Diam-Diam Menikah Dengan Konglomerat

Kecilkan Suara Kalian, Jangan Sampai Membangunkannya



Kecilkan Suara Kalian, Jangan Sampai Membangunkannya

0Saat mereka melewati sebuah apotek, Mo Yesi meminta Paman Li menghentikan mobilnya. Lalu, ia pergi ke apotek untuk membeli salep obat. Bekas cap tangan di wajah Qiao Mianmian sudah hilang, tetapi wajahnya masih terlihat merah dan bengkak.     

Mo Yesi membuka obat salep itu, mengambilnya dengan jarinya, dan mengoleskannya ke sebagian wajah Qiao Mianmian yang telah ditampar dengan gerakan lembut. Qiao Mianmian memiliki kulit yang cerah, jadi bekas tamparan di wajahnya terlihat sangat jelas. Mata Mo Yesi menjadi berat dan seluruh tubuhnya menjadi dingin saat ia mengoleskan obat dan melihat wajah Qiao Mianmian yang memerah dan bengkak.     

Setelah tiba di Perusahaan Mo dan memarkirkan mobil, Paman Li berjalan ke belakang dan membukakan pintu. Ternyata Qiao Mianmian masih belum bangun. Paman Li memandangi wanita muda yang sedang tidur di pelukan tuannya dan berpikir apakah ia perlu membangunkannya. Namun, Paman Li langsung melihat Mo Yesi menggendong wanita itu keluar dari mobil dengan hati-hati.     

"Ayo kita pergi."     

Setelah berkata begitu, Mo Yesi menggendong Qiao Mianmian dan berjalan menuju lift. Paman Li yang berdiri di belakangnya pun tertegun selama beberapa detik sebelum akhirnya tersadar dan cepat-cepat mengikuti Mo Yesi.     

Tuan terlalu mencintai dan memanjakan Nyonya. Hanya karena khawatir Nyonya akan ditindas, Tuan rela meninggalkan banyak hal penting dan bergegas untuk mendukung Nyonya. Sekarang, demi tidak membangunkan Nyonya, apakah Tuan masih akan menggendong Nyonya masuk ke dalam gedung kantor?! pikir Paman Li.     

Perlu diketahui, perusahaan ini memegang teguh prinsip bahwa waktu adalah uang. Waktu yang baru saja terbuang itu sudah cukup bagi Mo Yesi untuk menghasilkan banyak uang. Apalagi, sekarang begitu banyak karyawan yang melihat mereka. Bisa diperkirakan para karyawan tersebut akan sangat terkejut dan ternganga sampai rahang mereka jatuh.     

Mo Yesi naik lift eksklusif presiden dari tempat parkir mobil ke lantai kantor presiden. Meski ia sudah berhasil menghindari para karyawan di lobi lantai satu, masih ada beberapa sekretaris pria dan wanita di lantai kantor presiden. Para sekretaris ini sontak terkejut hingga tertegun saat melihat Mo Yesi, yang tidak pernah dekat dengan seorang wanita pun, ternyata menggendong seorang wanita ketika keluar dari lift.     

Saking terkejutnya para sekretaris itu, mereka sampai lupa untuk menyapa bosnya. Sampai Mo Yesi yang menggendong Qiao Mianmian berjalan melewati mereka, barulah beberapa sekretaris itu sepertinya tiba-tiba tersadar dan berteriak dengan tergesa-gesa, "Halo, Presiden Mo."     

Begitu para sekretaris selesai menyapa, mereka langsung melihat Mo Yesi mengerutkan kening. Mereka mendadak terkejut hingga warna wajah mereka berubah. Mereka mengira Mo Yesi marah karena melihat mereka tidak menyambutnya dengan tepat waktu. Ketika para sekretaris hendak meminta maaf, ternyata Mo Yesi langsung menoleh dan menatap mereka dengan sedikit ketidakpuasan.     

Mo Yesi setengah menyipitkan mata dan berkata dengan suara rendah, "Kecilkan suara kalian. Jangan sampai membangunkannya."     

Sekelompok sekretaris itu sontak kebingungan, "???"     

Presiden Mo bukan marah karena kami tidak menyapa tepat waktu? Tapi, justru karena suara kami terlalu keras saat menyapa dan khawatir mereka akan membangunkan 'wanita misterius' dalam pelukannya? Beberapa sekretaris kembali terkejut hingga terpana. Sebenarnya, peri macam apa yang bisa membuat Presiden Mo kesayangan mereka yang begitu murni selama bertahun-tahun tiba-tiba berubah menjadi seperti ini?     

Dua sekretaris wanita diam-diam mengangkat kepala dan melirik ke arah pelukan Mo Yesi. Mereka ingin melihat wanita seperti apa yang ada dalam pelukan Mo Yesi. Sayang sekali, mereka tidak melihat apa-apa selain rambut panjang dengan gaya rambut cepol. Wajah wanita itu terbenam dalam pelukan Mo Yesi. Selain itu, mereka juga dapat melihat bahwa kulit wanita itu sangat putih sampai terlihat berkilau.     

Sebelum dua sekretaris wanita dapat melihat lebih dekat, Mo Yesi menggendong wanita misterius itu dan berjalan masuk ke kantor presiden. Begitu pintu kantor ditutup, sekelompok sekretaris yang terkejut segera berkerumun dan mulai berdiskusi sendiri.     

"Aku tidak buta, kan? Orang di gendongan Presiden Mo adalah seorang wanita?"     

"Kau tidak buta. Itu memang benar seorang wanita! Kami juga melihatnya."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.