiao Mianmian sangat marah.     

Qiao Mianmian benar-benar menangis… Sepasang pupil mata berbintang gadis itu penuh dengan air mata. Matanya kini memerah. Tatapannya masih dipenuhi dengan keluhan dan amarah. Kini Qiao Mianmian menatap Mo Yesi penuh dengan tuduhan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.