Diam-Diam Menikah Dengan Konglomerat

Nenek Mo Sejak Dulu Tidak Pernah Bersikap Galak Kepadanya



Nenek Mo Sejak Dulu Tidak Pernah Bersikap Galak Kepadanya

1"Jika Rourou yang menikah dengan A Si kita, bagaimana mungkin akan ada begitu banyak masalah. Bukankah begitu menurut Ibu?     

"Tapi, semuanya masih belum terlambat sekarang. Aku sudah bertanya kepada Rourou, dia sangat mencintai A Si, dan bilang bahwa dia rela untuk menunggu A Si. Jadi aku pikir, selama ibu bersedia untuk membujuk A Si, A Si bisa bercerai dengan Qiao Mianmian.     

"A Si paling mendengarkan perkataan neneknya. Selama kau membujuknya, itu akan sangat efektif."     

Nenek Mo terus diam. Sampai mendengar perkataan ini, Nenek Mo baru mengangkat kepalanya menatap Ibu Mo. "Kau ingin aku membujuk A Si untuk bercerai?"     

"Iya, betul." Ibu Mo mengangguk dengan wajah penuh harap. "Ibu, hanya Ibu yang bisa membujuk A Si. Dia paling menghormati Ibu, juga paling berbakti kepada Ibu. Dia pasti akan mendengarkan perkataan Ibu. Ibu juga paling menyayanginya, Ibu pasti tidak berhadap cucu kesayangan Ibu hancur di tangan wanita sombong, licik, dan pemuja uang, kan?"     

Nenek Mo tidak berbicara, hanya menatap Ibu Mo dengan wajah muram. Ibu Mo awalnya berpikir bahwa Nenek Mo berhasil dibujuk olehnya dan berdiri di pihak ibu Mo. Tapi, saat Ibu Mo bertemu dengan sepasang mata penuh amarah, Ibu Mo seketika tidak begitu yakin. Perasaan mengerikan dan ketakutan itu muncul kembali.     

Ibu Mo menelan air liurnya, dan hatinya merasa sedikit ketakutan. "Bu ..."     

"Kau benar-benar tidak tahu malu!" Nenek Mo meraih sebuah bantal di atas sofa dan melemparkannya ke arah Ibu Mo.     

Bantal itu mengenai tubuh Ibu Mo. Kekuatan Nenek Mo tidak ringan, tapi yang Nenek Mo lempar hanya sebuah bantal, jadi tidak mungkin menyakiti Ibu Mo. Tapi ada pelayan wanita lain yang berdiri di ruang tamu.     

Nenek Mo melakukan hal seperti ini di depan orang lain, dapat dibilang bahwa Nenek Mo tidak sedikit pun memberikan wajah kepada Ibu Mo.     

Ibu Mo yang dilempar bantal tertegun selama beberapa detik. Setelah Ibu Mo bereaksi, Ibu Mo tiba-tiba merasa kehilangan wajahnya untuk sementara waktu. Mata Ibu Mo terbuka lebar dengan ekspresi tidak percaya di wajahnya, seolah tidak percaya bahwa Nenek Mo akan memperlakukannya seperti ini.      

Meskipun Nenek Mo tidak terlalu dekat dengan Ibu Mo, tapi Nenek Mo sejak dulu juga tidak pernah melakukan hal yang membuat Ibu Mo malu.     

Dia adalah nyonya keluarga Mo. Sekarang begitu banyak orang melihat bahwa ibu mertuanya memberinya pelajaran, bagaimana Ibu Mo masih bisa berdiri di keluarga Mo di masa depan?     

Nenek Mo tidak peduli apakah Ibu Mo kehilangan wajah atau tidak. Setelah melemparkan sebuah bantal, Nenek Mo masih merasa tidak cukup lega. Nenek Mo mengambil kruk di samping dan menunjuk ke arah Ibu Mo. "Beraninya kau melakukan hal tidak tahu malu seperti itu tanpa memberitahuku. Kau ternyata masih punya wajah untuk berbicara denganku. Wen Pei yang terhormat, apakah kau sudah gila?     

"Apakah kau tahu apa yang terjadi dengan putramu? Apakah kau ingin membuat putramu melajang seumur hidup?"     

Nenek Mo sejak dulu tidak pernah bersikap galak kepada Ibu Mo. Wajah Ibu Mo memucat karena ketakutan. "Bu, bukan begitu, aku ..."     

"Putramu memiliki penyakit aneh dan alergi terhadap wanita. Awalnya, dia akan mati sendirian sampai tua! Karena kasih sayang dari Tuhan, Mianmian diatur untuknya, sehingga dia bisa menghindari akhir tragis hidupnya. Kau tidak hanya tidak berbicara dengan baik terhadap menantu perempuanmu yang sudah susah payah itu, tapi kau juga masih berani mengancamnya untuk menceraikan A Si!"     

Nenek Mo sangat marah hingga jantungnya terasa sakit, dan tangannya yang memegang kruk gemetar. "Jika Mianmian benar-benar bercerai dengan A Si karena dirimu, kau adalah pendosa bagi keluarga Mo kita."     

Ibu Mo terkejut bahkan sampai tidak berani berbicara. Ibu Mo belum pernah melihat Nenek Mo marah sampai seperti ini, dan Ibu Mo juga tidak pernah dimarahi oleh Nenek Mo seperti ini.     

"Tapi, tapi dia ingin semua saham dari keluarga Mo kita … Selain itu juga, Qiao Chen ..."     

"Tutup mulutmu!" kata Nenek Mo dengan marah, "Selama kau bukan orang bodoh, semua orang tahu bahwa itu hanya perkataan marah Mianmian. Tapi, kau benar-benar masih menganggapnya serius. Wen Pei yang terhormat, ini terakhir kalinya aku memperingatkanmu. Di masa depan, kau tidak boleh ikut campur masalah rumah tangga A Si dan Mianmian!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.