Malam Ini... Aku Juga Ingin Tidur Sambil Memelukmu
Malam Ini... Aku Juga Ingin Tidur Sambil Memelukmu
Ketika Mo Yesi berbicara, napas hangatnya berembus ke dalam telinga Qiao Mianmian. Suaranya yang rendah dan serak terdengar sangat seksi dan menggoda. Qiao Mianmian mendadak merasa bahwa pria ini sedang genit dengannya. Meskipun Mo Yesi tidak menggunakan nada centil, pria itu mengganti berbagai trik untuk menggodanya dari awal hingga akhir.
Qiao Mianmian merasa Mo Yesi sedang bersikap genit. Pria itu sepertinya menjual kesedihannya hanya karena ingin bermalam di sini. Lebih lugas lagi, bisa dibilang hanya karena pria itu ingin tidur dengannya.
Memikirkan hal ini membuat wajah putih dan lembut Qiao Mianmian semakin dan semakin merona merah. Wajahnya kini benar-benar menjadi merah marun. Meskipun Mo Yesi mengatakan ia ingin tidur, itu hanya murni memiliki arti tidur dengannya. Tapi… Qiao Mianmian masih merasa sangat malu. Jantungnya berdegup cepat dan kencang, "Kau insomnia atau tidak… Apa hubungannya denganku?"
"Tentu saja ada hubungannya," jawab Mo Yesi sambil mempererat pelukannya di pinggang Qiao Mianmian. Ia menggunakan sedikit kekuatannya dan menarik tubuh Qiao Mianmian ke arahnya.
Pria itu menundukkan kepalanya dan mengangkat dagu Qiao Mianmian dengan satu tangan. Matanya yang dalam dan membara menatap ke arah Qiao Mianmian dengan senyum menawan di bibirnya. "Saat tidur denganmu, aku tidak akan mengalami insomnia. Aku memelukmu malam itu. Kau sangat harum dan lembut. Si kecil ini sangat nyaman dalam pelukanku. Sayang, malam ini... aku juga ingin tidur memelukmu."
Mata Mo Yesi menjadi semakin panas saat berbicara, seperti sekumpulan api yang menyala-nyala. Matanya yang gelap disinari oleh kilatan cahaya hingga terlihat sedikit lebih cerah. Qiao Mianmian bisa melihat bayangan dirinya yang gugup dan panik dalam tatapan Mo Yesi yang bersinar.
Wajah tampan pria itu mendekat ke depannya inci demi inci. Napas panasnya perlahan turun. Qiao Mianmian memanggil namanya dengan panik, "Mo Yesi…"
"Sayang, panggil aku suamimu."
Bibir tipis Mo Yesi yang panas dan seksi mendarat di bibir Qiao Mianmian. Pria itu mencium dengan sangat dalam dan bertenaga. Baik ciumannya maupun auranya sama-sama mendominasi dengan rasa posesif yang mendalam.
Seakan mencicipi hidangan yang lezat, Mo Yesi memulai dengan sabar dan hati-hati dari sudut bibir Qiao Mianmian. Ciuman itu mencapai bibir Qiao Mianmian yang lembut dan manis. Kemudian, ia membuka bibir dan giginya untuk menjarah lebih dalam dan lebih keras.
Gadis di pelukan Mo Yesi begitu harum dan lembut, seperti hidangan lezat yang hanya menjadi miliknya. Meskipun Mo Yesi ingin menelan habis semua makanan lezat ini, ia tahu ini bukan waktu yang terbaik. Ia harus menunggu dengan sabar.
Mo Yesi bahkan berharap gadis kecil dalam pelukannya bersedia dan tidak menolak. Sebenarnya hal semacam itu adalah pengalaman yang sangat bagus. Jika berubah menjadi pemaksaan, lantas apa gunanya? Pria yang sombong sepertinya juga tidak mau memaksa seorang wanita. Mo Yesi memberi Qiao Mianmian waktu tujuh hari karena ia memiliki kepercayaan diri. Di saat itu, Qiao Mainmian pasti akan memberikannya dengan sukarela.
Pria itu mencium dengan terlalu bersemangat. Qiao Mianmian merasa ujung lidahnya mati rasa dan ia hampir tidak bisa bernapas. Karena ia tidak bisa mengubah napasnya, wajahnya menjadi merah.
"Hmm…"
Qiao Mianmian tak ingin muncul di berita yang aneh sebagai wanita yang tercekik karena berciuman. Saat ia merasa dirinya akan segera pingsan, ia segera mengulurkan tangannya. Ia mendorong pria yang masih menciumnya dalam-dalam itu dengan kuat.
Begitu Qiao Mianmian mendorong Mo Yesi, udara segar langsung menembus di antara bibir dan giginya. Ia pun segera menarik napas dalam-dalam. Dadanya bergerak naik turun dengan cepat. Qiao Mianmian mengambil empat atau lima kali napas dalam-dalam sebelum merasa hidup kembali. Wajah yang memerah karena kekurangan oksigen juga berangsur-angsur kembali ke warna normalnya.