Kau Jangan Bersikap Tidak Serius Begini
Kau Jangan Bersikap Tidak Serius Begini
Bai Yusheng tidak terkejut karena Qiao Mianmian memilih untuk menyembunyikan hubungannya dengan Mo Yesi. Bai Yusheng justru terkejut Mo Yesi, pria itu, ternyata benar-benar menyetujui ide Qiao Mianmian. Tampaknya, Mo Yesi sungguh-sungguh menyukai Qiao Mianmian. Jadi, Mo Yesi bersedia berkompromi tentang hal itu.
Qiao Mianmian sudah menebak maksud Bai Yusheng memberitahu orang lain bahwa Qiao Mianmian adalah sepupu Bai Yusheng. Sekarang Bai Yusheng mengatakan hal yang sama persis dengan tebakannya. Hati Qiao Mianmian semakin lama semakin tersentuh. Qiao Mianmian tidak tahan untuk memikirkannya lagi, betapa indahnya jika Bai Yusheng adalah kakak laki-lakinya. Dapat menjadi adik perempuan Bai Yusheng pasti merupakan sebuah hal yang sangat-sangat membahagiakan.
*
Bai Yusheng mengantar Qiao Mianmian kembali ke hotel. Mereka berdua berpisah setelah mengucapkan selamat malam.
Setibanya Qiao Mianmian di lantai tempat ia tinggal, Qiao Mianmian mengeluarkan kartu kamar dan baru akan membuka pintu. Saat Qiao Mianmian mengulurkan tangan untuk memasukkan kartu, sebuah bayangan hitam tiba-tiba muncul di depan matanya.
Qiao Mianmian ditarik oleh orang itu. Begitu Qiao Mianmian ingin berteriak kencang, ia justru mendengar suara rendah yang sangat akrab di atas kepalanya. "Ini aku."
Qiao Mianmian terkejut, matanya terbelalak lebar. Qiao Mianmian menangkat kepalanya dan menatap pria yang memeluknya dengan terkejut.
Mo Yesi ....
Mengapa dia datang lagi ke Kota F?
Aroma yang akrab merasuk ke hidung Qiao Mianmian, membuat Qiao Mianmian yakin identitas Mo Yei.
Kartu kamarnya belum sempat dimasukkan, lampu di kamar tidak menyala dan sekitarnya tampak sangat gelap. Detak jantung Qiao Mianmian yang berdegup cepat karena ketakutan, perlahan-lahan kembali tenang.
"Mo Yesi, mengapa kau datang lagi?"
Datang, ya, datang saja, tapi juga tidak memberitahu Qiao Mianmian. Lupakan saja jika Mo Yesi tidak memberitahu Qiao Mianmian sebelumnya, tapi Mo Yesi masih bersembunyi di dalam kamar untuk menunggunya, bahkan tidak menyalakan lampu.
Qiao Mianmian sangat ketakutan barusan.
Pria itu mengendus aroma di rambut Qiao Mianmian dan berbisik, "Apakah kau tidak senang aku datang ke sini?"
"... Bukan begitu."
"Aku ingin memberimu kejutan, apakah itu tidak bagus?"
"... Bagus."
Tapi Qiao Mianmian barusan sangat ketakutan, bukan terkejut.
Cara Mo Yesi memberinya kejutan ... sangat-sangat istimewa. Qiao Mianmian sangat tidak bernyali, mungkin saja Qiao Mianmian akan pingsan karena ketakutan.
Tentu saja, hati Qiao Mianmian juga mencibir. Jika Qiao Mianmian mengatakan itu, Qiao Mianmian pasti akan mematahkan semangat seseorang.
"Aku lapar."
Suara yang sedikit sedih terdengar lagi di atas kepala Qiao Mianmian. Suara pria itu begitu dalam, seksi, dan penuh daya tarik. Suara itu seperti mengandung beberapa keluhan, seperti sedang bermanja. Hal itu membuat hati Qiao Mianmian terasa lembut.
"Kau belum makan malam?"
Begitu Qiao Mianmian selesai bertanya, Qiao Mianmian sudah tahu, Mo Yesi pasti belum makan. Jika menghitung waktu, Mo Yesi pasti bergegas ke bandara setelah selesai bekerja. Di pesawat disediakan makanan, tapi orang pemilih seperti Mo Yesi pasti tidak akan makan.
Memikirkan Mo Yesi dalam keadaan lapar datang menemuinya, hati Qiao Mianmian terasa semakin lembut. Qiao Mianmian mengulurkan tangan menyentuh wajah Mo Yesi, dan nada bicaranya menjadi lebih lembut lagi, "Kalau begitu, aku akan menemanimu makan sekarang, bagaimana?"
Mo Yesi membenamkan kepalanya di antara leher Qiao Mianmian dan mengembuskan napas yang hangat. "Aku tidak ingin makan."
Qiao Mianmian mengulurkan tangannya dan mendorong Mo Yesi sedikit. "Bukankah kau bilang kau lapar? Ayo makan dulu."
"Aku tidak mau makan." Mo Yesi semakin mencondongkan tubuhnya, memeluk Qiao Mianmian dengan erat dan menarik napas dalam-dalam, lalu berkata dengan suara rendah, "Sayang, aku akan memakanmu dulu, ya? Kemudian baru makan nasi."
"..." Qiao Mianmian terdiam.
Wajahnya terbakar dan ia meninju dada Mo Yesi karena malu. "Kau jangan bercanda terus seperti ini. Jika kau seperti ini lagi aku akan mengabaikanmu."
"Baiklah."
Mo Yesi baru melepaskan tangannya dan berkata dengan kecewa, "Aku akan makan. Tapi, sayang, apakah aku benar-benar tidak boleh memakanmu lebih dulu?"