Selama Sisa Hidupku, Aku Tidak Akan Mengkhianatimu
Selama Sisa Hidupku, Aku Tidak Akan Mengkhianatimu
"Selama kau dapat memaafkanku, aku bersedia melakukan apapun yang kau minta." tambah Su Ze.
Di otak Su Ze hanya ada pemikiran, ia hanya ingin rujuk dengan Qiao Mianmian. Ia tidak ingin membiarkan Qiao Mianmian pergi begitu saja. Tapi, saat ia baru saja mengambil langkah, Mo Yesi menoleh dan menatapnya dengan mata dingin. Mata yang dalam dan sikap dingin penuh peringatan.
Su Ze seketika dibuat ketakutan oleh tatapan itu, hingga ia tidak berani untuk melangkah maju lagi. Ia masih terus bersikeras, menatap Qiao Mianmian dan memohon dengan suara pelan, "Mianmian, aku janji, aku tidak akan melakukan hal yang menyakitkanmu lagi di masa depan. Aku mohon padamu. Beri aku satu kesempatan lagi, ya?"
Qiao Mianmian mengernyit dan berkata dengan dingin, "Aku sudah sangat jelas mengatakannya padamu. Tolong jangan menggangguku lagi di masa depan. Su Ze, wajah adalah martabat, jika bahkan kau tidak memiliki martabat, kau tidak layak dihormati. Pada awalnya, kau sudah memilih, kau jangan menyesal."
"Tapi aku telah menyesal …" Muncul jejak kebingungan di mata Su Ze. Ia tercengang menatap Qiao Mianmkan, kemudian berkata dengan sedih, "Aku menyesal, Mianmian, aku juga tahu aku salah, tolong beri aku satu kesempatan, ya? Selama sisa hidupku ini, aku tidak akan mengkhianatimu lagi."
"Mustahil," kata Qiao Mianmian dengan tegas.
"Mianmian …" Su Ze masih tidak menyerah, ia menatap wajah Qiao Mianmian yang sangat cantik meskipun memasang ekspresi dingin. Hatinya menjadi semakin tidak rela, ia berinisiatif berjalan menghampiri Qiao Mianmian dan ingin meraih tangan Qiao Mianmian.
Begitu tangannya baru saja terulur, sebelum sempat menyentuh Qiao Mianmian, 'Bugh!' Wajahnya mendapat tinjuan yang sangat keras dari Mo Yesi. Tinju ini menjatuhkannya langsung ke tanah.
Mo Yesi merasa tinju itu belum cukup menghilangkan kebencian di dalam dirinya pada Su Ze. Ia membungkuk, mengangkat Su Ze yang jatuh ke tanah, dan memukul wajah lain Su Ze dengan pukulan yang sangat kencang. Anak-anak dari keluarga kaya seperti Mo Yesi harus berlatih bela diri yang bisa melindungi diri mereka sejak kecil.
Su Ze adalah seseorang yang tidak memiliki fondasi bela diri. Saat dipukul dua kali berturut-turut oleh Mo Yesi, mata Su Ze tiba-tiba menjadi hitam, ia bahkan hampir jatuh pingsan. Wajahnya membengkak, dengan satu mata yang lebam, darah segar yang mengalir dari hidungnya, dan tatapan yang sangat mengerikan.
Sedangkan tatapan mata Mo Yesi terasa seperti batu es yang sangat dingin. Saat Mo Yesi masih ingin melangkah maju dan meninju Su Ze, Qiao Mianmian berjalan dan menariknya.
"Mo Yesi, jangan …"
Qiao Mianmian menggelengkan kepala ke Mo Yesi. Ia dibuat ketakutan dengan pemandangan barusan. Di matanya masih ada rasa ngeri. "Ayo kita pergi."
Qiao Mianmian khwatir jika Mo Yesi terus melanjutkan, sesuatu akan terjadi.
Qiao Anxin sangat ketakutan hingga wajahnya pucat. Qiao Anxin melirik Su Ze yang jatuh ke tanah sama seperti lumpur. Su Ze sama sekali tidak bergerak dengan ekspresi mengerikan yang masih sangat jelas di mata Su Ze. Kegembiraan Qiao Anxin saat melihat Mo Yesi saat ini, digantikan oleh rasa ketakutan yang sangat kuat.
Mo Yesi masih belum tenang. Dadanya masih naik turun beberapa kali. Rasa dingin di matanya belum sepenuhnya menghilang. Ia juga menatap Qiao Mianmian dengan tatapan dingin. Bahkan jika Qiao Mianmian tahu pria di depannya tidak mungkin akan menyakitinya, tapi ditatap dengan sorot mata seperti ini, tetap membuat Qiao Mianmian merasa sangat takut.
Qiao Mianmian tidak tahu sama sekali bahwa Mo Yesi sudah mengurangi tatapannya itu.
"Mo Yesi, ayo pergi." Qiao Mianmian dengan lembut melepas lengan baju Mo Yesi, dan berkata dengan pelan dan lembut, "Aku ingin pulang sekarang. Ayo kita pulang, ya?"