Diam-Diam Menikah Dengan Konglomerat

Mo Yesi, Kau Jangan Impulsif 



Mo Yesi, Kau Jangan Impulsif 

3Sepasang mata, satu hidung, dan satu mulut, tetapi semua orang memiliki wajah yang berbeda.     

Mo Yesi berdiri diam di sana. Rona wajahnya yang dingin disertai dengan aura gagah yang memancar dari seluruh tubuhnya. Lawan jenis yang lewat di samping Mo Yesi mau tak mau menatap Mo Yesi beberapa kali dan berpikir ingin mendekat untuk berbicara dengannya. Tapi mereka dibuat ketakutan dengan aura dingin Mo Yesi, sehingga mereka menghilangkan pemikiran seperti itu.     

Pria ini memang tampan, tapi tampaknya terlalu dingin, penampilannya terlihat sangat sulit untuk didekati.     

Anak gadis pada dasarnya pemalu, sangat tidak mudah untuk mengumpulkan keberanian untuk berinisiatif berbicara dengan Mo Yesi. Saat bertemu dengan 'Kulkas hidup' seperti ini, bahkan jika memiliki perasaan, juga tidak akan berani menghampiri Mo Yesi. Paling-paling hanya berani mengintip, kemudian mengambil gambar.     

Setelah Qiao Mianmian berdiri di pintu dan mengagumi ketampanan suaminya untuk sementara waktu, Qiao Mianmian baru akhirnya perlahan berjalan ke arah Mo Yesi. Seolah memiliki telepati, Qiao Mianmian baru berjalan beberapa langkah ke arah Mo Yesi, pria itu sudah menoleh. Mata hitam pekat yang tajam langsung menatap lurus ke arah Qiao Mianmian.     

Begitu melihat Qiao Mianmian, Mo Yesi yang masih menjadi 'Kulkas hidup', ketidakpedulian dan keterasingan di tubuhnya hilang dalam sekejap. Bahkan mata Mo Yesi berubah menjadi jauh lebih lembut.     

Mo Yesi segera berjalan menuju Qiao Mianmian. Mo Yesi melangkah sangat cepat dengan kaki panjangnya. Hanya dua sampai tiga langkah, Mo Yesi sudah sampai di depan Qiao Mianmian.     

Pertama, Mo Yesi menundukkan kepala dan menatap Qiao Mianmian dari ujung kepala sampai ujung kaki dengan teliti, kemudian mengulurkan tangan menarik Qiao Mianmian ke dalam pelukannya. Saat itu, seseorang langsung melihat ke arah mereka.     

Qiao Mianmian memakai masker dan membenamkan seluruh wajahnya di dada Mo Yesi. Qiao Mianmian sangat malu dipeluk di tempat umum yang begitu besar, pipinya seketika memanas. "Mo Yesi, lepaskan aku, pelukanmu terlalu erat."     

Pria itu seperti tidak mendengar perkataan Qiao Mianmian. Tidak hanya tidak sedikit pun melonggarkan pelukannya, Mo Yesi justru memeluk Qiao Mianmian lebih erat. Lengan kokoh itu seperti besi yang memaksanya terbenam ke dalam tubuh Mo Yesi.     

Qiao Mianmian dipeluk hingga merasa tercekik dan kesulitan bernapas. Qiao Mianmian mengulurkan tangan dan mendorong dada Mo Yesi dengan lembut. "Mo Yesi, jangan impulsif seperti ini. Bukankah aku baik-baik saja? Lepaskan aku, oke? Jika kau seperti ini, kau membuatku hampir kehabisan napas."     

Mo Yesi akhirnya menundukan kepala melirik Qiao Mianmian. Melihat wajah Qiao Mianmian yang memerah, Mo Yesi baru melonggarkan lengannya, tapi masih memeluk Qiao Mianmian dan tidak melepaskannya.     

"Qiao Mianmian." Mo Yesi memanggil nama Qiao Mianmian dengan pelan.     

"Iya." Qiao Mianmian menjawab dengan lembut.     

"Untung kau baik-baik saja." Mo Yesi mengencangkan lengannya, menundukkan kepala dan mengendus aroma di rambut Qiao Mianmian. Saat teringat bahaya yang Qiao Mianmian hadapi sebelumnya, Mo Yesi masih merasa takut. "Untung kau masih dapat berdiri di depanku dengan selamat tanpa cedera sedikit pun."     

Saat ini, Mo Yesi benar-benar berterima kasih pada Tu Yilei. Tidak peduli apa yang pria ini pikirkan tentang Qiao Mianmian. Saat itu, jika Tu Yilei tidak berdiri di depan Qiao Mianmian ...     

Memikirkan akibat yang mungkin terjadi, rona wajah Mo Yesi berubah. Melintas kilatan kejam di bawah matanya.     

Huang Yilin ...      

Wanita ini berani menyentuh wanitanya. Mo Yesi akan membuat Huang Yilin mengerti apa yang disebut penyesalan.     

Mo Yesi tidak akan pernah memberi Huang Yilin kesempatan untuk menyakiti Qiao Mianmian di masa depan.     

"Iya, aku baik-baik saja."     

Qiao Mianmian bisa merasakan ketidakstabilan emosi Mo Yesi. Qiao Mianmian mengulurkan tangan, membalas pelukan Mo Yesi, dan menepuk belakang punggung Mo Yesi lembut dengan satu tangan. "Mo Yesi, bisakah kita bicara di tempat lain? Ada begitu banyak orang di sini."     

Orang-orang yang lalu lalang akan melirik ke arah mereka. Qiao Mianmian masih tidak terlalu suka ditatap oleh terlalu banyak orang.     

Mo Yesi memeluk Qiao Mianmian sebentar. Emosi Mo Yesi perlahan kembali tenang. Mo Yesi melirik orang-orang yang lewat. Ia melepaskan tangannya, melingkarkan satu tangan di pinggang Qiao Mianmian, dan menuruni tangga.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.