Diam-Diam Menikah Dengan Konglomerat

Seolah-olah Dia Adalah Sebuah Wabah



Seolah-olah Dia Adalah Sebuah Wabah

1"Iya, betul. Ayah harus menjaga diri Ayah sendiri. Jika tidak, Ibu dan aku akan mengkhawatirkan Ayah."     

Qiao Ruhai memandang ibu dan putrinya yang penuh perhatian, kemudian melihat ke arah Qiao Mianmian yang acuh tak acuh dan tidak menunjukkan perhatian apapun di matanya. Qio Ruhai tersenyum dingin dan mencibir dengan marah, "Untungnya ada ibu dan anak yang perhatian di sisiku. Selain kalian, siapa lagi yang akan peduli padaku? Sepertinya aku telah memelihara seekor serigala bermata putih. Jika sudah tahu lebih awal bahwa dia adalah serigala yang tidak bisa dijinakkan, seharusnya aku memberikannya kepada orang lain secepat mungkin."     

Tak berhenti di sana, Qiao Ruhai melanjutkan, "Bahkan, seekor anjing yang dipelihara saja tahu bagaimana caranya membalas kebaikan pemiliknya. Anak perempuan yang begitu menyakitkan sejak kecil ini tidak lebih pengertian daripada binatang!"     

Qiao Anxin begitu senang dalam hati ketika mendengar sindiran kasan ini. Tetapi, wajahnya menunjukkan ekspresi seolah membujuk, "Ayah, jangan marah. Sebenarnya, Kakak juga peduli padamu, hanya saja dia tidak pandai mengungkapkannya. Lihatlah, bukankah dia datang untuk menemuimu?"     

Qiao Anxin baru saja melihat ayahnya dan sengaja berkata begitu untuk memprovokasi Qiao Mianmian. Ia sengaja ingin membuat Qiao Minamian marah. Jika Qiao Mianmian semakin bersikap kuat dan menunjukkan sikap tidak mengerti, hal itu dapat membuat Qiao Anxin lebih menonjol. Qiao Anxin akan semakin terlihat pengertian, bersikap patuh, dan lebih baik. Kekecewaan dan ketidakpuasan Qiao Ruhai terhadap Qiao Mianmian juga akan menjadi semakin mendalam.     

Tentu saja, Qiao Anxin tahu bahwa Qiao Ruhai telah menyayangi Qiao Mianmian selama bertahun-tahun. Hubungan antara ayah dan putrinya tidak dapat sepenuhnya dihancurkannya begitu saja dalam semalam. Tetapi, selama ketidakpuasan Qiao Ruhai terhadap Qiao Mianmian meningkat sedikit demi sedikit seiring waktu, perasaan itu akan menjadi kebencian dan kekecewaan sepenuhnya. Saat itu terjadi, tidak akan ada lagi perasaan antara ayah dan putrinya.     

Dengan bujukan Qiao Anxin, lima poin kemarahan Qiao Ruhai bertambah menjadi delapan poin. Amarah membuat Qiao Ruhai tidak bisa menahan cibirannya lagi dan lagi, "Mana mungkin dia datang untuk menemuiku? Aku lihat, dia tidak mungkin memedulikan siapapun selain ibunya."     

"Tidak," Lin Huizhen juga menyahut sambil mencibir, "Tuan, aku pikir putrimu sangat menyakitimu. Kau selalu menganggapnya sebagai kesayanganmu sendiri, tetapi bagaimana dengannya? Apakah dia menganggapmu sebagai seorang ayah?"     

Lin Huizhen menggunakan kesempatan ini untuk memprovokasi, "Kau jatuh sakit beberapa waktu lalu. Aku menelepon Mianmian untuk memintanya kembali ke rumah, lalu apakah dia pulang? Saat itu, Anxin masih membuat pengumuman di mana-mana. Begitu kudengar bahwa kau sakit, aku terbang kembali dari luar negeri untuk menemuimu keesokan harinya. Yang mana dari dua putrimu ini yang benar-benar baik kepadamu, kau bisa mengetahuinya sendiri."     

Wajah Qiao Ruhai tidak terlihat begitu baik. Saat ia mendengar Lin Huizhen menyebutkan masalah ini, ekspresinya menjadi dua kali lipat lebih suram. Ketika ia melihat ke arah Qiao Mianmian, kekecewaan di matanya menjadi sedikit lebih dalam, "Kau belum pulang selama dua bulan penuh. Kau ingin membuat keluarga ini marah begitu kau pulang?"     

Qiao Mianmian sudah tahu sejak awal bahwa rumah ini tidak memiliki tempat untuknya lagi. Ia juga tahu sejak lama bahwa Qiao Ruhai yang sekarang bukanlah Qiao Ruhai yang dulu dikenalnya. Sekarang, di dalam hati Qiao Ruhai, putrinya hanyalah Qiao Anxin. Mereka adalah istri dan putrinya sekaligus keluarganya. Sedangkan, Qiao Mianmian… Hanya dianggap sebagai serigala bermata putih yang tidak tahu bagaimana cara membalas kebaikan.     

Meskipun begitu, saat tatapan Qiao Mianmian bertemu dengan mata Qiao Ruhai yang dipenuhi dengan amarah dan kekecewaan, hatinya masih terasa begitu sakit bagaikan ditusuk belati. Ia masih tidak bisa menghindar dari perasaan sedih. Saat ini Qiao Mianmian sangat menyadari bahwa tidak ada lagi tempat untuknya di rumah ini. Marganya adalah Qiao, tetapi tidak ada seorang pun di keluarga Qiao yang menganggapnya serius, termasuk ayah kandung yang dulu paling menyayanginya.     

Kata-kata Qiao Ruhai penuh dengan tuduhan dan rasa jijik. Seolah-olah, Qiao Mianmian adalah sebuah wabah dan membuat keluarganya gelisah ketika ia kembali ke rumah. Qiao Mianmian memandang Qiao Anxin dan Lin Huizhen yang memasang wajah sombong. Ketika ia melihat ayahnya, sudut bibirnya berkedut sinis.     

"Ternyata aku memiliki keterampilan yang luar biasa sampai bisa membuat keluarga ini menjadi gelisah," kata Qiao Mianmian.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.