Diam-Diam Menikah Dengan Konglomerat

Tuan Gong, Tuan Qiao Sudah Datang



Tuan Gong, Tuan Qiao Sudah Datang

2Mo Yesi mengangkat mata hitamnya yang dalam dan menatap Qiao Mianmian. Wajahnya tampan, dengan rona wajah yang lebih lembut dari sebelumnya. Jelas, Mo Yesi merasa senang dengan apa yang dikatakan Qiao Mianmian barusan. Muncul senyuman di wajahnya, namun wajahnya juga masih sedikit menegang. "Tapi aku tidak meminta padamu."     

"Iya, iya, iya." Qiao Mianmian terus tertawa dan membujuk seorang pria yang angkuh. "Kau tidak memintanya padaku, tapi aku sendiri yang ingin membelikannya untukmu."     

"Kau ingin membelikan yang mahal untukku?" tanya Mo Yesi.     

"Iya, aku akan belikan yang mahal, pilih yang paling mahal."     

"Aku tidak memaksamu."     

"Iya, benar-benar, kau tidak memaksaku. Semuanya karena kesukarelaan."     

"Kalau begitu, ini semua perkataanmu, nanti kita akan pergi membeli ke mal." Mo Yesi berbicara sampai di sini. Di matanya sudah memancarkan senyuman, dan sudut bibirnya juga sedikit demi sedikit naik.     

Mo Yesi mengulurkan tangan, menarik Qiao Mianmian ke dalam pelukannya dan membiarkan Qiao Mianmian duduk di atas pahanya. Ia ingin memeluk Qiao Mianmian sambil melihat sebuah dokumen. "Temani aku melihat beberapa dokumen yang paling akhir, lalu aku bisa selesai bekerja."     

Qiao Mianmian bergerak di pelukan Mo Yesi, menyesuaikan posisi duduk yang lebih nyaman, merentangkan tangannya di pinggang Mo Yesi dan memeluk Mo Yesi, sambil berkata, "Kalau aku seperti ini, apakah tidak akan memengaruhi pekerjaanmu?"     

Gadis di lengannya sangat harum dan lembut. Aroma manis yang memikat tetap ada di ujung hidung Mo Yesi, tidak mungkin tidak berpengaruh sedikit pun terhadap Mo Yesi, mustahil.      

Memeluk Qiao Mianmian, membuat Mo Yesi selalu merasa sedikit fokus dan ingin melakukan hal yang lain. Tapi perasaan saat memeluk Qiao Mianmian begitu indah, Mo Yesi bahkan tidak rela melepaskan Qiao Mianmian. Mo Yesi mengambil napas dalam-dalam, menahan sesuatu yang disebabkan oleh gerakan Qiao Mianmian barusan. Suaranya ditekan, dan kalimat yang keluar agak sedikit putus-putus.      

"Sayang, selama kau tidak sembarangan bergerak dalam pelukanku, itu tidak akan berpengaruh terhadapku. Kalau tidak, jika kau bergerak lagi, aku mungkin tidak dapat menjamin apa yang akan terjadi nanti."     

Seolah-olah membuktikan kata-katanya, ada sesuatu di tubuh bagian bawah Mo Yesi yang bereaksi dengan sangat jujur.     

Qiao Mianmian duduk di pangkuannya dan seketika dapat merasakannya. Ada gelombang panas di wajahnya. Ia terkejut hingga membeku di dalam pelukan Mo Yesi, dan tidak berani sembarangan bergerak lagi.     

Tadi malam ... pria ini sudah menindihnya di atas tempat tidur begitu lama, dan telah menggunakan begitu banyak gaya. Bahkan kedua kakinya masih terasa sakit sampai sekarang. Ia tidak ingin disetubuhi lagi oleh Mo Yesi saat kondisinya belum pulih.     

*     

Di rumah pribadi, seorang pria tampan dan tampak membahayakan sedang duduk di sebuah paviliun, di halaman yang di dekorasi dengan gaya kuno. Di sekitar paviliun ada sebuah kolam, dan kolam itu penuh dengan bunga teratai merah muda.     

Pria itu bersandar di pagar berwarna merah terang sambil memegang sepotong makanan ikan di tangannya. Ia memutar makanan ikan di mangkuk porselen kecil dengan jari-jarinya yang ramping dan putih, lalu melemparkannya ke kolam. Hal ini menarik sekelompok ikan yang berlomba-lomba mencari makanan.     

Seperangkat cangkir minum teh yang indah diletakkan di atas meja batu di sampingnya. Ahli pembuat teh membawa pot tanah liat ungu dan menuangkan air ke dalam cangkir teh. Begitu air panas dituangkan, aroma teh yang menyegarkan naik menjadi kepulan asap putih dan menyebar kemana-mana. Udara penuh dengan aroma teh yang manis dan menyenangkan.     

Ahli pembuat teh memegang cangkir teh, dengan hormat dan hati-hati memberikan kepada pria yang sedang memberi makan ikan. "Tuan Muda Gong, silakan cicipi."     

Gong Zeli melemparkan beberapa makanan ikan ke dalam kolam lagi, baru berbalik badan, mengambil saputangan basah yang diserahkan oleh pelayan di samping, dan menyeka tangannya. Setelah menyeka, ia mengambil secangkir teh itu.     

Begitu ia baru menyesap satu teguk, ia mendegar suara langkah kaki perlahan mendekat. Setelah berjalan ke paviliun, suara langkah kaki berhenti. Kemudian, suara hormat terdengar, "Tuan Muda Gong, Tuan Qiao sudah datang."     

Gong Zeli mengangkat matanya dengan malas. Tatapannya jatuh pada Qiao Ruhai yang berdiri di sana dengan ekspresi gelisah sambil mengulum bibirnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.