Sebanyak Mungkin Ingin Membuatnya Senang dan Bahagia
Sebanyak Mungkin Ingin Membuatnya Senang dan Bahagia
Mo Yesi mengangkat jendela mobil, membuka tutup obat, mencelupkan kapas, dan dengan lembut dan hati-hati mengoleskannya di wajah Qiao Mianmian.
"Hiss." Gerakan Mo Yesi sudah cukup lembut, tapi Qiao Mianmian masih merasa kesakitan sampai keningnya mengerut.
Mo Yesi segera berhenti dan berkata dengan gugup, "Apakah aku membuatmu perih?"
"Sedikit, sekarang sudah tidak terlalu sakit lagi."
Saat dioleskan obat, pipinya terasa agak sakit. Tapi segera, Qiao Mianmian merasa wajahnya dingin, dan rasa sakit di wajahnya berkurang sangat banyak.
"Kalau begitu, apakah aku harus terus membantu mengoleskan obat?"
"Ya."
Mo Yesi mengambil kapas, dan terus menyeka bagian merah dan bengkak di wajah Qiao Mianmian. Saat Mo Yesi mulai bergerak, gerakannya semakin lembut dan hati-hati. Sama seperti memperlakukan harta karun.
Saat Mo Yesi mengoleskan obat untuk Qiao Mianmian, matanya penuh dengan rasa sakit. Setelah selesai mengoleskan obat, Mo Yesi memegang wajah Qiao Mianmian dan melihatnya, kemudian berkata, "Bengkaknya seharusnya bisa berkurang besok. Sebelum tidur, aku akan membantu mengoleskannya lagi untukmu."
"Ya." Qiao Mianmian mengangguk. Saat berhadapan dengan sorot mata sedih Mo Yesi, sudut bibir Qiao Mianmian tersenyum, dan berkata dengan nada bicara yang tenang, "Aku sudah tidak sakit sekarang, obat ini membuat rasa dingin dan cukup nyaman."
Mo Yesi mengerutkan bibir sambil menatapnya tanpa berbicara sedikit pun.
"Sudah, sudah, aku benar-benar baik-baik saja sekarang. Ayo kita pergi makan. Sudah jam segini, apakah kau masih belum lapar?"
"Iya, ayo pergi makan." Mo Yesi terdiam selama beberapa detik lagi, kemudian mengulurkan tangan membelai kepala Qiao Mianmian. "Setelah makan, apakah kau mau pergi nonton film? Atau hal apa yang ingin kau lakukan? Pokoknya, apapun yang ingin kau lakukan, aku akan menemanimu."
"Nonton film?" Qiao Mianmian berpikir, kemudian mengangguk. "Iya, kalau begitu nanti kita pilih film yang bagus, mari pergi menonton setelah makan."
Akhir-akhir ini sebuah box office luar negeri cukup terkenal sedang tayang.
Qaio Mianmian berpikir bisa pergi menonton film itu dengan Mo Yesi.
"Selain nonton film?" Mo Yesi terdiam sejenak, kemudian berkata, "Apakah kamu ingin melakukan sesuatu yang lain?"
Mo Yesi ingin pergi berkencan dengan Qiao Mianmian. Tapi, setiap kali, selain pergi makan, menonton dan jalan-jalan di mal, Mo Yesi juga tidak tahu cara lain lagi untuk berkencan.
Mo Yesi mencari tahu di internet, dan tampaknya orang bisa memang berkencan seperti ini. Tapi, Mo Yesi merasa jika setiap kali hanya makan, menonton film, dan jalan-jalan di mal, apakah Qiao Mianmian akan merasa terlalu bosan atau tidak. Bagaimanapun, Qiao Mianmian masih muda, masih pada usia yang menyukai romansa. Mo Yesi khawatir Qiao Mianmian jenuh dan bosan pergi bersama dengannya.
Mo Yesi tidak tahu bagaimana cara berkencan dengan pria seusia Qiao Mianmian. Mo Yesi jauh lebih tua enam tahun dari Qiao Mianmian. Bahkan jika usia Mo Yesi tidak terlalu tua, tapi jika dibandingkan dengan usia Qiao Mianmian, itu juga perbedaan yang cukup jauh.
Di depan Qiao Mianmian, Mo Yesi selalu takut akan ada kesenjangan di antara keduanya. Mo Yesi sebanyak mungkin ingin membuat Qiao Mianmian senang dan bahagia. Mo Yesi ingin membuat Qiao Mianmian merasa saat bersama Mo Yesi merupakan hal yang sangat indah.
"Yang lain?" Qiao Mianmian terdiam, berpikir dengan serius sebentar, kemudian menggelengkan kepala. "Aku belum terpikirkan untuk sementara waktu. Apakah kau tidak ingin menonton film? Atau kau ingin melakukan sesuatu yang lain? Sebenarnya juga tidak perlu menonton film kalau tidak ingin."
"Bukan." Mo Yesi mengerutkan kening, diikuti dengan hela napas ringan. "Terserah padamu, aku akan menemani melakukan hal apapun yang kau suka. Mianmian, aku takut kau merasa bosan. Apakah kau merasa monoton dan membosankan berkencan denganku?"
"Bagaimana mungkin," ucap Qiao Mianmian.