Hal Tak Terduga dan Sebuah Kejutan
Hal Tak Terduga dan Sebuah Kejutan
Untuk sesaat, Qiao Mianmian sangat ketakutan sehingga ia hanya berbaring dalam pelukan Mo Yesi dan tidak berani bergerak lagi. Di atas kepalanya, ia dapat merasakan bahwa napas Mo Yesi awalnya agak pendek. Setelah satu menit, napas pria itu perlahan menjadi tenang.
Ciuman lembut dan ringan perlahan mendarat di dahi Qiao Mianmian. Mo Yesi mengencangkan rengkuhan lengannya, mencium aroma anggun dari rambut gadis itu, dan menutup matanya dengan puas, "Sayang, tidurlah."
Ritme napas Qiao Mainmian membuat seluruh tubuh Mo Yesi benar-benar rileks. Sebelumnya, setiap kali Mo Yesi akan tidur, ia selalu merasa sangat mudah tersinggung, cemas, dan tidak sabar. Setiap saraf di otaknya menjadi kencang.
Usaha Mo Yesi untuk tidur setiap malam ibarat berkelahi dengan dirinya yang lain di dalam tubuh. Terlepas dari Mo Yesi menang atau kalah, ia akhirnya akan selalu terseret ke dunia yang gelap itu. Di dunia itu tidak ada cahaya sama sekali dan hanya kegelapan tak berujung yang terlihat.
Setiap kali Mo Yesi bangun dan kembali ke dunia nyata setelah keluar dari dunia gelap itu, ia merasa sangat lelah. Fisik dan mentalnya sama-sama kelelahan. Bukan berarti Mo Yesi belum pernah bertemu dokter. Psikolog terbaik Tiongkok maupun dari luar negeri pernah merawatnya, tapi ia masih belum bisa menyingkirkan mimpi buruk yang telah ditanggungnya selama lebih dari 20 tahun.
Belakangan ini, Mo Yesi akhirnya memutuskan untuk menerima takdirnya. Ia berencana untuk menanggung masalah itu seumur hidup. Karenanya, kemunculan Qiao Mianmian baginya adalah sebuah hal yang tak terduga dan juga merupakan sebuah kejutan. Bagaikan sepotong kayu apung yang akhirnya ditemukan oleh seseorang yang tenggelam, Qiao Mianmian adalah penyelamatnya...
Jika Mo Yesi tidak bertemu dengan Qiao Mianmian, ia akan menjalaninya sepanjang hidupnya dalam penderitaan. Tetapi, Qiao Mianmian telah muncul dalam hidup ini dan membiarkan Mo Yesi menemukannya dalam kehidupan ini. Karena itu, tidak peduli apapun yang terjadi, Mo Yesi tidak mungkin akan melepaskan Qiao Mianmian.
———
Ketika Qiao Mianmian bangun keesokan harinya, tempat di sampingnya kosong. Ia menggosok matanya dan duduk di tempat tidur. Lalu, ia mengambil ponselnya dan melihatnya bahwa Mo Yesi telah mengirimkan beberapa pesan teks.
| Mo Yesi: Sayang, aku berangkat ke kantor. Melihatmu tidur begitu nyenyak, aku tidak rela membangunkanmu.
| Mo Yesi: Aku akan menjemputmu nanti malam. Tunggu aku.
| Mo Yesi: Aku meminta Wei Zheng untuk membelikanmu sarapan. Setelah bangun, makan sarapan dulu sebelum masuk kelas.
Setelah membaca tiga pesan singkat berturut-turut, Qiao Mianmian tidak bisa menahan senyum yang terbit di sudut bibirnya. Hatinya terasa menghangat. Mo Yesi benar-benar sangat perhatian terhadap Qiao Mianmian, bahkan sampai sempat terpikir untuk menyiapkan sarapan untuknya. Qiao Mianmian tersenyum dan dengan senang hati membalas pesan Mo Yesi.
| Mo Yesi: Hm, aku tahu. Kau jangan lupa sarapan juga.
Mo Yesi tidak segera membalas. Setelah Qiao Mianmian mengirim pesan tersebut, ia membuang ponselnya. Kemudian, ia turun dari tempat tidur dan masuk ke kamar mandi. Setelah Qiao Mianmian selesai mandi, ia mengambil ponselnya dan melihatnya lagi. Tetapi, Mo Yesi masih belum membalasnya. Ia juga tidak terlalu peduli.
Pagi-pagi sekali, Mo Yesi pasti sangat sibuk dan masih repot dengan pekerjaannya saat ini. Kemungkinan pria itu belum melihat pesan Qiao Mianmian. Atau, mungkin ia sudah melihatnya tapi belum memiliki waktu untuk membalasnya.
Saat Qiao Mianmian baru saja keluar dari kamar tidur, ia langsung mendengar ketukan di pintu. Ia berjalan ke pintu, membukakan pintu, dan melihat Wei Zheng berdiri di luar. Wei Zheng mengenakan setelan jas dan sepatu kulit serta membawa beberapa tas di tangannya.
"Nyonya," Wei Zheng menyapa Qiao Mianmian dengan hormat, lalu menyerahkan tas-tas itu kepadanya, "Nyonya, ini adalah sarapan yang saya belikan secara khusus sesuai perintah Tuan."