Tidak Masalah Kehilangan Teman Seperti Itu
Tidak Masalah Kehilangan Teman Seperti Itu
"Iya."
"Kalau begitu, jika aku mengatakan ..." Qiao Mianmian menggigit bibrinya dan ragu-ragu sejenak. Setelah berlalu beberapa detik, Qiao Mianmian baru bersuara lagi, "Aku harap kau tidak lagi berinteraksi dengan Shen Rou di masa depan, bagaimana menurutmu?"
Apakah Mo Yesi akan merasa permintaan Qiao Mianmian terlalu berlebihan? Qiao Mianmian juga tahu bahwa Mo Yesi menyukai dirinya. Di dalam hati Mo Yesi, Qiao Mianmian sudah memiliki tempat yang pasti. Tapi Qiao Mianmian masih tidak percaya Mo Yesi akan menyetujui permintaannya sekarang.
Shen Rou dan Mo Yesi sudah berteman lebih dari dua puluh tahun. Jika meminta mereka untuk tidak berinteraksi lagi di masa depan, bukankah itu agak sulit dilakukan?
Qiao Mianmian tidak berharap Mo Yesi akan menyetujuinya. Jadi, saat Mo Yesi terdiam selama beberapa saat dan tidak segera menjawab, Qiao Mianmian sedang berpikir agar Mo Yesi tidak perlu menjawabnya. Tapi Qiao Mianmian justru mendengar Mo Yesi memberikan jawaban di luar dugaan Qiao Mianmian, "Oke, aku tidak akan berinteraksi lagi dengan Shen Rou di masa depan."
"?!" Qiao Mianmian terkejut. "Kau menyetujuinya?"
Mo Yesi menatap Qiao Mianmian. "Bukankah ini yang kau harapkan?"
"Tapi, bukankah kalian sudah lama saling kenal? Kau benar-benar bersedia melakukannya untukku ...?"
Sebelum Qiao Mianmian selesai berbicara, Mo Yesi sudah lebih dulu mengulurkan tangan dan memeluk Qiao Mianmian. "Shen Rou hanya teman yang sudah aku kenal sejak lama, tapi kau adalah istriku, orang yang akan menemaniku seumur hidup. Aku tahu dengan jelas mana yang lebih penting antara keluarga dan teman. Apalagi, Shen Rou telah melakukan hal yang menyakitkan hatimu. Bahkan jika berteman dengan baik, aku juga tidak akan pernah menolerir perbuatannya.
"Temanku seharusnya mengerti untuk mencintai orang-orang di sekitarku, bukan tetap melakukan hal yang menyakitimu, padahal tahu bahwa aku sangat peduli padamu. Saat Shen Rou melakukan seperti itu, Shen Rou sudah tidak memikirkan apa yang disebut persahabatan. Tidak masalah jika kehilangan teman seperti itu."
Mo Yesi sama sekali tidak memiliki perasaan yang dalam terhadap Shen Rou, meskipun mereka memang sudah mengenal selama lebih dari dua puluh tahun. Shen Rou juga satu-satunya teman lawan jenis yang berada di sisi Mo Yesi.
Tapi pada dasarnya Mo Yesi adalah pria yang dingin, bahkan terhadap orang yang sudah dikenal selama bertahun-tahun. Jika temperamen mereka tidak menyenangkan Mo Yesi, Mo Yesi juga tidak akan menyukai orang ini hanya karena orang itu telah lama berada di sisinya.
Tidak suka, ya, tidak suka.
Selama bertahun-tahun, perasaan yang Mo Yesi miliki terhadap Shen Rou tidak sampai perasaan cinta, juga tidak sampai perasaan benci. Karena sudah saling kenal mengenal untuk waktu yang lama, jadi Mo Yesi bisa lebih sedikit menolerir Shen Rou dalam beberapa hal. Ini membuat Shen Rou menjadi satu-satunya teman lawan jenis di sekitar Mo Yesi.
Tapi kekhususan itu tidak mewakilkan sesuatu. Dengan kata lain, Shen Rou tidak akan sebanding dengan Qiao Mianmian. Jawaban seperti itu dapat dikatakan sempurna.
Sudut bibir Qiao Mianmian tidak bisa berhenti naik. "Kau sendiri yang menyetujuinya loh, aku tidak memaksamu. Kau jangan menyesal di masa depan."
"Tidak akan. Aku sudah menjelaskan padanya, di masa depan, aku dan dia sudah tidak mungkin berteman lagi." Setelah selesai bicara, Mo Yesi berkata dengan ekspresi menyanjung, "Istriku, apakah kau puas dengan sikapku seperti ini?"
Qiao Mianmian menahan senyum, berpura-pura sedang memikirkan sesuatu, kemudian mengangguk. "Iya, lumayan lah."
Setelah memikirkannya, Mo Yesi mengangguk: "Karena sikapku yang baik, apakah kau akan memberiku sedikit hadiah?"
"Hadiah apa yang kau inginkan?"
Mata Mo Yesi terkulai. Sorot mata Mo Yesi yang dalam jatuh di bibir merah muda Qiao Mianmian yang lembut seperti bunga sakura. Mo Yesi berbisik, "Apakah boleh jika aku ingin sebuah ciuman?"
"... Apakah kau yakin cukup hanya sebuah ciuman?" tanya Qiao Mianmian.
"Ya." Mo Yesi mengangguk, wajahnya yang tampan mendekat ke wajah Qiao Mianmian dan semua napas yang Mo Yesi embuskan jatuh di bibir Qiao Mianmian. "Hanya sebuah ciuman. Sayang, boleh tidak?"