Mo Yesi Sudah Sangat Menghormatinya
Mo Yesi Sudah Sangat Menghormatinya
Dalam pemahaman seorang pria terhadap pria lain, pria pasti memiliki perasaan lebih dalam dibandingkan wanita. Hanya dengan sekali melihat Su Ze, Mo Yesi bisa mengetahui bahwa Su Ze masih menginginkan Qiao Minamian. Jika Qiao Mianmian kebetulan juga masih tidak bisa melupakan cinta lamanya untuk Su Ze, keduanya mungkin saja bisa kembali bersama kapanpun.
Secara nama, Qiao Mianmian dan Mo Yesi sudah menikah. Tetapi, pada kenyataannya, mereka tidak memiliki perasaan dan tidak berhubungan badan. Hal ini membuat Mo Yesi tidak bisa merasa tenang. Ia baru akan merasa sedikit tenang jika Qiao Mianmian menjadi miliknya.
Pandangan Qiao Mianmian bertemu dengan kedua mata Mo Yesi yang panas dan penuh nafsu. Jantungnya berdetak sangat cepat dan ia menelan ludah dengan gugup. Qiao Mianmian baru saja hendak mengatakan sesuatu, tetapi pria itu memegang wajahnya dan menahannya.
Mo Yesi mencium kening Qiao Mianmian dengan lembut dan berkata dengan suara rendah, "Baiklah, kau bisa keluar. Sayang, pikirkan baik-baik perkataanku. Aku adalah pria normal. Aku juga sangat menderita setiap kali harus menahan diri seperti ini. Waktu satu minggu sudah cukup bagimu untuk menyesuaikan mental dengan baik."
Qiao Mainmian keluar dari kamar mandi dengan pipi yang masih memerah. Detak jantungnya juga masih belum tenang. Ia masih memikirkan kata-kata yang diucapkan Mo Yesi.
Jelas, Mo Yesi sedang mengingatkan Qiao Mianmian bahwa ia masih dapat menahan diri paling lama dua hari untuk tidak menyentuhnya. Ketika tenggat waktunya selama seminggu habis, Mo Yesi tidak akan bertahan seperti ini lagi. Jadi, dalam dua hari terakhir, Qiao Mianmian lebih baik mempersiapkan mentalnya terlebih dahulu.
Faktanya, Mo Yesi sudah sangat menghormati Qiao Mianmian. Begitu pria itu mengetahui bahwa Qiao Mainmian masih belum terbiasa dengan hubungan mereka, ia memberi Qiao Mianmian waktu seminggu. Mo Yesi jelas terlihat bertahan hingga begitu menderita dan juga menahan diri untuk tidak menyentuhnya. Mo Yesi sebenarnya tidak perlu seperti ini. Jika ia pasti ingin melakukan itu dengan Qiao Mianmian, menurut kesepakatan mereka, Qiao Mianmian tidak bisa menolak.
Mata dalam Mo Yesi dipenuhi oleh keinginan dan hasrat yang muncul di benaknya. Jantung Qiao Mianmian berdetak lebih cepat. Dalam ingatannya yang samar, pria yang merampas keperawanannya juga menatapnya dengan mata seperti itu. Qiao Mianmian mengepalkan tinjunya saat memikirkan pria di malam itu dan ia merasa sedikit tidak nyaman.
Menurut perkataan Paman Li, Mo Yesi belum pernah memiliki wanita lain. Ia pun membatin, Jadi, Mo Yesi seharusnya masih seorang... perjaka?
Mereka baru beberapa hari menikah. Meskipun pemahaman Qiao Mianmian terhadap Mo Yesi juga belum cukup banyak, ia juga dapat melihat sifat Mo Yesi. Pria itu memiliki tingkat kebersihan yang tak bisa diganggu gugat, tak hanya dalam kehidupan tetapi juga dalam segi perasaan.
Kalau begitu, Mo Yesi… Dapatkah dia menerima bahwa aku sudah tidak perawan? Jika Mo Yesi mendapati bahwa dia menikahi seorang istri yang tidak perawan, apakah dia akan menjadi sangat marah? Akankah dia kecewa, atau bahkan tidak menyukaiku karena aku menjijikkan? batin Qiao Mianmian lagi.
Sementara pikiran Qiao Mianmian masih berantakan, terdengar suara ponsel berdering. Ternyata ponsel Mo Yesi berdering. Qiao Mianmian berjalan mendekat, melirik ponsel itu, dan melihat nama 'Shen Rou' ditampilkan di layar yang berkedip.
Karena Lu Rao sebelumnya pernah menyebutkan Shen Rou, Qiao Mianmian sudah tidak asing dengan nama ini. Ia pun langsung teringat ketika Yan Shaoqing memintanya untuk menyampaikan kedatangan Nona Shen pada Mo Yesi sebelumnya. Qiao Mianmian menebak bahwa Nona Shen menelepon untuk memberitahu Mo Yesi bahwa ia akan kembali besok.
Ponsel Mo Yesi berdering untuk ketiga kalinya. Qiao Mianmian baru saja hendak mengambil ponsel dan menyerahkannya pada Mo Yesi. Namun, ia tiba-tiba mendengar bunyi dan pintu pintu kamar mandi terbuka.
Klik. Klik.
Mo Yesi akhirnya keluar dari kamar mandi. Pria itu mengenakan gaun tidur hitam yang terbuat dari sutra murni dengan garis leher sedikit terbuka. Gaun itu memperlihatkan otot dadanya yang kuat dan menarik. Rambut basahnya masih meneteskan air. Tetesan air jatuh ke dahinya, lalu turun mengikuti hidungnya yang mancung dan tergelincir ke bibir tipisnya yang seksi.