Diam-Diam Menikah Dengan Konglomerat

Dia Sedang Marah



Dia Sedang Marah

2Saat Mo Yesi dan Qiao Mianmian saling memandang, Qiao Mianmian terasa menggigil. Qiao Mianmian baru menyadari bahwa dalam mata Mo Yesi seperti tertutup lapisan es. Bahkan jika saat ini masih musim panas, itu tetap tidak bisa menghilangkan rasa dingin yang memancar dari dalam mata Mo Yesi.     

Qiao Mianmian berjalan melangkah maju lagi. Saat ia melihat sepasang mata gelap Mo Yesi yang masih memancarkan hawa dingin, Qiao Mianmian lebih yakin dengan dugaannya. Mo Yesi sedang marah.     

Tidak peduli seberapa dingin Mo Yesi di hadapan orang lain dulu, tapi saat berhadapan dengan Qiao Mianmian, Mo Yesi menyingkirkan semua keganasan dan kedinginan di tubuh Mo Yesi. Saat mata Mo Yesi menatap Qiao Mianmian, Mo Yesi selalu menatap Qiao Mianmian dengan lembut dan penuh kasih sayang.      

Qiao Mianmian juga sudah terbiasa dengan Mo Yesi yang seperti ini. Tiba-tiba, saat Mo Yesi menghadapi Qiao Mianmian sama seperti Mo Yesi menghadapi orang lain, Qiao Mianmian merasa ada yang aneh. Qiao Mianmian bahkan merasa sedikit ketakutan.     

Begitu Qiao Mianmian berjalan sampai ke samping Mo Yesi, pria itu langsung meraih tangannya, kemudian menggandeng Qiao Mianmian berjalan masuk ke perusahaan Mo tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Qiao Mianmian tahu suasana hati Mo Yesi sedang buruk, juga dapat menebak mengapa suasana hati Mo Yesi bisa buruk. Jadi Qiao Mianmian tidak berontak. Qiao Mianmian dengan patuh membiarkan Mo Yesi memimpin dan mengikutinya.     

Banyak karyawan di lobi perusahaan melihat Mo Yesi, dan satu per satu menyapa Mo Yesi. "Selamat siang, Presiden Mo."     

Mo Yesi juga tidak melirik orang lain, Mo Yesi hanya berjalan masuk ke dalam sambil menggandeng tangan Qiao Mianmian tanpa mengucapkan sepatah kata pun, dan menekan tombol lift.     

Setelah berjalan masuk ke dalam lift, Mo Yesi juga tidak berbicara. Tekanan udara di tubuh Mo Yesi sangat rendah sehingga Qiao Mianmian tidak berani berbicara. Mo Yesi tidak berbicara sepatah kata pun pada Qiao Mianmian sejak bertemu. Tapi tangan Mo Yesi yang menggandeng tangan Qiao Mianmian justru tidak pernah dilepaskan.     

Mereka segera tiba di tempat parkir bahwa tanah. Setelah keluar dari lift, Mo Yesi masih terdiam. Mo Yesi baru melepaskan tangannya sampai Qiao Mianmian naik ke dalam mobil dan menutup pintu.     

Aroma samar-samar di dalam kompartemen mobil sama dengan aroma tubuh Mo Yesi, aroma yang sangat harum.     

Di hadapannya ada seorang pria tampan dengan ekspresi wajah yang sangat dingin, napasnya dipenuhi dengan aroma tubuhnya. Qiao Mianmian merasakan tekanan udara rendah yang memancar dari tubuh pria itu, dan seluruh tubuh Qiao Mianmian terasa sangat tidak nyaman.      

Qiao Mianmian sangat tidak terbiasa dengan penpamilan Mo Yesi sekarang dan sangat tidak menyukai Mo Yesi yang seperti ini. Hal ini membuat Qiao Mianmian merasa sangat asing, juga membuat Qiao Mianmian merasa agak ketakutan.      

Mo Yesi bukan lagi Mo Yesi yang Qiao Mianmian kenal. Qiao Mianmian merasa sangat asing saat berhadapan dengan sepasang mata Mo Yesi yang dingin dan dalam itu. Qiao Mianmian tidak bisa menahan diri untuk tidak pindah ke samping. Qiao Mianmian segera dapat mareasakan tekanan pria di sampingnya lebih rendah.     

"Mo Yesi, kau ..."     

Qiao Mianmian benar-benar tidak tahan dengan keheningan seperti ini. Begitu Qiao Mianmian baru saja ingin memecah keheningan, Mo Yesi mengulurkan satu tangannya dan dengan bertenaga menarik Qiao Mianmian ke dalam pelukan.     

Qiao Mianmian mengangkat kepalanya dengan sedikit panik dan ketakutan. Jari-jari dingin Mo Yesi mencubit dagu Qiao Mianmian. Saat Qiao Mianmian mengangkat kepalanya, wajah tampan pria itu menekannya kebawah. Ciuman ini seperti angin kencang dan hujan lebat.     

Qiao Mianmian dicium sampai tidak memiliki kekuatan untuk menahan Mo Yesi. Mo Yesi seperti sedang melampiaskan sesuatu, dan sama sekali tidak ada kelembutan dalam ciuman itu. Setelah beberapa saat, Qiao Mianmian merasa bibirnya mati rasa. Karena gosokan yang terlalu keras, bibirnya juga terasa sedikit sakit dan perih. Qiao Mianmian mengerutkan kening karena kesakitan, dan mengulurkan tangan untuk mendorong Mo Yesi.     

Mo Yesi baru sadar setelah didorong oleh Qiao Mianmian. Mo Yesi membuka matanya dan melihat wajah kecil Qiao Mianmian yang mengerut karena kesakitan. Mo Yesi terengah-engah dan akhirnya melepaskan Qiao Mianmian.     

Bibir Qiao Mianmian pecah-pecah. Saat menyeka bibirnya, Qiao Mianmian merasa kesakitan hingga sedikit meringis. Saat Mo Yesi melihat sudut bibir Qiao Mianmian yang digigit oleh dirinya sendiri, ada jejak penyesalan di mata Mo Yesi. Tapi begitu teringat sesuatu, tatapan mata Mo Yesi menjadi dingin lagi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.