Adegan Romantis
Adegan Romantis
Qiao Mianmian tidak ingin mengganggu pekerjaan Mo Yesi, jadi ia berjalan keluar dengan perlahan-lahan. Namun, baru saja ia melangkah maju, ia langsung melihat Mo Yesi yang sedetik sebelumnya masih membaca dokumen tiba-tiba perlahan mengangkat kepalanya.
Mo Yesi menatap lurus ke arah Qiao Mianmian, lalu membuka mulutnya untuk bertanya dengan suara yang lembut dan seksi, "Sayang, kau tidur nyenyak?"
"....." Qiao Mianmian hanya terdiam. Ia menggigit ujung bibirnya dan berjalan ke arah Mo Yesi dengan sedikit malu, lalu bertanya, "Apakah aku mengganggumu?"
"Tidak."
Mo Yesi meletakkan pena di tangannya dan mengaitkan jarinya ke arah Qiao Mianmian. Setelah Qiao Mianmian berjalan sampai di depannya, ia segera menarik Qiao Mianmian ke dalam pelukannya. Mo Yesi melingkarkan lengannya yang kokoh di pinggang Qiao Mianmian, merengkuh tubuh mungilnya yang lembut, dan mendudukkannya di pangkuannya.
Napas hangat Mo Yesi berembus ke telinga Qiao Mianmian dan bibir pria itu hampir menempel ke telinganya saat berkata, "Kau lebih penting daripada pekerjaan."
Wajah Qiao Mianmian sontak memerah. Namun, wajahnya masih memerah saat baru bangun tidur sehingga tidak terlihat jelas bahwa ia sedang tersipu. Mo Yesi yang tadinya masih memancarkan aura murni kini langsung memeluknya dengan dramatis. Hal ini membuat jantung kecil Qiao Mianmian berdebar kencang.
"Kau… Kenapa kau tidak mengantarku kembali ke sekolah?"
Napas Mo Yesi terus berembus ke telinga Qiao Mianmian, seperti bulu lembut yang melewati daun telinganya. Qiao Mianmian merasa telinganya gatal dan geli sehingga ia menoleh untuk menghindarinya.
Mo Yesi terkekeh, "Kau tertidur di dalam mobil. Melihatmu tidur nyenyak, aku tidak tega membangunkanmu, jadi aku langsung membawamu ke perusahaan."
Qiao Mianmian telah memberitahu Jiang Luoli sebelumnya bahwa tidak akan kembali ke kampus di sore hari. Seharusnya juga tidak masalah.
"...Bisakah kau melepaskanku?" pinta Qiao Mianmian.
Qiao Mianmian dipeluk oleh Mo Yesi dengan begitu erat hingga seluruh napasnya dipenuhi oleh aroma tubuh pria itu. Tubuhnya menempel di dada Mo Yesi yang hangat dan kuat. Jantung Qiao Mianmian pun berdetak sangat cepat. Sampai… sampai membuatnya merasa sedikit takut.
Perasaan ini sangat asing bagi Qiao Mianmian, sangat asing hingga membuatnya merasa sedikit bingung. Ia tidak merasa seperti ini ketika ia berhubungan dengan Su Ze. Mungkin karena dirinya dan Su Ze sudah terlalu lama saling kenal. Mereka juga memiliki sedikit pemahaman tentang satu sama lain. Itu sebabnya Qiao Mianmian sangat tidak terbiasa saat Su Ze terlalu dekat dengan dirinya sendiri.
"Tidak bisa," Mo Yesi tersenyum rendah dan membelai kepala Qiao Mianmian. Matanya sedikit memancarkan rasa kasih sayang yang tidak Qiao Mianmian lihat. Ia bertanya, "Sayang, aku suka memelukmu seperti ini. Kau tidak suka jika aku memelukmu?"
Qiao Mianmian tidak bisa menjawab, "....."
"Hm? Suka atau tidak saat suamimu memelukmu seperti ini?"
Karena Qiao Mianmian terdiam, Mo Yesi mengangkat dagunya dan menatapnya dengan pesona yang dalam, "Jawab aku."
Wajah Qiao Mianmian rasanya seperti terbakar api. Selalu ada rasa panas yang keluar dari pori-porinya. Matanya berkedip beberapa kali, lalu ia bergumam, "Mo Yesi, aku…"
Tok! Tok! Tok!
Tiba-tiba terdengar suara ketukan di pintu. Lalu, sebuah suara terdengar dari luar pintu, "Presiden Mo, ada dokumen yang perlu Anda lihat sendiri."
Qiao Mianmian segera mengulurkan tangannya untuk mendorong Mo Yesi menjauh. Namun, Mo Yesi tampaknya sudah memperhatikan sejak awal bahwa Qiao Mianmian akan melakukan itu. Pria itu mengencangkan lengannya dan memeluknya dengan kuat, lalu menundukkan kepalanya dan menggigit telinganya dengan lembut sambil memperingatkan, "Jangan bergerak."
Seluruh tubuh Qiao Mianmian menegang. Bahkan, telinganya juga mulai memanas. Mo Yesi melengkungkan bibirnya dengan senang hati saat melihat wajah Qiao Mianmian yang malu dan memerah, lalu mengangkat kepalanya dan memanggil orang di luar, "Masuk."
Wei Zheng membuka pintu dan langsung melihat adegan romantis. Presiden Mo duduk di meja sambil memeluk Nyonya. Satu tangannya memegang sebuah dokumen dan satu tangan lainnya melingkar di pinggang Nyonya.