Diam-Diam Menikah Dengan Konglomerat

Tidak Sabar Ingin Merobek Kulitnya



Tidak Sabar Ingin Merobek Kulitnya

2Bagaimana bisa hati kecil Wei Zheng yang rapuh ini bertahan menghadapi segala ancaman itu?     

"Ada masalah?" Mo Yesi menatap Wei Zheng dengan ekspresi sedikit kesal dengan mata dalam yang menyipit.     

"Tidak!" Wei Zheng segera berdiri tegak dan menegakkan punggung, lalu menatap Mo Yesi dengan mata penuh percaya diri dan berbicara untuk menegaskan, "Tidak ada masalah sama sekali. Presiden Mo tenang saja. Saya pasti akan melakukan apa yang sudah Presiden Mo perintahkan."     

"Hng," Mo Yesi melambaikan tangannya ke arah Wei Zheng, "Keluar. Seseorang sedang tidur di dalam ruangan, jadi pelanlah sedikit saat menutup pintu."     

Wei Zheng hanya bisa menjawab, "...Iya."     

———     

Di rumah sakit, Lin Huizhen yang awalnya pingsan terus menangis sejak siuman.     

"Ma, jangan menangis lagi," kata Qiao Anxin yang sedikit kesal karena tangisan ibunya. Nada bicaranya terdengar meninggi dengan jelas saat mengoleh, "Terus menangis, menangis, dan menangis sepanjang waktu. Apakah ada gunanya menangis? Aku sudah cukup terganggu. Bisakah Mama membiarkan aku tenang sebentar saja?"     

Asisten Qiao Anxin sedang mengompreskan kantong es ke wajahnya. Drama barunya akan mulai syuting dan masih ada waktu setengah bulan. Ketika saatnya tiba, tentu saja ia tidak bisa syuting dengan wajah bengkak. Belum lagi, Qiao Anxin masih ada jadwal menghadiri sebuah konferensi pers dalam dua hari. Ia jelas harus cepat-cepat menghilangkan memar di wajahnya sebelum konferensi pers itu.     

Lin Huizhen mengangkat kepalanya dengan mata memerah. Ekspresi wajahnya tampak begitu marah dan ia mulai mengomel, "Dasar kau gadis bodoh! Apa maksudmu?! Ibumu ditindas dan dihajar seseorang sampai jadi seperti ini! Kau tidak merasa sedih dan kasihan padaku? Dan malah mengira aku menyebalkan?! Apakah ini sikap yang seharusnya kau tunjukkan sebagai seorang anak?!"     

Qiao Anxin mengerutkan bibirnya dengan ekspresi marah di wajahnya. Ia menggertakkan giginya dan berkata dengan suara yang dalam, "Mama pikir hanya Mama sendiri yang ditindas dan dihajar? Apa gunanya menangis saat ini? Apa bisa menyelesaikan masalah? Aku sekarang sedang memikirkan cara untuk membuat Qiao Mianmian membayar rasa sakit ini."     

Mata Lin Huizhen menunjukkan kebencian yang begitu mendalam ketika mendengar Qiao Anxin menyebut nama Qiao Mianmian. Ekspresi wajahnya juga langsung berubah. Ia menggertakkan gigi dan berkata, "Wanita jalang itu benar-benar menyebalkan. Aku tidak sabar ingin merobek kulitnya. Entah bagaimana Qiao Mianmian bisa berhubungan dengan pria buas seperti itu. Tiba-tiba dia menindas kita, sepasang ibu dan anaknya, menjadi seperti ini. Sangat menyebalkan! Begitu teringat si wanita jalang yang menginjak-injak kepala kita untuk memamerkan kekuatannya, aku tidak bisa menelan napas menjijikan ini! Ngomong-ngomong, kau sudah menelepon Su Ze?"     

Qiao Anxin mendengarkan Lin Zhenhui yang terus-menerus mengeluhan tanpa henti, tetapi pikirannya telah melayang ke tempat lain, Pria yang berhubungan dengan Qiao Mianmian, mananya yang disebut pria liar? Dia adalah pria dengan kualitas yang jauh lebih baik daripada Su Ze.     

Sebelum Qiao Anxin bertemu pria itu, ia merasa kondisi Su Ze cukup baik dalam semua aspek dan ia juga sudah sangat puas. Pria seperti Su Ze bisa membuat Qiao Anxin mendapatkan reputasi yang baik ke manapun ia pergi. Tapi, sekarang... Qiao Anxin mulai tidak puas lagi.     

Selama pria misterius itu dibandingkan dengan Su Ze, Qiao Anxin menemukan bahwa aspek yang awalnya ia anggap sebagai kelebihan Su Ze yang bersinar kini terlihat sama sekali tidak layak untuk disebutkan. Jarak antara Su Ze dan pria misterius itu bagaikan langit dan bumi. Keduanya benar-benar tidak sebanding.     

Qiao Anxin selalu memiliki jiwa kompetitif yang kuat. Bagaimana bisa ia menoleransi jika pria yang didapatkan Qiao Mianmian lebih baik dari pria miliknya?     

"Anxin! Kamu mendengarkan perkataanku atau tidak?!"     

Suara Lin Huizhen berdengung di telinga Qiao Mianmian dengan nada yang mengesalkan hingga membuat Qiao Anxin tersadar. Pikirannya yang melanglang buana akhirnya kembali ke dunia nyata.     

Lin Huizhen mengerutkan kening, menatap Anxin, dan bertanya lagi, "Aku bertanya kau sudah menelepon Su Ze? Kapan Su Ze akan datang ke rumah sakit? Apa yang sebenarnya kau lakukan sampai terbengong-bengong dan bersikap linglung? Itu itu juga, siapa sebenarnya pria liar yang bersama dengan Qiao Minamian? Kau mengenalnya?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.