Hanya Menciummu, Tidak Lebih
Hanya Menciummu, Tidak Lebih
"Iya, aku tahu."
"Malam ini juga harus tidur lebih awal," kata Qiao Mianmian.
"Iya, aku tahu."
"Jadi, kau tidak boleh ...."
"Iya, aku tahu."
Saat kata terakhir Mo Yesi selesai diucapkan, bibir panas pria itu juga sudah jatuh di atas bibir Qiao Mianmian. Bibir Mo Yesi dengan lembut menutup bibir Qiao Mianmian, dan berkata perlahan, "Sayang, aku hanya ingin ciumanmu, tidak lebih."
*
Ciuman ini berlangsung cukup lama. Setelah berciuman, mereka secara bertahap kehilangan kendali. Untungnya Mo Yesi menepati perkataannya kali ini. Meskipun Mo Yesi hampir saja kehilangan kendali, tapi pada saat-saat kritis, Mo Yesi masih bisa menahan diri.
Qiao Mianmian berbaring di tempat tidur dengan wajah memerah. Sambil membaca naskah dan mendengarkan suara air yang berasal dari kamar mandi, Qiao Mianmian dapat menebak bahwa Mo Yesi pasti mandi menggunakan air dingin lagi.
Sangat jarang Mo Yesi benar-benar dapat menahan diri seperti malam ini. Barusan, Qiao Mianmian benar-benar dibuat mabuk kepayang oleh Mo Yesi. Jika Mo Yesi terus bersikeras dan bertahan, Qiao Mianmian pasti tidak akan menolak untuk melayani Mo Yesi. Kapan Qiao Mianmian tidak dibuat terbuai hingga kebingungan oleh pria ini kemudian ditinggal begitu saja di tengah jalan?
*
Keesokan paginya Mo Yesi bangun jam lima lewat dini hari. Mo Yesi pergi menemui Qiao Mianmian di hari kerja. Agar tidak menunda kemajuan pekerjaan, sebelum matahari terbit, Mo Yesi sudah harus terbang kembali.
Saat Mo Yesi bangun, Qiao Mianmian juga samar-samar membuka matanya. Melihat sosok ramping di sebelahnya, Qiao Mianman yang belum sepenuhnya sadar terdiam beberapa saat, baru kemudian perlahan-lahan bereaksi.
Qiao Mianmian mengulurkan tangan menggosok matanya. Begitu Qiao Mianmian ingin bangun, Qiao Mianmian ditahan oleh tangan Mo Yesi. Suara lembut pria itu terdengar. "Kau tidak perlu bangun, lanjut tidur saja. Aku akan langsung pergi setelah selesai mengemas."
Qiao Mianmian memang sangat mengantuk. Tapi, teringat bahwa Mo Yesi terbang ke sana-kemari dengan begitu menderita demi dirinya, bagaimana mungkin Qiao Mianmian masih tetap bisa tidur dengan tenang? Begitu Qiao Mianmian bangun, ia berkata dengan suara yang masih malas, "Tunggu aku, aku akan mengantarmu ke bandara."
"Tidak perlu."
Mo Yesi mendorong Qiao Mianmian kembali ke atas tempat tidur, lalu menarik selimut untuk menutupi tubuh Qiao Mianmian, membungkuk dan mencium kening Qiao Mianmian dengan lembut. "Sayang, kau lanjut tidur saja, tidak perlu mengantarku. Aku harus segera pergi, mungkin tidak akan keburu jika harus menunggu untuk pergi bersamamu. Kau lanjut tidur saja dengan patuh, setelah aku sampai aku akan menelponmu."
Setelah selesai berbicara, ponsel Mo Yesi berdering. Qiao Mianmian melihat Mo Yesi mengangkat telepon dan berbicara sekitar satu menit, lalu menutupnya.
"Sayang, aku harus pergi." Mata Mo Yesi penuh dengan ketidakrelaan. Ia menunduk, mencium bibir Qiao Mianmian lagi. "Aku sudah memesankan sarapan untukmu. Setelah kau bangun, kau harus sarapan sebelum pergi ke lokasi syuting. "
"… Baiklah."
Melihat bahwa Mo Yesi sangat sibuk, Qiao Mianmian juga tidak memaksakan diri.
"Kalau begitu aku pergi dulu." Mo Yesi mengusap kepala Qiao Mianmian. "Jika aku ada waktu luang, aku akan datang menemuimu lagi."
"Mo Yesi ..."
Qiao Mianmian tiba-tiba merasa sedikit sedih pada pria di hadapannya. Mo Yesi pasti tidak tidur dengan nyenyak tadi malam. Mo Yesi tidur sudah larut malam dan harus bangun begitu pagi. Qiao Mianmian bisa melihat lingkaran hitam di bawah mata Mo Yesi.
"Iya?" Mo Yesi duduk di samping tempat tidur dan menatap Qiao Mianmian dengan lembut. "Sayang, apakah masih ada hal yang ingin kau katakan padaku?"
"Sebenarnya, kau tidak harus datang seperti ini setiap hari." Meskipun Qiao Mianmian sangat senang dapat melihat Mo Yesi setiap hari, tapi jika harus membiarkan Mo Yesi terus terbang menemuinya, Qiao Mianmian tetap tidak tega melihat Mo Yesi begitu menderita.