Kata Tuan, Sarapannya Harus Dimakan
Kata Tuan, Sarapannya Harus Dimakan
Qiao Mianmian mengulurkan tangannya untuk mengambil tas yang diberikan Wei Zhen. Ia tersenyum pada Wei Zheng dan berkata, "Terima kasih atas bantuannya, Asisten Wei. Saya tidak pilih-pilih soal makan, jadi semuanya bisa dimakan."
Wei Zheng balas tersenyum dan berkata lagi, "Tuan juga meminta saya untuk menyampaikan pesan kepada Nyonya."
"Apa itu?"
"Kata Tuan, sarapannya harus dimakan. Jangan sampai Nyonya lupa itu."
Qiao Mianmian sejenak tercengang dan hatinya seketika terasa manis. Ia mengerutkan bibirnya dan mengangguk dengan senyum manis, "Baiklah, saya akan makan."
"Kalau begitu... Jika Nyonya Muda tidak ada urusan lain, saya permisi dulu."
"Baiklah. Asisten Wei Zheng bisa kembali bekerja."
Wei Zheng sedikit membungkuk pada Qiao Mianmian sebelum berbalik dan pergi. Begitu Wei Zheng pergi, pintu kamar lain terbuka. Jiang Luoli menggosok matanya dengan pandangan mengantuk. Ia berjalan menuju Qiao Mianmian sambil menguap, lalu bertanya, "Sayang, siapa yang baru saja datang ke sini? Aku mendengar ketukan di pintu."
"Oh, itu salah satu asisten Mo Yesi. Dia membawakan sarapan untuk kita. Kau sudah mandi? Selesai mandi, langsung datang dan sarapan."
Qiao Mianmian mengeluarkan satu demi persatu jenis makanan dari dalam tas-tas yang dibawakan Wei Zheng. Masalahnya, meja makan di ruang makan itu tidak terlalu besar. Tumpukan sarapan yang dibelikan Wei Zheng hampir memenuhi seluruh meja. Ia benar-benar membelikan tiap jenis makanan. Ada sup pangsit, bubur, cakwe goreng dengan saus susu kedelai, serta roti dan susu di atas meja. Kedua gadis itu tidak mungkin bisa menghabiskan semuanya.
"Wow… Sarapannya begitu enak?" gumam Jiang Luoli.
Hidung Jiang Luoli bergerak saat ia mencium aroma makanan. Ia pun berlari dengan sangat senang seperti anak kecil. Saat ia melihat meja yang penuh dengan makanan, matanya berbinar dan ia berkata dengan penuh semangat, "Wow! Roti kukus Suyun Zhai! Dan bubur seafood Lanfangge! Dan roti dan kue Tianji! Restoran-restoran ini menyajikan sarapan yang sangat mahal! Sarapan ini terlalu mewah... Sayang, apakah dewa pria yang menyiapkan ini semua untuk kita?"
"Iya," Qiao Mianmian mengangguk. Ia mengambil kursi untuk duduk dengan santai, mengambil sepasang sumpit, dan menyerahkannya kepada Jiang Luoli, "Duduk dan makanlah. Makan lebih banyak jika kau suka."
Bagaimanapun, Qiao Mianmian merasa bahwa mereka berdua tidak akan bisa menyelesaikan sarapan di atas meja ini. Ia harus memberitahu Mo Yesi nanti agar tidak terlalu boros lain kali. Makanan di toko sarapan ini sangat mahal! Jika tidak dihabiskan, hanya bisa dibuang… Jika membuang begitu banyak makanan mahal seperti itu, aku akan merasa sangat bersalah! batin Qiao Mianmian.
Jiang Luoli mengambil kursi di sebelah Qiao Mainmian dan duduk. Ia mengambil sup pangsit dan mencoba segigit. Di dalam pangsit itu ada kuah sup yang lezat. Rasanya benar-benar sangat lezat sampai membuat Jiang Luoli hampir menelan lidahnya. Ia menyipitkan matanya dengan puas dan berkomentar, "Benar saja, yang mahal itu memang berbeda. Ini adalah pangsit terenak dari semua pangsit yang pernah aku makan!"
Qiao Mianmian mengambil sebuah pangsit lagi dan meletakkannya di mangkuk Jiang Luoli, "Kalau begitu, kau bisa makan lebih banyak."
Jiang Luoli benar-benar sibuk menikmati makanan sekarang dan tidak punya waktu untuk memedulikan hal-hal lain. Ia menunggu sup pangsitnya turun, lalu ia sepertinya mengingat sesuatu. Ia tiba-tiba mengangkat kepalanya dan bertanya, "Ngomong-ngomong, di mana dewa pria? Kenapa aku tidak melihatnya?"
"....." Qiao Mianmian hanya bisa terdiam dan membatin, Luoluo, refleksmu terlalu lambat. Sampai sekarang, baru mengingat dewa priamu?
Tampaknya, tidak peduli seberapa baik dewa pria itu, tetap saja tidak semenarik pangsit kukus yang lezat.
"Dia sudah sejak pagi pergi," jawab Qiao Mianmian. Ia meminum susu dan ternyata susunya masih hangat. Pasti Mo Yesi sudah menyuruh orang untuk menghangatkannya kembali sebelum diantar.