Diam-Diam Menikah Dengan Konglomerat

Prasangka Buruk Nenek Mo



Prasangka Buruk Nenek Mo

0Bahkan saat Qiao Mianmian membawa Qiao Chen datang untuk makan, Ibu Mo juga merasa bahawa Qiao Mianmian sedang bermain licik. Qiao Mianmian membawa seorang adik-laki-laki yang sangat mirip dengan anak kedua dari keluarga Mo karena Qiao Mianmian ingin menggunakan adik laki-lakinya ini untuk mendapatkan hati Nenek Mo, dan untuk memantapkan status Qiao Mianmian di dalam keluarga Mo.      

Karena Ibu Mo pernah berbicara dengan Qiao Mianmian sebelumnya, jadi Ibu Mo mengalami krisis kepercayaan. Pokoknya, Ibu Mo sudah yakin bahwa Qiao Mianmian adalah seorang wanita licik. Jadi apapun yang dilakukan oleh Qiao Mianmian, di mata Ibu Mo, pasti itu semua memiliki rencana dan tujuan.     

Ibu Mo duduk di samping dengan wajah cemberut dan tidak mengatakan apapun. Tidak peduli trik apa yang digunakan Qiao Mianmian, Ibu Mo harus mengusir Qiao Mianmian, wanita licik, ini dari keluarga Mo.     

"Wen Pei."     

Nenek Mo berbalik badan dan melihat wajah cemberut Ibu Mo. Wajah Nenek Mo tanpa sadar jadi tenggelam, dan nada bicaranya menjadi tidak menyenangkan. "Saat A Si tidak ada di rumah, kau terus membicarakannya setiap hari. Sekarang putramu sudah pulang bersama menantumu, mengapa kau bersikap sama seperti labu pengap yang tidak diprediksi? Kau bahkan tidak mengatakan apapun.     

"Keluarga ini bahagia, untuk apa kau masih memasang wajah cemberut? Siapa yang membuatmu tidak senang? Apakah kau ingin menunjukkan rona wajahmu saat ini pada orang lain?"     

Saat nenek Mo menegur Ibu Mo, Nenek Mo sama sekali tidak sungkan. Nenek Mo juga sama sekali tidak memberi Ibu Mo kompromi.     

Ibu Mo yang ditegur di depan umur merasa kehilangan semua muka, dan rona wajahnya seketika sedikit buruk. Tapi orang yang menegurnya ini adalah Nenek Mo. Ibu Mo juga tidak berani membantah, selain mendengarkan.     

Ibu Mo memasang ekspresi sedih dan marah kepada menantunya. "Ibu, bagaimana mungkin aku memasang wajah cemberut. Aku hanya melihat kalian mengobrol begitu bahagia, aku tidak tahu harus berkata apa."     

Nenek Mo mendengus. "Aku tidak peduli apa yang kau pikirkan. Singkatnya, cucuku dan cucu menantuku sudah kembali, kau tidak seharusnya memasang wajah cemberut. Jika kau merasa tidak senang dan merasa tinggal disini membuatmu tidak nyaman, kalau begitu kau bisa kembali ke kamar.      

"Tidak ada seorang pun di sini yang suka melihat wajahmu," tambah Nenek Mo.     

Ibu Mo mengerutkan bibirnya, dan rona wajahnya memucat. Hatinya terasa sedih dan marah. Ibu Mo merasa bahwa Nenek Mo memiliki prasangka buruk. Nenek Mo bersikap begitu tegas terhadapnya sebagai menantunya, tapi justru bersikap begitu baik kepada Qiao Mianmian. Sama seperti cucu kandung perempuan nenek Mo sendiri. Bahkan saat Qiao Mianmian pergi syuting, Nenek Mo juga tidak pernah mengatakan apapun.     

Tapi Nenek Mo dulu pernah mengatakan padanya, wanita hanya perlu tinggal di rumah bersama menjaga suami dan anak-anak, dan jangan terlalu sering melakukan hal yang ditampilkan ke publik. Apakah berakting belum cukup dikatakan terlalu sering tampil di publik?!     

Jika Ibu Mo yang menjadi seorang aktris, Nenek Mo pasti tidak akan pernah mengizinkannya.     

Ibu Mo sangat marah dan tidak puas dengan perilaku berbeda dari Nenek Mo. Tapi tidak peduli seberapa marah dan tidak puasnya Ibu Mo, ia juga tidak berani menunjukkannya, apalagi sampai harus melampiaskan amarahnya di depan Nenek Mo.     

Nenek Mo adalah leluhur keluarga Mo dan memiliki hak mutlak untuk berbicara. Bahkan suami Ibu Mo, anak nenek Mo sendiri pun juga tidak berani membangkang, apalagi Ibu Mo.     

Qiao Chen berdiri di samping dan kurang lebih memahami tentang Nenek Mo dan Ibu Mo. Tampaknya, tidak semua orang di keluarga kakak ipar menyukai kakak perempuannya. Ibu Mo ini tampaknya sangat tidak menyukai kakaknya, juga tidak menyukainya. Meskipun Qiao Chen masih muda, Qiao Chen sangat sensitif dalam aspek tertentu. Qiao Chen tentu dapat merasakan permusuhan Ibu Mo.     

Hubungan antara ibu mertua dan menantu perempuan belum tertangani dengan baik sejak zaman dahulu. Kakaknya juga tanpa terkecuali. Namun, Qiao Chen tidak terlalu khawatir Ibu Mo akan melampiaskan amarahnya pada Qiao Mianmian. Selama ada perlindungan dari kakak ipar juga Nenek Mo, mungkin kakaknya tidak akan menderita.      

Dan Qiao Chen juga sangat memahami Qiao Mianmian. Kakaknya jelas bukan tipe orang yang lembek dan diam saja saat diintimidasi orang lain.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.