Tidak Mungkin Ada Orang Lain Selain Dia
Tidak Mungkin Ada Orang Lain Selain Dia
Mo Yesi yang menyadari hal ini, rona wajahnya menjadi buruk. "Bu, apakah kau menanyakan menantumu? Dia merasa sangat mengantuk, aku menyuruhnya untuk tidur sebentar di ruang istirahat."
Mendengar kata 'menantu' membuat Rona wajah Ibu Mo membeku. Bagi Ibu Mo ini merupakan ejekan yang tidak bisa diragukan lagi.
Ibu Mo selalu merasa bahwa dua orang putranya adalah putra terbaik di dunia. Jika mencari pasangan di masa depan juga harus mencari wanita yang serasi, yang juga merupakan gadis yang terbaik. Terutama, dibandingkan dengan putra sulungnya, Mo Shixiu, Ibu Mo lebih mencintai putra bungsunya, Mo Yesi. Memikirkan sampai di sini, putra yang paling Ibu Mo sayangi justru melakukan hal yang membuat Ibu Mo kecewa.
Sejak kecil hingga dewasa, Mo Yesi sangat pandai. Mo yesi memiliki pendapat sendiri dalam segala hal yang dia lakukan, juga dapat melakukan dengan sangat baik. Mo Yesi sejak dulu tidak pernah membuat Ibu Mo dan yang lainnya khawatir, setiap hal yang Mo Yesi lakukan juga tidak pernah membuat mereka kecewa. Jadi, Ibu Mo sangat tenang menghadapi putranya ini.
Namun, tanpa diduga, Mo Yesi memang tidak pernah membuat Ibu Mo khawatir dalam hal lain, tetapi, Mo Yesi membuat Ibu Mo sangat kecewa terhadap peristiwa terpenting dalam hidup Ibu Mo. Mo Yesi menikah dengan wanita yang tidak Ibu Mo sukai. Sekarang demi wanita ibu, Ibu Mo sebagai ibunya juga diabaikan oleh Mo Yesi. Hal ini yang membuat Ibu Mo marah dan sedih. Ibu Mo merasa sia-sia membesarkan putranya!
"Menantu?" Memikirkan semua hal yang terjadi sebelumnya, Ibu Mo merasa sangat kesal dan marah, mau tak mau mencibir, "Aku tidak pernah mengakui wanita itu sebagai menantuku. Kau diam-diam dan memilih sesuka hari untuk menikah dengan wanita itu, jadi aku tidak akan mengakuinya. Hanya ada satu orang calon menantu di dalam hatiku, yaitu Ruoruo."
Mo Yesi selalu mempertimbangkan Identitas Ibu Mo. Bagaimanapun Ibu Mo adalah orang tuanya. Meskipun ada ketidaknyamanan di dalam hati Mo Yesi, Mo Yesi juga tidak bisa berkata terlalu kejam. Khawatirnya hubungan Ibu dan anak menjadi semakin kaku.
Sejak kecil hingga dewasa, Mo Yesi tahu dengan jelas bagaimana perlakuan Ibu Mo terhadapnya. Mo Yesi sama sekali tidak ingin benar-benar bertengkar dengan Ibu Mo karena hal ini. Tidak peduli apapun yang terjadi, Ibu Mo adalah ibu kandungnya, orang yang paling akrab dengannya.
Mo Yesi masih ingin menyelesaikan masalah perselisihan antara ibu mertua dan menantu perempuan. Hanya saja, tidak peduli seberapa kuat Mo Yesi, Mo Yesi tidak mungkin menyelesaikan perselisihan ini dengan sempurna. Terutama, orang seperti ibu Mo, prasangka buruk dan ketidak sukaan Ibu Mo pada Qiao Mianmian sudah sangat dalam sampai ke dalam tulang. Mo Yesi sangat kesulitan untuk mengubah pemikiran Ibu Mo.
Bahkan jika Ibu Mo tidak puas dengan Qiao Mianmian sebelumnya, tetapi karena Nenek Mo, Ibu Mo tidak memperlihatkannya dengan jelas. Di permukaan luar, tampak bisa menerimanya.
Saat ini, Ibu Mo secara langsung menyatakan ketidaksukaannya. Bahkan mengatakannya di depan Mo Yesi. Rona wajah Mo Yesi seketika berubah.
Mo Yesi tidak meminta Ibu Mo untuk menyukai Qiao Mianmian seperti dirinya. Namun sebagai orang tua Mo Yesi, juga sebagai orang terdekat Mo Yesi, jika Ibu Mo bahkan tidak bisa mencintai orang di sampingnya, ia merasa sangat kecewa, juga sangat sedih.
Ibu Mo jelas tahu betapa Mo Yesi menyukai dan memedulikan Qiao Mianmian. Ibu Mo malah mengatakan perkataan seperti ini di hadapan Mo Yesi. Tidak hanya tidak menganggap Qiao Mianmian, bahkan juga mengabaikan Mo Yesi sebagai putranya.
Saat ini, Mo Yesi tidak peduli tentang hubungan antara ibu dan anak lagi, dan berkata dengan wajah hitam, "Bu, kalau begitu aku akan memberitahumu secara langsung. Dalam hidup ini, menantu perempuanmu hanya ada satu orang, yaitu istriku, Qiao Mianmian. Tidak mungkin ada orang lain selain dia."